Oka Paramartha
MENYAMBUT PELUANG
MEMBIDIK SUKSES
Tidak banyak orang cermat menyikapi datangnya peluang, tidak banyak pula orang yang kemudian berhasil membangun peluang itu menjadi sebuah kesuksesan.
Dan berikut adalah sosok pria pribumi Bali yang di sepanjang hidupnya terbilang jeli menyambut peluang hingga kemudian berhasil sukses dengan sederet usaha yang membesarkannya kini.
Oka Paramartha lahir di Denpasar, 22 Juni 1957 di tengah keluarga seorang pedagang.
Dia lahir dari rahim Putu Sulendri sebagai anak ke 4 dari 7 bersaudara.
Ayahnya, Made Pugeg adalah figur veteran yang ulet mengelola beberapa usaha, baik perdagangan hasil bumi yang berhasil merambah pasar ekspor, perdagangan minyak, ternak sapi dan juga tekstil.
Aktivitas ayahnya sebagai pengusaha rupanya meninggalkan kesan yang mendalam di sudut pandang Oka Paramartha di masa kanaknya.
Ketekunan dan kegigihan kedua orang tuanya dalam mengelola suatu usaha telah menginspirasinya untuk meraih cita-cita menjadi seorang pengusaha.
Cita-cita itu dipendamnya, namun setia ia tuju sebagai arah di masa depannya.
Tahun demi tahun berlalu begitu saja dan tak terasa Oka Paramartha telah berhasil menamatkan pendidikan yang ditempuhnya mulai dari sekolah dasar di SD Saraswati Denpasar, sekolah menengah pertama di SMP 2 Denpasar dan sekolah atasnya di SMA 1 Denpasar.
Setamat SMA, demi mematuhi ketentuan orang tuanya yang mewajibkan semua anaknya mengenal kemandirian dengan melanjutkan pendidikan lanjutan di luar Bali, maka terlintaslah Jakarta sebagai tujuan Oka Paramartha menjadi daerah rantauannya yang dia tahu di sana terdapat sekolah Akademi Pimpinan Perusahaan dengan bea relatif murah karena keberadaannya di bawah Departemen Perindustrian.
Maka tepatnya di tahun 1976, setelah mengikuti serangkai ujian pendaftaran, akhirnya Oka Paramartha diterima di jurusan manajemen, Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta.
Di ibu kota inilah untuk pertama kali ia melatih kemandirian, memperluas pergaulan dan melihat serta menyadari bahwa ada banyak peluang dan kehidupan di luar Bali.
Karena menyadari akan adanya peluang itulah, maka di tahun ke 2 perkuliahannya, Oka Paramartha mencoba upaya dagang pertamanya dengan menjadi seorang suplayer minuman keras dari Jakarta ke sebuah pemasok minuman keras untuk hotel-hotel di Bali.
Kegigihannya untuk mewujudkan cita-cita sebagai pedagang itupun berlanjut di tahun berikutnya dikala Oka Paramartha menjalankan usaha pemasaran baju-baju yang diambil dari salah satu tempat di Jakarta untuk memasok di pasar-pasar di daerah Jakarta juga.
Pada tahun 1979, Oka Paramartha berhasil lulus dari pendidikan akademinya dan memutuskan untuk melengkapi pengalaman rantaunya dengan bekerja di pabrik tekstile KTSM, sebuah perusahaan Jepang yang berada di daerah Bandung.
Di perusahaan ini, Oka memang tidak menerima gaji ataupun honor, namun ia dapat belajar bekerja di seluruh departemen yang ada mulai dari bagian gudang hingga bagian akunting di perusahaan tersebut.
Dan setelah merasa cukup, Oka Paramartha akhirnya pulang ke Bali di tahun 1980 untuk membantu mengelola usaha tekstile orang tuanya.
Memasuki tahun 1986, sebuah peluang menghampiri Oka Paramartha untuk menjadi agen ban mobil bermerk dagang ‘Bridgestone’.
Setelah dikalkulasi dan ia pertimbangkan, akhirnya, Oka pun menerima tawaran ini dan mulai menjalankan usahanya sendiri sebagai agen ban Bridgestone dan mensuplai seluruh toko ban di Bali.
Tak diduga pilihannya untuk menjadi agen ban ini adalah pilihan yang jitu yang mempengaruhi hidupnya, karena berkat ‘Bridgestone’lah Oka Paramartha bertemu Viviana Candra di Jakarta yang kala itu bekerja sebagai sekretaris salah satu pemegang saham ‘Bridgestone’.
Perkenalan itu menyisakan kesan yang mendalam bagi keduanya hingga kurang dari satu tahun kemudian, Oka dan Viviana memutuskan untuk menikah pada tanggal 23 September 1987.
Setelah menikah, lagi-lagi sebuah peluang menghampiri Oka Paramartha dari salah satu kawannya di Bandung yang memotivasinya membuka usaha tekstile khusus kaos di Bali.
Pernikahan Oka Paramartha & Viviana Candra Pada tanggal 23 September 1987
Gagasan ini dengan sungguh Oka Paramartha pelajari dan mulai melakukan study pasar untuk mengetahui besar kecilnya respon pasar pada usaha yang akan dibukanya nanti.
Hasilnya Oka Paramartha pun mantap dan mulai mengibarkan usaha tekstilenya dengan bendera UD. Martha di tahun 1987.
Persis seperti perhitungannya, UD. Martha dapat cepat berkembang, mensuplai toko dan garmen untuk keperluan ekspor.
Dalam pengelolaannya, Oka Paramartha mengambil porsi tugas sebagai marketing dan kegiatan usaha serta manajemen dagangnya ditangani oleh Viviana istrinya.
Kerja sama yang solid ini di tengah iklim industri garmen yang sedang bergairah di Bali, seolah menjadi alasan terdorongnya UD. Martha berhasil menjadi usaha yang maju pesat mewarnai geliat perindustrian di pulau Dewata.
Pada tahun 1992, UD. Martha yang semula berada di Jl. Gajah Mada kemudian pindah di areal property yang berhasil dibangun Oka Paramartha di jalan Imam Bonjol Denpasar.
Dari sinilah kemudian bermula terbukanya peluang yang datang dari salah seorang pelanggannya asal Australia yang menyarankan Oka untuk membuka usaha garmen.
Menyikapi adanya peluang dan kesempatan, maka Oka Paramartha akhirnyapun mewujudkannya dengan membuka Santa Buana Garmen di jalan Sidakarya Denpasar di tahun 1992.
Bermula dari 5 buah mesin dan 10 orang karyawan kini setelah memasuki tahun 2007, Santa Buana telah berkembang dengan 60 mesin dan menampung lebih dari 80 orang tenaga kerja.
Tidak berhenti sampai disitu saja. Sebuah peluang emas kembali datang kepadanya di tahun 1993, di saat seorang warga negara Perancis dengan keahlian di bidang Cargo bersedia untuk bekerja sama dengannya merintis berdirinya Lima Jari Cargo.
Usaha jasa ekspedisi bersama ini kemudianpun meraih sukses dengan mampu menghidupi tidak kurang dari 200 orang tenaga kerja.
Selanjutnya dengan kesuksesan yang beruntun membesarkan imperium dagangnya, mulai merambah berbagai sektor lain, dengan membuka dua outlet pakaian surfing di kawasan legian dan jalan pantai Kuta dengan nama “Star Surf”, disusul dengan dibukanya ‘Don Base’, toko baru miliknya dalam bidang penjualan ban di jalan Raya Kuta dan juga beberapa usaha lain yang terus dikembangkannya.
Dalam keberhasilannya sebagai pengusaha sukses, sosok Oka yang santun merasa tidak pernah sedikitpun berkeinginan untuk ikut dalam kancah hiruk pikuk politik yang memang kurang menjadi minatnya, ia justru lebih tertarik mengakrabi motor dan mobil tua yang sudah menjadi kegemarannya sejak dulu hingga ia tergabung dalam keanggotaan HMT (Himpunan Motor Tua) Bali.
Sebagai seorang kolektor motor dan mobil tua, Oka Paramartha cukup banyak memiliki koleksi mulai dari mobil Cevrolet tahun 1928 sampai dengan motor Harley Davidson produksi tahun 1952 yang masih terlihat terawat dan dipajang di salah satu show room tokonya di jalan Raya Kuta.
Baginya, bentuk motor dan mobil tua tidak pernah terlihat membosankan, bentuk body yang unik dan orisinil cukup eksotik sehingga sangat pantas untuk menjadi objek koleksi.
Kendati telah cukup sukses dalam usaha perdagangan yang digelutinya kini, namun Oka Paramartha tidak berniat untuk menutup peluang yang kapan saja hadir menemuinya.
Ia bahkan merasa siap untuk menyambut datangnya peluang-peluang baru termasuk di sekotor Pariwisata ataupun Travel Agent yang juga telah menggugah minatnya untuk mendulang sukses di sana.
Tidak ada kata berhenti bagi seorang pengusaha sejati, yang ada hanyalah antusias dan kejelian menyambut peluang untuk membidik sukses di masa yang akan datang.
DATA PRIBADI
Nama : Oka Paramartha
Tempat/
Tanggal lahir : Denpasar, 22 Juni 1957
Agama : Hindu
Profesi : Pengusaha
-Agen Ban Bridgestone
-UD. Martha
-PT. Santa Buana
-PT. Lima Jari Cargo
-Star Surf Outlet
-‘Don Base’ toko ban
-PT.WINAYAKA BALI
Hobby : Golf & Kolektor mobil-motor tua
Menikah : 28 September 1987
Istri : Viviana Candra
Anak : 4 orang
Pesan : Generasi muda Bali harus lebih giat bekerja untuk dapat maju.
Leave a Reply