Nigel Mason
BERSAMA CINTA MEMBANGUN
BALI ADVENTURES
Nigel Mason lahir di Inggris, dua tahun sebelum perang dunia ke dua berakhir, tepatnya pada tanggal 14 April 1944, meskipun keluarganya tinggal di London, namun Nigel dilahirkan di Inggris Tengah di dekat Nottingham, di salah satu kompleks keluarga kaya di Inggris. Ini terjadi karena saat itu, London Tengah dibombardir Jerman dan seluruh wanita yang sedang hamil diungsikan.
Setelah kelahirannya, dua minggu kemudian ibunya membawa Nigel pulang kembali ke London di mana setiap harinya ratusan bom meledak di seluruh kota.
Ibu Nigel adalah seorang putri dari keluarga Irlandia yang bermigrasi dari daerah Claire, di selatan Irlandia, terlahir sebagai Cathleen Gladys May Mc Mahon, ia kemudian datang ke Inggris bersama saudara dan orang tuanya guna menghindari teror Irlandia perang melawan Inggris.
Dia kemudian bertemu dan menikah dengan ayah Nigel, Herbert Walter Mason, yang dikenal dengan Harry di angkatan bersenjata Inggris yang saat itu berpangkat Prajurit.
Harry dilahirkan di Cockney di daerah miskin di Timur London.
Ayah Nigel, dikenal atas dedikasinya pada pekerjaan dan obsesinya yang terkesan cerdik dan pintar, ia menjabat sebagai Sersan Mayor dan bekerja pada Earl Mount Batten di India, setelah melalui beberapa peperangan kemudian ia ditugaskan di Mesir sebagai Kapten kesatuan tempur.
Nigel beserta saudara dan ibunya kemudian menyusul ayahnya ke Mesir, di sini Nigel mulai belajar di sekolah kecil yang terdiri dari berbagai kebangsaan di Port Said.
Hari pertamanya di sekolah Mesir yang diingatnya sebagai saat menakutkan di mana ia adalah anak kulit putih di antara anak – anak Mesir yang berkulit coklat yang berbicara dengan bahasa yang tidak ia mengerti, bahasa yang kemudian juga dipelajarinya namun kemudian ia lupakan setelah kembali ke Inggris.
Keluarga Nigel kemudian kembali ke London pada tahun 1950, meninggalkan ayahnya untuk menyelesaikan masa tugasnya di Mesir. Sayangnya Harry Mason terbunuh di sana, pada saat Nigel berumur tujuh tahun dan tidak pernah kembali ke Inggris untuk bergabung kembali bersama keluarganya.
Kepergian Harry Mason jelas menjadi tragedi bagi keluarga ini, karena ayahnya meninggalkan keluarga tanpa rumah dan ibu Negel kemudian harus mencari pekerjaan untuk menghidupi ketiga anaknya.
Nigel ditempatkan di sekolah negeri di mana ia hanya bisa bertemu dengan keluarganya pada saat hari libur atau libur akhir pekan tertentu. Asrama sekolah di Inggris ini rupanya sangat ia benci, beberapa kali Nigel mencoba melarikan diri, namun kemudian dikembalikan lagi di sana dengan dampak kesulitan yang timbul baginya berhadapan dengan kepala sekolah yang ia anggap kejam.
Bagi Nigel itu semua adalah kenangan buruk, namun hal ini telah membuat karakter dan kemandiriannya semakin kuat dalam melewati tahun-tahun yang kurang menyenangkan.
Hal ini berlangsung selama lima tahun sebelum ia diterima di sekolah Large Grammar di London, yang menyebabkan ia dapat berkumpul dan hidup bersama ibunya lagi.
Meski demikian Nigel tetap harus mandiri, di saat ibunya bekerja selama seharian. Karenanyalah Nigel menjadi terampil memasak makanan untuk dirinya sendiri dan belajar agar dapat terus bertahan hidup di jalanan yang keras pasca perang London di mana geng-geng remaja menguasai jalanan.
Nigel selalu mudah berteman dan juga mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin di antara teman sebayanya. Di London sebagai seorang remaja yang kurang pengawasan orang tua, ia bergabung dengan sebuah geng dan pastilah bertingkah laku jalanan.
Geng-geng perang dan pertarungan-pertarungan adalah hal biasa di London pada tahun 50-an, dan Nigel merupakan bagian dari kehidupan periode itu ‘menarik tetapi berbahaya.
Teman-teman Nigel berbagai macam dan berganti-ganti dari siang ke malam hari. Di sekolah dia berada di antara anak-anak orang kaya dan bangsawan, kebanyakan mereka dari keluarga Yahudi yang kaya-raya, tetapi di malam hari dia berkelana di jalanan London dengan teman-temannya dari keluarga miskin, di sinilah dia kemudian mempelajari perbedaan gaya hidup antara orang kaya dan miskin semenjak kecil. Dia belajar beradaptasi dengan cepat pada perubahan itu dan hidup hampir mirip “Jeckyl & Hyde” di luar sepengetahuan ibunya yang tengah bekerja keras hingga melupakan kehidupan dua warna anak lelakinya.
Seorang sahabat dikenangnya bernama Eric, anak muda berkarakter asli London yang mengajarinya menjadi pengutil dan menghisap rokok di masa muda Nigel yang penuh petualangan.
Kala itu di London, Nigel dan teman-temannya mendapatkan uang dari menjual apa saja yang bisa mereka temukan, utamanya dari barang – barang yang di ambil dari rumah-rumah yang terkena bom di London Utara. Mereka menjual koran-koran bekas dan botol-botol yang dikumpulkan dari beberapa rumah ataupun barang-barang dari gedung-gedung yang mereka kosongkan dan kemudian dijual pada seseorang yang biasanya malah mencurangi Nigel dan kawan-kawannya dengan mengambil keuntungan dari kehijauan mereka.
Di dalam dunianya yang keras, masih ada ruang di hati Nigel untuk memenuhi kecintaannya akan musik Rock & Roll dan binatang – binatang peliharaannya.
Sepanjang hidupnya, ia selalu mempunyai binatang peliharaan, ikan, burung, kucing dan tikus, atau apapun yang bergerak atau merangkak yang selalu ditemukannya akan dijadikan peliharaannya.
Sedang kecintaannya pada musik, Nigel mewujudkannya dengan membeli musik rekaman dengan hampir semua uang yang diperolehnya dari kapasitas kantong seorang anak seusianya.
Selain dari itu, Nigel ternyata juga seorang perenang, dan karena kemahirannya inilah, ia tercatat sebagai wakil kapten dari klub renang London Utara dan acap kali memenangkan beberapa medali.
Keikutsertaannya dalam klub renang kemudian mempertemukannya dengan seseorang yang kelak merubah hidupnya. Dia adalah “Ron Fortune”, seorang fotografer muda dan reporter yang menghabiskan waktu – waktu luangnya di klub, dan Nigel yang yatim menjadikannya sebagai figur seorang ayah.
Ron melihat sesuatu yang berbeda pada diri Nigel dibanding anak – anak lainnya, hingga banyak saran dan bimbingan kemudian Ron Furtune tularkan pada Nigel, sampai pada akhirnya Nigel menyadari, bahwa Inggris tidak menjanjikan masa depan apa-apa baginya.
Di waktu yang lain, dalam dunia pendidikan, sesungguhnya Nigel adalah murid yang pintar akan tetapi benci sekolah, karena ia tidak suka diatur dan dikontrol, dia selalu mendapat masalah dan para guru merasa sulit untuk membuat pikirannya tetap pada pelajarannya, ini dikarenakan mereka tidak mengerti dua sisi kehidupan yang Nigel jalani setelah jam-jam sekolah.
Akhirnya Nigel memilih keluar dari sekolah saat berumur 14 tahun, dan dengan bantuan Ron ia mendapat pekerjaan di surat kabar Fleet Street yang terkenal di wilayah London.
Ia menjadi kurir untuk Daily Mail dan berlari mengantarkan bermacam-macam koran, pesan-pesan dan surat-surat sebelum era mesin Fax dikenal.
Nigel ingat bahwa saat-saat tersebut adalah saat yang menyenangkan karena dia menjelajahi pusat kota London dengan museumnya, pasar-pasar dan galeri-galeri tetapi pandangannya tertuju di tempat – tempat yang masih tampak jauh dari gemerlapnya lampu-lampu kota London.
Tahun 1959, pada saat berusia 15 tahun dan sesudah terus menerus mengiba pada ibunya, akhirnya Nigel diizinkan untuk berlayar sendirian ke Australia di belahan dunia yang lain.
Nigel ingin menetap di Australia sejak saudara perempuannya menikah dan tinggal di sana.
Perjalanannya menuju tanah impian menghabiskan waktu selama sebulan terapung-apung di laut untuk akhirnya tiba di Australia dan berhasil menjumpai saudaranya.
Pertemuan Nigel dan saudara perempuannya itu ternyata hanya untuk satu hari saja, karena kemudian Nigel melanjutkannya pergi menjemput nasibnya sendiri.
Tahun-tahun pertamanya di Australia, Nigel bertualang di negara tersebut, ia mengerjakan pekerjaan apa saja yang dapat ditemukannya. Baik bekerja di tempat-tempat domba dan ternak, di penggergajian kayu ataupun sebagai pemetik buah, juga memotong tebu dan menggali selokan-selokan ia jalani sebagai proses perjalanan hidupnya.
Di sinilah Nigel dengan alami juga mampu menjadi seorang pemburu Kangguru yang handal dibanding yang lainnya.
Setelah beberapa tahun petualangannya di Australia, dia bekerja sebagai asisten Surveyor di Victorian Railways di Australia Selatan, saat itulah Nigel belajar sedikit demi sedikit untuk hidup mapan, hingga kemudian ia bertemu dengan “Denise”, seorang wanita imigran Rusia, yang juga seorang guru, yang kemudian dinikahinya.
Dari perkawinannya ini Nigel dan Denise dikaruniai seorang anak laki-laki dan seorang putri.
Di bidang karir, Nigel memang cukup piawai dan cekatan untuk mengoptimalkan kemampuannya. Ia sempat menjadi selesman dan kemudian beralih ke marketing dan promosi diberbagai perusahaan besar dan berbagai bidang.
Nigel menemukan bahwa ia memiliki bakat membual, yang maksudnya, bahwa ia mampu bicara pada orang tentang hampir apapun juga.
Bakat ini membuatnya meraih kesuksesan dengan cepat dalam hal apapun yang ia lakukan sampai terbukti membuatnya mampu berkembang setiap saat.
Salah satu kenangan favoritnya adalah bekerja di Industri musik dengan EMI records di saat-saat yang dapat memberinya kesempatan untuk bertemu beberapa bintang dan band terkenal, seperti Beatles, Rolling Stone dan lusinan lainnya yang berkaitan dalam bidang marketing dan promosi.
Selanjutnya Nigel mulai mencoba dengan bisnisnya sendiri memproduksi Terrarium dan mengimpor barang-barang tembikar dari Vietnam, ditambah lagi keberanian Nigel yang juga merintis membuka perusahaan kontraktor dan landscape design selama beberapa tahun.
Setelah berjalan beberapa lama, tepatnya pada pertengahan tahun 1970, Nigel kehilangan segalanya, ia dicurangi ribuan dollar oleh developer nakal, karenanyalah ia harus memulai dari awal lagi, bekerja untuk bos lagi, meniti karirnya kembali dari bawah hingga menjadi manager toko elektronik yang besar dan terkenal yang bermodalkan jutaan dollar pada “Brash” cabang Prahran di Melbourne.
Di akhir tahun 1979, ia merasa cukup dan mengundurkan diri, Namun pada saat yang bersamaan itulah, Nigel terpaksa berpisah dan mengakhiri perkawinannya dengan istri pertamanya Denise.
Karena perpisahan itulah, Nigel kemudian merasa tidak yakin tentang apa yang harus dikerjakan dalam sisa hidupnya, dia telah memberikan segalanya kepada istri pertamanya. Dan kini ia hanya mempunyai beberapa ribu dollar saja, tanpa rumah dan masa depan yang pasti.
Pada suatu kesempatan, Nigel mengunjungi dua orang teman lama “Hippie”nya yang telah bertahun – tahun ia kenal.
Mereka menjalankan usaha permata dan sedang dalam perjalanannya menuju ke Bali untuk membeli persediaan permata. Mereka mengajak Nigel untuk ikut dan ia setuju, dengan pertimbangan karena tidak ada lagi pilihan lain yang lebih baik untuk saat itu.
Ia tidak pernah ke Indonesia, dan tidak tahu apapun sebelumnya tentang Bali, selain sedikit informasi yang ia baca tentang pulau tersebut dari majalah.
Nigel tiba di Bali tahun 1980, menemukan pulau yang memukau dan mempesona, sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya, seketika jiwa petualangannya jatuh cinta dan serata merta menyatu dengan dinamisasi suasana ketenangan siang hari yang berpadu dengan kesenangan malam hari di pulau Bali.
Disko-disko masih sedikit dan jauh antara Kuta dan Legian bahkan tempat itu masih di pisahkan berbatas tanaman kelapa dan pisang.
Kawasan Legian saat itu belum semeriah saat ini, waktu itu hanya ada beberapa hotel di sana, dan Nigel yang berbekal uang terbatas memilih tinggal di Losmen Kortis di Legian kaja yang tarif inapnya senilai Rp 1.500,- per malam, itupun sudah termasuk makan pagi.
Alam Indonesia yang mengesankan, mengusik Nigel untuk melihat kawasan lainnya di Nusantara, ia kemudian melakukan perjalanan ke Lombok, Jawa dan Sulawesi dalam 3 bulan pertama kunjungannya, sebelum akhirnya ia bertekad kembali ke Australia untuk mengepak barang-barangnya dan pindah ke Indonesia untuk selamanya.
Di tahun 80-an Nigel melanjutkan kehidupannya dengan jual-beli barang-barang seni untuk di jual lagi di Australia dengan keuntungan yang kecil.
Dia juga melakukan pekerjaan konsultasi pada sebuah Hotel besar yang rencananya akan membangun bisnis akomodasinya di Pulau Lombok.
Demi menyelesaikan pekerjaan itu, Nigel tinggal sementara di pondok, di Gili Air di tengah keluarga penduduk setempat yang ia kenal baik.
Sedangkan dari Bali untuk ke Gili Air memerlukan waktu sehari dengan menumpang Ferry ke Lombok, dan dilanjutkan dengan naik bemo ke Mataram lalu disambung naik bemo lagi dari Cakra ke Lembar, setiba di sana masih dilanjutkan dengan naik kuda atau delman hingga sampai di kawasan pantai untuk selanjutnya menunggu perahu motor yang akan mengantarkan menuju ke Gili Air.
Perburuan mencari pandangan lokasi yang berbeda dan dianggapnya tepat harus ia lakukan dengan menghabiskan waktu berbulan-bulan menyusuri pantai dengan perahu sampan.
Tahun-tahun tersebut adalah tahun-tahun yang cukup menenangkan bagi Nigel, akan tetapi di akhir tahun 1983 semuanya mulai berubah.
Kisah ini bermula di Bali, disuatu tempat di Legian, berawal pada sebuah pertemuan pemuda pemudi Banjar setempat, Nigel bertemu dan jatuh hati pada Yanie, seorang gadis Bali yang cantik dari Legian. Dia akan selalu ingat malam itu, saat Nigel melihat Yanie mengenakan sarung putihnya, dia tidak dapat memalingkan pandangan matanya sampai ia memberanikan diri untuk mengajaknya makan malam bersamanya pada malam berikutnya. Yanie setuju, tapi dia memaksa agar saudara perempuannya harus ikut menemaninya, jadi Nigel juga harus mengajak seorang teman untuk menemani saudara perempuan Yanie.
Mereka pergi makan malam di Nusa Dua Beach Hotel yang baru saja di buka, dengan mengendarai sepeda motor sendiri-sendiri.
Harga makanannya sebesar anggaran Nigel untuk satu minggu, Nigel ingat itu tetapi semua itu sebanding, karena itulah gerbang pertama kisah cinta mereka dan awal dari semua cerita ini bermula.
Sejak saat itu Nigel dan Yanie tidak dapat dipisahkan, walaupun penduduk desa sangat menentang percintaan mereka, namun kuasa cinta menuntunya untuk terus bersama. Mereka harus menjumpai satu sama lain secara sembunyi-sembunyi di luar rumah keluarga Yanie, hingga akhirnya Yanie kehilangan pekerjaannya karena hubungan mereka.
Semakin hari penentangan penduduk desa dan guncingan mereka semakin menyudutkan hubungan Yanie dan Nigel. Penduduk setempat tidak menerima gadis Bali pergi keluar dengan orang barat.
Menyikapi situasi itu, dan demi mengukuhkan tekad bulad cinta mereka, akhirnya Nigel dan Yanie menikah dan hidup bersama.
Dalam setahun setelah pernikahannya, mereka kemudian mencoba membuka “Yanie’s Bar dan Restoran”, yang modalnya di peroleh dengan meminjam uang dari saudara dan teman-teman.
Yanie’s restoran adalah restoran pertama di Kuta yang khusus menyajikan hamburger dan steak, juga satu-satunya dari dua restoran yang tetap buka hingga larut malam. Suatu kerja keras, tapi sepadan dengan hasilnya, perlahan-lahan Nigel dan Yanie berhasil mengembalikan semua pinjaman dan mulai mendapat keuntungan bagi keluarga kecilnya yang semakin marak dengan kehadiran dua anak buah cinta mereka.
Di awal tahun kebersamaannya di Yanie’s restoran, Nigel dan Yanie bekerja seharian dan hanya tinggal di sebuah kamar kecil bersama kedua anaknya yang masih kecil. Nigel berjuang untuk meraih sukses dan membuat kehidupan yang lebih baik untuknya dan keluarganya yang sangat ia cinta.
Namun cobaan datang menghampiri, Nigel terbentur permasalahan perizinan atas keberadaannya tinggal di Bali, ia dideportasi meniggalkan istrinya di Bali, keluar dari wilayah Indonesia, tanpa paspor dan uang sepeserpun.
Hal ini tidak menyurutkan kebersamaan Nigel dan Yanie, dorongan rasa cinta untuk berkumpul keluarganya membuat Nigel menempuh satu-satunya cara untuk kembali dengan menyelinap masuk dan keluar negeri dengan paspor baru dan dengan nama baru pula, atau terkadang terbang ke Jakarta lalu dengan bus menuju Bali yang memakan waktu dua hari untuk menghindari imigrasi.
Setelah sekian waktu menjalani masa-masa itu, akhirnya mereka dibantu oleh pejabat tinggi pemerintahan yang simpatik pada perjuangan Nigel dan Yanie, bantuan tersebut berujung pada pencabutan larangan tersebut hingga Nigel dapat berkumpul kembali dengan istri dan anak-anaknya.
Tahun 1987 Nigel pergi ke Australia selama satu bulan dan kembali dengan design boneka Bali, yang kemudian diteruskan dengan membuat perusahaan boneka Bali asli.
Tahun 1990 dia juga memulai kegiatan petualangannya yang pertama di Bali, wisata arung jeram sebagai sebuah industri baru yang telah lahir dalam semalam. Sialnya usaha itu terlalu sukses dan mengusik orang-orang yang mulai iri melirik kesuksesannya. Sebuah keputusan sepihak dari pejabat kala itu, menutup operasi Bali Adventures Rafting, meski perusahaannya telah mendapat izin lengkap dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, namun ketentuan Gubernur di era resim orde baru itu tetap membuat kebijaksanaan yang intinya adalah; satu sungai satu perusahaan, dan keputusan itulah yang berhasil digunakan sebagai alasan menutup usaha Nigel.
Maka resmilah sudah operasional keseluruhan perusahaan Nigel ditutup, dan 80 % sahamnya dipasaran diambil oleh lawan-lawannya.
Nigel dan Yanie mencoba segala cara untuk mengembalikan usahanya yang telah ditutup kembali seperti sediakala, akan tetapi pengaruh kekuasaan era itu begitu kuat, tidak satupun pejabat di pusat Jakarta yang cukup berani bicara atas nama mereka, walaupun setiap menteri di mana mereka bicara beranggapan setuju bahwa mereka benar dan menilai perusahaannya telah mempunyai izin resmi.
Apa boleh buat, kebijakan penutupan usahanya itu telah berdampak menggerogoti uang simpanan mereka, bahkan untuk tetap bertahan hidup mereka harus menjual sebagian besar tanah mereka, hanya tanah di Adventure House sajalah yang mereka sisakan, di mana di tanah itu mereka baru saja selesai membangun.
Di saat-saat yang fatal demikian, di dalam tahun 1994, Nigel melihat perubahan total pada kebanyakan teman – teman mereka, pintu-pintu tertutup bagi Nigel dan orang – orang mulai meninggalkannya dengan berbagai alasan, tidak seorangpun yang mau tahu tentang hidup mereka. “Saya menjadi pertapa untuk beberapa saat”, kata Nigel. “Saya tidak pergi ke manapun, Saya benar-benar terlempar dari kehidupan sosialku sebelumnya”. Yang dia lakukan adalah kembali ke kecintaannya berkebun dan di belakang kantor Adventure House-nya dia mengatur kerja, memulihkan dan menanami kembali areal luas milik pemerintah yang sebelumnya adalah tanaman bakau yang telah dihancurkan dan ditinggalkan gundul oleh petani-petani udang liar.
Sejak tahun 1995, Nigel telah menanam hampir 100.000 bakau dan pohon lainnya dalam areal tersebut, mengembalikan tanah tersebut menjadi hijau lebat, burung memenuhi area tersebut, “Ini adalah akibat langsung dari penutupan kami di tahun 1994 ”, kata Nigel, “Jadi mungkin ini adalah keseimbangan hidup, bahwa sesuatu yang baik selalu datang dari sesuatu yang buruk”.
Di akhir tahun 1996, Nigel dan Yanie akhirnya mendapatkan usaha wisata arung jeramnya kembali, tetapi setelah penutupan lebih dua tahun mereka kembali ke sebuah tempat yang sudah menjadi pasar yang sangat padat, 12 perusahaan wisata arung jeram sekarang beroperasi di Bali.
Nigel kemudian mulai mengambil strategi pemasaran baru untuk mendapatkan pijakan kembali di pintu agen-agen perjalanan dan hotel-hotel. Dia meluncurkan penampilan yang yang benar-benar baru sama sekali dan tentu menjadi jumlah yang mahal untuk dipenuhi perusahaannya.
Slogan pertama yang mendorong produknya kepasaran, adalah; Bali Adventure Rafting “Still The One”, rupanya berhasil menjadi benar-benar dikenal siapapun di Indonesia dan Bali, tetapi dibalik sohornya usaha itu, Nigel dan Yanie harus meminjam dana dari Bank guna mewujudkannya yang praktis melibatkan diri mereka dalam hutang.
Nigel sekarang malas untuk mengambil peluang baru dengan hanya satu jenis produk setelah pengalaman buruknya, jadi dia sekarang mencari produk-produk baru yang dapat memperkuat perusahaannya, dibawah panji Bali Adventure Tours.
Taman Safari Gajah adalah salah satu inovasi yang dapat dijadikan primadona, selain baru sekali dan dapat memberikan pengaruh yang sama seperti ketika ia memulai wisata arung jeram. Dalam jangka waktu tiga tahun Nigel telah menginvestasikan US $ 4 Juta dollar untuk mendesign dan membangun apa yang sekarang dinyatakan taman Safari Gajah terbaik di dunia dan telah diresmikan oleh menteri Pariwisata, I Gede Ardika.
Nigel mendampingi Megawati Soekarnoputri (Presiden RI ke-V)
Saat mengunjungi Taman Gajah Taro
Dalam tiga tahun dia menanamkan kembali setiap dollar yang dihasilkan ke perusahaan. Tidak hanya itu saja Nigel juga menambah sejumlah produk-produk baru seperti paragliding, motorcross, sepeda gunung dan terakhir helikopter Tour. Selama ini perusahaan Nigel menjadi perusahaan pertama yang memunculkan banyak ide-ide baru. Papan iklan raksasa yang terpampang disepanjang jalan yang pertama untuk perusahaan pariwisata sejenis itu adalah Bali Adventure Tours dengan brochure berukuran A4 besar dan berwarna. Dia menawarkan extra “Value Package” yang dikombinasikan dengan beberapa Tour dalam sehari dan dia juga menciptakan ungkapan baru “Late Afternoon Rafting” sebuah paket tanpa embel-embel untuk pemasaran akhir yang murah. Ide Nigel untuk mengecat semua bus-busnya dengan logo perusahaan ditiru oleh perusahaan lain dan designnya yang inovatif di brosur Bali Adventure Tours sekarang umum di banyak brosur perusahaan lain.
Tapi melalui semuanya ini Nigel tetaplah orang yang sama, sebagaimana ia ketika tiba di Bali lebih dari 20 tahun yang lalu, semua menjadi sedikit lebih tegas dan bertingkah laku jalanan. Dia masih suka mengendarai sepedanya, meski bila sekarang sebuah Harley Davidson dan bukan sepeda gayung menyebar brosur dijalan Kuta, sebagaimana ia lakukan pada tahun-tahun pertama dari Yanie’s Restaurant.
Nigel menghabiskan banyak waktunya dengan dua orang anaknya dan sering kembali ke Australia untuk mengunjungi anak laki-laki dan perempuannya yang telah dewasa dan dua cucunya di sana. Sayangnya ibunya telah meninggal dunia. Tetapi ia tetap menjadi teman dekat bekas istrinya.
Ia dan istrinya yang orang Bali, Yanie adalah pasangan yang setia dan bahagia yang dihormati di masyarakat, karena mereka menjunjung dan memegang teguh etika dan moral, ketika banyak yang lainnya tidak di bawah rezim yang korup. Untuk itulah mereka mendapatkan respek yang tinggi dan mereka meniti kembali sejak malapetaka penutupan di tahun 1994 telah mencengangkan banyak orang.
Nigel menjelaskan semua ini sebagai berikut; “Saya selalu berkeyakinan bahwa kebenaran akan selalu menang di atas kebatilan, pada akhirnya dan saya adalah orang yang sangat percaya pada karma”. Orang yang mencoba merusak saya dan Yanie, kini telah jatuh dari kekuasaannya dan lain-lainnya menghadapi konsekwensi dari tindakan-tindakan buruknya. Begitulah adanya jalan kehidupan, anda mendapatkan apa yang anda pantas dapatkan pada kahirnya dan anda bisa menghadapi konsekwensinya dari perbuatan-perbuatanmu sendiri dan hidup dengan itu sebagai peringatan dalam hidupmu. Saya percaya bahwa nama baikku lebih berharga dari apapun juga dalam hidup, di atas kekayaan dan bahkan di atas kesehatan karena itu adalah satu-satunya yang berharga yang bisa saya turunkan pada anak-anak saya bila saya telah pergi.
family picture
Istriku Yanie adalah sebuah inspirasi dalam hidupku karena ia telah berbagi denganku atas kekuatan dari dalam dirinya dan ketenangannya yang menenangkan apiku bila aku memerlukannya, ia tetap setia dan percaya padaku meski yang lain tidak percaya.
Jika tidak demi dia aku bisa saja mengatakan, “Persetan dengan semua ini, aku keluar dari sini”, tapi tetap setia pada keyakinanku dan bahkan ketika kami di bawah tekanan yang luar biasa keras dan berbagai tekanan, paksaan-paksaan dari luar, dia berdiri dengan kuatnya di sampingku.
Nigel kemudian turut bekerja pada sejumlah proyek termasuk “Bali Bird Park” dan keterlibatannya dalam Sea Word Complex yang akan dibangun di Sanur.
Dan apapun nanti yang terjadi dikemudian hari Nigel akan siap menghadapinya, karena bagi Nigel bisnis adalah permainan dan dia menikmati memainkannya, karena ia suka melihatnya berkembang, bagaikan tanaman yang ia tanam di kebunnya. Uang yang didapat hanyalah buah dari kerja, tetapi yang lebih penting adalah melihat pohon itu tumbuh, dan keindahan pohon tersebutlah yang harus dipuji, karena bukan buah yang membuktikan melainkan pohonlah yang membuktikannya.
Filosofi Nigel adalah; selalu menikmati apapun yang kamu lakukan dan jangan pernah melakukan sesuatu hanya untuk uang ”.
Leave a Reply