Perry Markus

PERRY+ADAT

PROFESIONAL
KONTEMPORER


Buku adalah jendela dunia, dari buku segala pengetahuan, informasi dan bahkan ajaran filosofi religius dapat diperoleh menjadi sumber galian ilmu pembacanya dan menjadi bekal berharga untuk memapaki masa depan.

Perry Markus pebisnis rantauan yang sukses dalam usaha akomodasi di Bali dan sekaligus kini dipercaya menduduki posisi Ketua PHRI Badung ini merupakan satu dari mereka yang mendulang sukses berkat wawasan luas yang didapat lewat kehausannya membaca segala macam buku sejak ia masih kanak-kanak.

Perry Markus lahir di Kuala Kapuas, Kalimantan pada Rabu Wage, 14 September 1966 dari rahim ‘Rambu Lewi’ ibunya dibidani oleh seorang mantri desa ‘Markus Ahad Surai’ yang tak lain ayahnya sendiri.

Mantri di zaman itu adalah satu-satunya tenaga medis tak ubahnya dokter yang menjadi tumpuan harapan kesembuhan bagi seluruh warga desa yang sakit dan itu merupakan profesi sosial tanpa pamrih komersial yang dilandasi ketulusan budi untuk membantu masyarakat.
Dalam lingkungan keluarga sederhana yang sarat dengan aktivitas kemanusiaan yang dilakoni sang ayah itulah, Perry tumbuh dibesarkan dan memulai pendidikan dasarnya di SD Negeri Barimba Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah.
Kala itulah tak jarang di tengah malam buta Perry kecil kerap diajak ikut menemani ayahnya berjalan kaki menempuh jarak beberapa kilometer menembus gulita untuk dapat mengobati pasien dengan tanpa mengharap imbalan upah atas laku sosial ini.
Namun biasanya, masyarakat desa yang mendapat perawatan pengobatan acapkali memaksa ayahnya untuk menerima sekedar buah tangan seikat daun singkong, sayur, buah atau terkadang seekor ayam yang diberikan beriring ucapan terimakasih mereka.
Dan yang lebih luar biasa lagi, mantri santun ini bahkan sempat beberapa tahun menjadi sukarelawan zonder bayaran untuk mengirim pasokan bahan pangan serta berbagai keperluan hidup termasuk pelayanan medis kesebuah kawasan di pinggiran sungai Kuala Kapuas tempat di mana para penderita kusta dikarantina, diasingkan dan dianggap sebagai pesakitan yang dikutuk Tuhan.
Begitu menyeramkannya penyakit ini hingga tidak satupun yang sudi mengemban tugas berbahaya dan beresiko tinggi itu, apalagi di awal tahun 70-an pengobatan dan pemahaman tentang penyakit kusta belum sejelas dan sebaik penanganannya di era kini.

Berapa tahun kemudian, tepat saat kenaikan kelas IV sekolah dasar, Perry Markus pindah sekolah ke  SD Inpres di Palangkaraya ibu kota provinsi Kalimantan Tengah mengikuti ayahnya yang dipindah tugaskan di sana.
Di sekolah ini kegemaran membaca Perry semakin terlihat menonjol hingga tanpa ia sadari prestasi belajarnya meningkat menghantarnya menjadi juara sekolah.
Walau kala itu bahan bacaan tidak banyak ia peroleh, namun untung ada 5 buku aneka pengetahuan  kiriman ayahnya dari Semarang sewaktu mengikuti pendidikan perawatan medis jantung koroner ICCU/CCU di RS Kariadi Semarang, yang ternyata banyak memberi manfaat menambah pengetahuan Perry Markus.

Lulus SD dengan prestasi terbaik, Perry lalu melanjutkan ke SMPN 2 Palangkaraya. Tidak berbeda dengan saat masih di sekolah dasar, Perry banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan terus membaca. Karena hobby bacanya itu, ia turut menjadi anggota Perpustakaan Negara dan sedikitnya 3 buah buku ukuran tebal mampu diselesaikan dalam sehari, padahal umumnya 1 buku yang dipinjam mendapat waktu selama satu hari. Karena itulah setiap hari Perry bisa bolak-balik ke Perpustakaan Negara hanya untuk mengembalikan dan meminjam lagi buku baru yang juga dengan cepat ia rampungkan.
Saat teman-teman sebayanya asik bermain, Perry selalu dapat dijumpai sedang duduk  di ayunan pohon di belakang rumahnya sambil tekun membaca tanpa kenal jenuh berlama-lama di sana.
Watak kutu bukunya ini tak ayal membuat ia dijuluki kawan sepermainannya dengan sebutan ‘Profesor’, panggilan yang lalu akrab menjadi nama kecilnya.
Dan inilah buktinya, buku sebagai sumber ilmu sungguh-sungguh menjadikan Perry profesor cilik yang seolah mengerti banyak hal dibanding siapapun seusianya. Ia kerap kali menjuari berbagai lomba dan cerdas cermat baik antar sekolah di kota maupun antar kabupaten hingga sempat memboyong penghargaan dari pemerintah daerah atas prestasi pendidikannya tersebut.

Perry memang dikenal sebagai anak pintar dan cerdas, bahkan di saat ujian sekolah nilai sempurna beruntun ia peroleh di semua mata pelajaran, sampai-sampai saat ujian akhir  berlangsung para guru mengerumuninya ingin menyaksikan bagaimana cara Perry Markus menjawab soal-soal ujian dengan jawaban yang mengesankan.
Setelah selalu menjadi juara, Perry pun tamat SMP dan langsung diterima di SMA Negeri 1 Palangkaraya. Di pendidikan atas ini juga, Perry tetap mampu mempertahankan prestasinya, malahan selain aktif di kegiatan OSIS, Perry Markus juga berhasil menjuarai serangkaian tes sebagai siswa teladan mewakili di setiap provinsi di Kalimantan Tengah.

Sebagai juara terbaik Perry Markus dikirim ke Jakarta dan berkesempatan mengikuti serangkaian pendidikan khusus termasuk pelatihan kepemimpinan siswa, pemantapan jiwa Nasionalisme yang langsung diperoleh dari narasumbernya para pejuang kemerdekaan yang masih hidup kala itu,  hingga pada puncak acara ia diundang khusus ke Istana Negara bersama rekan – rekannya siswa teladan dari seluruh Provinsi di Indonesia.

Setamat SMA Perry Markus diterima masuk ke Universitas Palangkaraya mengambil jurusan Teknik dengan pertimbangan iklim Indonesia di tahun-tahun itu tengah giat membangun dalam program REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang digagas Presiden Soeharto.
Di sana kemudian Perry justru ditugaskan untuk menempuh tugas belajar di  Universitas Udayana, Bali dalam jurusan mata kuliah yang sama.
Rupanya keberangkatan Perry ke Bali ini menjadi cikal bakal seluruh kisah ini.

Di Bali sebagai mahasiswa yang kreatif, Perry Markus di semester 3 kuliahnya mulai ikut-ikutan terjun menggarap berbagai proyek pembangunan hotel yang mulai marak bermunculan sebagai konsekwensi atas meningkatnya gairah arus kedatangan wisatawan asing ke Bali.

Saat itulah Perry telah menangkap pemahaman adanya masa depan yang luar biasa cerah di industri kepariwisataan.
Apalagi saat itu Perry yang tumbuh remaja ini tengah menjalin hubungan spesial dengan ‘Febrita Angraeni Soemarjono’, mahasiswi kedokteran Udayana, putri seorang polisi yang kebetulan memiliki usaha penginapan kecil di kawasan Legian Kuta yang dikelola dengan tradisional.

Kedekatannya dengan keluarga kekasihnya ini membuat Perry sering dilibatkan untuk membantu usaha penginapan itu.
Begitu seringnya Perry Markus bersinggungan dengan aktivitas perhotelan ditambah dari wawasan luasnya yang telah banyak melalap banyak macam buku informasi dunia seketika iapun dengan segera dapat menangkap banyak hal yang perlu dibenahi dalam hotel yang bermanajemen kekeluargaan yang sesungguhnya dalam sudut pandang Perry Markus memiliki peluang untuk bermetamorfosis menjadi sebuah usaha akomodasi yang besar.

Untuk melengkapi asumsinya ini, Perry memutuskan mengikuti bermacam kursus, pelatihan dan pendidikan mulai dari tingkat room boy sampai tingkat pengelola hotel, di mana selain memperoleh banyak sertifikat pendidikan pariwisata dan perhotelan, Perry Markus semakin mantap pada visi kedepannya untuk melakukan restorasi.
Dengan kepercayaan penuh dari orang tua Febrita, Perry Markus mulai melakukan pembenahan penting sebagai langkah awal proses metamorfosis penginapan kecil tersebut.

Manajemen kekeluargaan ia rubah dengan manajemen profesional, di susul dengan seleksi sumber daya manusia karyawan termasuk melakukan efakuasi para pegawai yang sebelumnya turut tinggal berbaur di lingkungan hotel kemudian dipindahkan kos ketempat lain.

Padahal model penginapan dengan gaya profesioanal itu tidak cukup lazim di kawasan Kuta, pension-pension (penginapan kecil) di sana justru melanggengkan model kekeluargaan ini karena memang lebih disukai oleh para wisatawan asing.
Malahan tidak berhenti sampai di sana, di tahun 1992 Perry Markus melakukan renovasi secara bertahap pada kamar-kamar, termasuk kamar mandi dan lingkungan penginapan yang dirombak menjadi bangunan kontemporer dan meninggalkan konsep bangunan konvensional beratap alang-alang berdinding anyaman bambu yang dinilainya sudah tidak pantas.

Meski di kala itu para tamu merasa lebih senang pada bangunan lama yang sudah tidak layak dengan sanitasi yang tidak memadai seperti umumnya pension di Kuta, namun Perry tetap meneruskan konsep hotel sebagaimana yang ada dalam bayangannya.
Banyak para tamu pelanggan lama, khususnya tamu hipies dari Australia yang kecewa pada kebijakan perubahan manajemen profesional ala Perry Markus berikut bangunan barunya yang diberi nama ‘Restu Bali Hotel’.

Tetapi kemudian dalam waktu singkat para wisatawan menunjukkan kecenderungan lebih merasa nyaman tinggal di penginapan khas Bali yang bersih dan nyaman. Terlebih lagi dengan bentuk ‘Restu Bali Hotel’ yang representatif  Perry dapat mulai menjalin kerjasama dengan berbagai travel agent.

Melihat perkembangan hotel Restu Bali pimpinan Perry Markus yang berkembang pesat dengan gaya profesional kontemporer ini, lambat laun pension-pension pun mengikuti pembenahan fasilitas penginapannya.
Dibalik kemajuan Restu Bali Hotel, akhirnya pada tanggal 11 Februari 1994 Perry Markus dan drh. Febrita Angraeni Soemaryono memutuskan untuk menikah mengakhiri masa lajang mereka. Dan oleh keluarga melihat kemampuan Perry Markus membesarkan usaha akomodasi ini, ia didaulat untuk memimpin dan membesarkan Restu Bali Hotel hingga terus berkembang bahkan mampu melewati masa krisis pariwisata pasca Bom Bali 1 dan 2 tanpa merumahkan, mengurangi karyawan dan tanpa melakukan pemotongan gaji sebagaimana dilakukan banyak hotel untuk bertahan.
Dan kini selain berhasil membesarkan Restu Bali Hotel menjadi salah satu hotel berbintang di Bali, di tahun 2008 Perry Markus juga tengah berinvestasi mengembangkan bisnis Rumah Makan berkonsep kontemporer yang representatif dan berkelas untuk segala kalangan di tanah kelahirannya Kalimantan yang diberinya nama ‘Bumbu Serai Restaurant’ dan diharapkan dapat menjadi kiprah awal untuk ekspansi-ekspansi berikutnya di luar Bali.

Sukses besar seorang Perry Markus sebagai profesional di industri pariwisata ternyata  tidak memupuskan jiwa sosial seperti yang telah diteladankan ayahnya sebagai mantri desa.
Iapun kini mendedikasikan diri dengan terjun diberbagai kegiatan sosial mulai kegiatan Donor Darah hingga kegiatan religius keagamaan di tengah kesibukannya sebagai pengusaha dan pengurus organisasi profesi kepariwisataan baik sebagai Ketua PHRI Badung ataupun pengurus Bali Tourism Board yang diembannya sebagai bentuk kepedulian nurani untuk turut membangun Bali dan dunia kepariwisataan yang berdaya guna bagi kemakmuran masyarakat kendati hal tersebut akan menyita hampir seluruh waktu aktivitas pribadinya yang berharga.


Perry Markus bersama istrinya

DATA PRIBADI

Nama                : Perry Markus
Tempat /
Tanggal lahir  :  Kuala Kapuas, 14 September 1966
Agama             : Kristen Protestan
Profesi             :  Pengusaha
Menikah          : 11 Febuari 1994
Nama istri       : Drh. Febrita Angraeni Soemaryono
Anak                 : 2 orang
Aktif sebagai  :
-   Ketua PHRI Badung
-   Sekretaris Bali Tourism Board (BTB)
-   Ketua Perhimpunan Donor Darah Indonesia, Kab. Badung.
-   Sekretaris, Perhimpunan Donor Darah Indonesia, PHRI Bali.
-   Pengurus Tekwondo Denpasar (Bendahara)
-   Sekretaris Gereja Protestan Indonesia (GPI) Ekklesia, Bandar Udara Ngurah Rai.
-   Pengurus I,  Musyawarah Pelayanan Antar Gereja Bali – NTB
-   Sekretaris PHRI Bali.

Hobby               : Baca, Traveling
Tokoh Idola     : Ayah

Pesan             : Pariwisata Bali bila tidak dikelola secara baik akan menimbulkan masalah yang pelik, untuk itu perlu kiranya seluruh kalangan baik pemerintah, praktisi, profesional  dan  masyarakat  untuk  melihat daya tampung Bali yang selaras dengan rencana pembangunannya demi kenyamanan, keamanan dan kelestarian Bali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>