Ir. I Gusti Gde Masputra

MAS+ADAT

KIPRAH PUTRA BALI
MEMBANGUN NEGERI


Tidak banyak putra Bali yang mampu berprestasi berkiprah di tingkat Nasional dan berperan langsung mendedikasikan diri dan ilmunya bagi pembangunan Indonesia di lini vital yang menjadi pilar penting perekonomian bangsa, namun tetap tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang Bali yang bernurani religius dan menjunjung tinggi tradisi budayanya.

Ir. I Gusti Gde Masputra, salah satunya, tokoh yang sempat menjabat sebagai Kepala Pertamina Asia Timur di Tokyo yang mengendalikan wilayah Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan RRC tersebut yang juga bahkan terpilih sebagai peserta kursus reguler angkatan ke-28 Lemhannas (Lembaga Pertahanan Nasional) ini, di sepanjang perjalanan karirnya selalu meninggalkan prestasi membanggakan bagi bangsa Indonesia termasuk tak pernah meredupkan kepribadiannya sebagai orang Bali dan umat Hindu yang santun.

Sosok nama besarnya kini tak bisa dilepaskan dari rangkaian riwayat hidupnya yang lahir di Tainsiat, dari rahim ‘Jro Cenaga’, ibunya pada 10 Agustus 1945 dan tumbuh dibesarkan sebagai anak ke 5 dari 11 bersaudara, putra ‘Anak Agung Putu Gde Kuntri’ seorang ambtenaren/pegawai pemerintahan di zaman Belanda yang terpandang sebagai Punggawa kaya di Bali.
Dalam sejarah keluarga, kekayaan ayahnya memang nyaris tak terhitung, selain menguasai hektaran tanah yang kemudian sebagian diserahkan ke pemerintah RI pasca berlakunya Landreform, Undang-Undang Agraria pada 24 September 1960 hingga hanya menyisakan beberapa hektar lahan bagi keluarganya. Ayahnya juga tercatat pernah memiliki banyak usaha pribadi dan usaha besar dalam konsorsium saham, antara lain kepemilikan pabrik ES Balok di kawasan Suci Denpasar dan pemegang saham PT Serikat dagang di Denpasar, PT. Artha Bali yang berkantor di Denpasar dan Surabaya yang salah satunya bergerak sebagai agen penjualan sepeda motor Masquito dan  kebutuhan pokok, minyak tanah termasuk pengelolaan Pompa Bensin di kawasan Bali Mas jalan Hasanudin, Denpasar.

‘Gung Mas,’ begitu panggilan Gusti Gde Masputra kala itu, memang dididik disiplin oleh ayahnya mulai dari tata cara makan, waktu belajar dan segala macam aturan layaknya anak priyayi di zaman feodalisme dulu.
Hukuman cambuk dari rotan yang lalu disebut ‘Kayu Semangat’ adalah hukuman wajib selain dikurung di kamar mandi bila melanggar semua larangan keras ayahnya seperti berenang di sungai, makan rujak dan menonton orang bermain judi.
Khususnya tentang larangan melihat permainan judi ini, Gung Mas tahu betul bahwa itu dimaksudkan untuk menjauhkannya dari ketertarikan ikut berjudi.
Semua tak lepas karena sang ayah tak menginginkan anak-anaknya dikemudian hari terperosok mengikuti jejaknya yang terlanjur tak bisa lepas dari kebiasaan berjudi hingga harus banyak kehilangan kekayaan property yang dipertaruhkan di meja judi.
Syukurlah dengan pendidikan disiplin yang sangat ketat berimbang dengan penanaman etika moral budi pekerti dari kedua orang tuanya, terbentuklah Gung Mas menjadi sosok yang tanggap, bertanggung jawab dan cerdas terasah rutinitas belajarnya yang lalu menjadi kebiasaan positif untuk gemar membanca berbagai macam buku ilmu pengetahuan.
Maka tak heran bila sejak bersekolah di SR 3 jalan Veteran, banjar Tainsiat, Denpasar, Gung Mas sudah terlihat menonjol hampir diseluruh mata pelajaran hingga lulus dengan nilai memuaskan dan diterima melanjutkan di SMPN Denpasar.

Tepat tiga tahun kemudian, dengan nilai yang sangat baik, Gung Mas lulus SMP dan langsung masuk ke SMA Negeri Denpasar dan sebagai angkatan pertama di sekolah yang belum mempunyai gedung sendiri ini dan membuat proses belajar mengajarnya harus berlangsung siang hari menumpang di SGB atau di SMPN  Denpasar.

Kendati demikian di SMA itulah Gung Mas mulai terlihat menampakkan jiwa kepemimpinan yang menonjol dengan dipilihnya ia menjabat sebagai Ketua Palang Merah Remaja (PMR) dan teruji saat memimpin operasi kemanusiaan musibah meletusnya Gunung Agung di Karangasem, Bali yang sedikitnya menelan korban 1000 orang tewas di tahun 1963.

Dalam peristiwa itu, Gung Mas sebagai pemimpin segera mengevakuasi masyarakat dan anggotanya keluar dari kawasan bencana meninggalkan posko di rumah sakit yang telah terkepung lahar panas.
Setelah memastikan seluruh personil dan korban berada di tempat aman, barulah Gung Mas dan sepuluh relawan lainnya menjadi orang terakhir yang meninggalkan lokasi bencana dengan menumpang mobil devisi Malaria bantuan dari pemerintah Australia menembus kabut debu tebal dan hawa panas letusan gunung Agung menyusuri jalanan terjal menuju bukit menjauh dari areal aliran lahar.

Kepanikan dan ketegangan ditambah situasi jalan yang menanjak ternyata membuat sopir gerogi saat menaiki bukit hingga mengakibatkan mobil yang ditumpangi Gung Mas dan kawan-kawan merosot oleng terjun ke bawah jurang.
Namun syukurlah seluruh penumpang kemudian dapat diselamatkan berkat keberuntungan besar yang telah membuat mobil devisi Malaria ini masih tersangkut tebing sebelum meluncur ke dasar jurang.
Kendati nyaris berujung maut, namun di sinilah Gung Mas menunjukkan cikal bakal sikap kepemimpinan yang penuh tanggung jawab dan keberanian, ia berada di garis terdepan saat berhadapan dengan tantangan kerja untuk memberi teladan dan sebaliknya berada di barisan akhir mendahulukan orang lain dan anggotanya di kala harus menyelamatkan diri.

Sekembalinya sebagai relawan korban bencana Gunung Agung, beberapa bulan kemudian, Gung Mas berhasil lulus SMA dengan nilai memuaskan di atas rata-rata, bahkan ia adalah salah satu dari 5 orang siswa seluruh Bali yang terpilih sebagai calon peserta ujian untuk mengikuti program pendidikan Colombo Plan di Australia (beasiswa pendidikan yang digagas oleh gabungan negara di Asia-Pacific).
Sementara menunggu ujian Colombo Plan tahap kedua yang harus ditempuh untuk mendapat beasiswa sekolah ke Australia, Gung Mas yang tengah berlibur ke Surabaya ini telah menyiapkan pilihan cadangan pendidikan di jurusan Teknik Mesin ITB atau UGM yang sudah bisa dipastikan menerimanya tanpa harus melalui test dengan modal nilai di atas rata-rata delapan.
Akan tetapi sepulangnya dari Surabaya untuk mengikuti tes ujian Colombo Plan di Denpasar, Gung Mas terserang sakit bronkitis yang bukan saja memaksanya harus mengundurkan diri dari ujian seleksi Colombo Plan, namun juga membuat ia tertinggal untuk dapat masuk diterima di ITB atau UGM sekalipun.
Untunglah dengan bantuan salah seorang dosen di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Gung Mas bisa diterima kuliah di sana pada jurusan Teknik Mesin di saat perkuliahan sudah dimulai dan tetap diwajibkan mengikuti perpeloncoan/orientasi studi dan pengenalan kampus (OSPEK) di tahun berikutnya.

Jurusan Teknik Mesin adalah bidang utama yang memang menjadi minat Gung Mas, ia ingin kelak dikemudian hari dengan ilmunya dapat ikut berperan dalam industri raksasa yang menggunakan mesin berteknologi modern dan berproduksi dalam skala besar seperti industri di negara barat.

Cita-citanya ini ia imbangi dengan konsentrasi untuk menguasai mata kuliah dengan serius, bahkan dengan didukung restu ayahnya yang mengizinkan Gung Mas mengambil uang sebesar Rp. 5.000,-/bulan di kantor PT. Artha Bali, Surabaya untuk kepentingan sekolah dan membeli buku, membuat Gung Mas semakin leluasa mendapatkan bahan-bahan bacaan import tentang pengetahuan Tekhnik Mesin dan lainnya, khususnya buku-buku Rusia berbahasa Inggris yang banyak mengulas ilmu Tekhnik dengan penjabaran secara gamblang yang tidak dijumpai pada buku literatur lokal di kala itu.
Dari sanalah wawasan dan pengetahuan Gung Mas jauh melampaui para mahasiswa lainnya, bahkan untuk mata kuliah serumit ‘Defferential Integral’ yang banyak membuat para mahasiswa harus mengulang sampai belasan kali, Gung Mas dapat lalui dengan mudah dalam sekali ujian saja.
Maka tak heran dengan kecerdasannya ini ia yang masuk dalam angkatan 1963, dapat lulus sangat cepat di awal tahun 1970, menyandang predikat mengesankan bersama wisudawan angkatan 1957, walaupun pendidikan banyak terhenti atau terganggu akibat dari gerakan 30, S. Dan antre setahun menunggu ujian akhir akibat kesibukan para dekan penguji di tempat kerjanya di luar kampus.

Sebagai ahli mesin, Ir. I Gusti Gde Masputra mencoba bekerja di PT. Caltex Pasifik di sebuah industri besar pengeboran minyak sesuai keinginannya dibantu dengan surat memo yang ditandatangani oleh  ‘Anak Agung Gde Agung’, teman ayahnya yang katanya  mantan direktur utama PT. Caltex Pacific Indonesia.
Namun sebelum mulai bekerja, Gung Mas sempat kembali ke Bali untuk menikah pada tanggal 15 Mei 1970, dengan ‘Anak Agung Ayu Purniathi’ gadis pribumi Bali yang sudah ia kenal sejak kecil dan mulai diakrabinya sewaktu masih SMA saat Gung Mas masih gandrung sebagai vokalis group musik ‘Mekar Jaya’.

Setelah pesta pernikahan usai, Gung Mas langsung di terbangkan ke Caltex Rumbai, Pekan Baru, Sumatra dengan tidak diizinkan membawa serta istrinya.
Walau secara keilmuan dan keahlian ia merasa berada di tempat yang tepat, namun sebagai pengantin baru, Gung Mas tidak bisa bertahan lebih lama berjauhan dengan Anak Agung Ayu Purniathi istrinya, di tanah rantau dengan sarana telekomunikasi yang serba terbatas di zaman itu.
Akhirnya belum sempat bekerja beberapa lama di PT. Caltex Pacific Indonesia, Ir. I Gusti Gde Masputra, mengundurkan diri dan mencoba berangkat ke Jakarta setelah ia dengar Departemen Pertambangan dan Energi membutuhkan insinyur mesin untuk ditempatkan di Pertamina, perusahaan minyak dan gas bumi milik pemerintah Indonesia.

Usai mengikuti serangkaian tes, ia langsung diterima sebagai Metal Inspector yang bertugas pada kilang minyak Pertamina di Sungai Gerong, Sumatera Selatan, kendati masih harus berangkat sendiri tanpa istri dengan gaji pertama tak lebih dari Rp. 21.000/bulan.
Namun setelah beberapa minggu bekerja, Gung Mas yang sudah dianggap mumpuni sebagai inspektor, mendapat kepercayaan untuk bertugas menginspeksi kilang minyak Pertamina di Cepu, Jawa Timur berikut mendapatkan izin untuk memboyong serta istrinya sekembalinya bertugas di sana.
Izin ini disambut Gung Mas dengan gembira, maka setelah berhasil merampungkan inspeksi di Cepu selama  kurang lebih 2 minggu, ia langsung menuju Denpasar menjemput istrinya dan kemudian diajak turut ke Sungai Gerong, Sumatera Selatan, untuk tinggal bersama mendampinginya.

Ditemani ‘Anak Agung Ayu Purniathi’ di tanah rantau ternyata memberi semangat bekerja luar biasa bagi Gung Mas hingga ia dapat fokus menajamkan konsentrasinya dalam bekerja.
Bahkan hanya berselang 3 bulan terhitung dari start karirnya di Pertamina, Gung Mas lalu dipercaya menjadi Project Engineer.
Sebagai Project Engineer inilah ia baru merasa benar-benar berada dalam bidang keahliannya.
Tidak ada kesulitan berarti bagi Gung Mas untuk menangani proyek pembangunan mesin-mesin industri yang metodeloginya sudah ia kuasai sejak kuliah di ITS dengan banyak melahap buku-buku teknik mesin yang berkiblat pada teknologi barat.
Dengan fasih apa yang dianggap banyak orang adalah hal sangat rumit, ‘Ir. I Gusti Gde Masputra’ mampu dengan baik menyelesaikan seluruh proyek rancangannya yang antara lain; Vacum Pipe Still #2 Modification, Integrasi Kilang Plaju sungai Gerong, Bulkantiknock TerminalEthyl Corporation dan saluran minyak mentah ke seberang Sungai Musi, Boiler # 15, dan proyek Fire &  Safety.

Keberhasilannya merancang VPS # 2 Modification dan Integrasi kilang sungai Gerong-Plaju dengan baik telah membuatnya mendapat tugas pertama kali ke luar negeri yaitu Singapura di tahun 1974, untuk memilih dan mencari barang-barang rancangannya seperti dituangkan dalam “Bill of Material” atau rincian barang-barang keperluan proyek.

Kemudian di tahun 1975 atas rancangan proyek Boiler dan peralatan pertamina Fire & Safety Training Scitool, Gung Mas juga berhasil menginjakkan kaki di daratan Eropa menjalankan tugas Review Design & Manufacturing di pabrik Strok Boiler, Strok Pompen di Hengelo dan Stork Disel di Zwolle Hollad.

Kemudian di tahun 1975 atas rancangan proyek Boiler dan peralatan pertamina Fire & Safety Training Scitool, Gung Mas juga berhasil menginjakkan kaki di daratan Eropa menjalankan tugas Review Design & Manufacturing di pabrik Strok Boiler, Strok Pompen di Hengelo dan Stork Disel di Zwolle Hollad.
Karena prestasi hasil rancangan peralatan kilangnya yang berbasis American Standard & Code seperti API & ASME, para investor asing berusaha menawarinya untuk mengajak bekerja diperusahaan Amerika dengan iming-iming gaji sebesar U$D 5,000 yang merupakan nominal cukup menggiurkan kala itu dan berkali lipat dari gajinya di Pertamina.


1 . Ir. Masputra di depan ‘STORK BOILER #15 yang dirancangnya dan dipasang di Kilang Sungai Gerong (1975).
2.  Ir. Masputra menunjukkan rancangan hasil karya designnya di hadapan para ahli dari Amerika.

Walau demikian tawaran tersebut lantang ditolaknya, ia terlanjur bertekad ingin berkiprah di negeri sendiri, berkarya untuk Indonesia dan meniti karir di Pertamina terlibat dalam pembangunan bangsa yang baru dua dasawarsa merdeka.

Pada saat menjadi project  engineer, Gung Mas juga diberi kepercayaan mengajar dalam “Crash Program Traing” para insinyur baru yang baru diterima oleh Pertamina sebelum ditugaskan ke berbagai kilang minyak pertamina di seluruh Indonesia, mata pelajaran yang diberikan antara lain: Pumps & Compressor, Boilers, Pipes & Fittings, Oil Storage Tanks, Esso Design Standarts, Esso Basic Practices, Project Cost Estimate, serta Pertamina Project Procedure.

Di samping melaksanakan tugas pekerjaan selama di Sungai Gerong, Gung Mas juga di beri kesempatan mengikuti pendidikan sebagai wujud upaya Pertamina untuk selalu mendidik sumber dayanya memberi tambahan pengetahuan terkini agar mampu bersaing secara internasional di bidangnya masing-masing.
Seperti antara lain, salah satu kursus yang diikuti Gung Mas adalah The Process Equipment Design Course King Wilkinson yang di selenggarakan oleh Pertamina bersama konsultan Belanda  ‘King Wilkinson’, selama 26 hari di Sungai Gerong.
Pada kursus ini Gung Mas terpilih menjadi peserta terbaik dari bidang Peralatan Kilang, beserta ‘Ir. Samto Utomo’ dari bidang Process Kilang.
Kedua peserta terbaik ini dipilih seizin Pertamina untuk ditugaskan oleh  konsultan ‘King Wilkinson’ ke Negeri Belanda dalam Design Project Kilang LNG di Alzasair Afrika.

Namun saat menjelang keberangkatan setelah semua persiapan untuk pindah ke Negeri Belanda selesai termasuk pasport keluarga, pimpinan UP II pada saat itu Bapak B.T. Tobing berpendapat lain, beliau menyayangkan bila kedua engineers yang dianggapnya terbaik saat itu bertugas terlalu lama di luar negeri yang bisa justru akan menghambat karir keduanya di dalam negeri.

Penugasan Gung Mas dan Ir Samto Utomo untuk bekerja ke luar negeri di luar struktur Pertamina akhirnyapun dibatalkan.
Kesedihan akibat pembatalan itu akhirnya terobati dengan dilantiknya Gung Mas menjadi kepala bagian (Selection Head) General  Engineering Up II Sungai Gerong.

Setelah berkiprah lebih dari 7 tahun di Sungai Gerong, pada awal 1978 Gung Mas dipindah tugaskan ke Jakarta di Office Engineering di dinas tekhnik pengolahan Pertamina pusat, dengan tugas Review Engineering dan anggaran biaya kapital seluruh kilang-kilang Pertamina.

Belum lama bertugas di Dinas Tekhnik Pengolahan Jakarta, karena keahliannya sangat dibutuhkan Gung Mas dipindah tugaskan ke Proyek pelumasan kilang Balik Papan di Jakarta sebagai kepala Engineering Proyek, sebagai PJS, Resident manager di London, untuk mengawasi perencanaan Engineering Proyek yang dikerjakan oleh perusahaan Bechtel Great Britain London di kantor proyek di Hammersnith Road London dan akhirnya sebagai asisten proyek manager di Jakarta. Dalam tugas proyek ini Gung Mas banyak berhubungan dengan tim pengendali pengadaan barang dan peralatan pemerintah yang dipimpin oleh ‘Ginanjar Kartasasmita’ dan banyak memberi masukan tentang peralatan kilang kepada asisten ‘Pak Ginanjar’ yaitu Ir. Harsono & staff.

Berbekal pengalamannya sebagai  Project  Engineer Gung Mas banyak di tugaskan bersama konsultan ahli Pertamina Procon Corp untuk inspeksi peralatan yang di buat di berbagai pabrik di Amerika, Belanda, Jerman, Jepang dan lainnya.

Dalam tugas inspeksi tangki-tangki minyak berskala besar di pabrik Tokyo Kanetsu KK Jepang ada sebuah kisah menarik yang terjadi pada tahun 1982.

Setibanya di Akasaka Tokyo, Gung Mas  menyempatan diri untuk berwisata ke Gunung Fujiyama, di mana di sana ia mendengar mitos, bahwa siapapun yang berhasil mendapatkan ‘Telur Rebus Gunung Fuji’ diyakini akan memperoleh umur panjang.
“Percaya tidak percaya”, Gung Mas ikut mencarinya dan ia beruntung memperoleh ‘Telur Rebus Gunung Fuji’ yang menjadi legenda.
Sepulang berwisata, ia menginap di New Japan Hotel di kamar lantai 8 untuk beristirahat,  namun setelah sekian lama mencoba tidur Gung Mas merasa semakin gerah karena pengatur suhu pendingin kamar yang ditempatinya tak berfungsi.
Sebab itu ia lalu membuka jendela membiarkan angin malam yang sejuk di musim dingin masuk ke dalam kamarnya.
Tapi belum lama Gung Mas tertidur, ia kembali dibangunkan oleh gumpalan asap pekat yang masuk lewat jendela yang dibukanya hingga memenuhi ruangan kamar dan menyesakkan nafasnya.
Menyadari ada sesuatu yang tidak beres, tanpa berpikir panjang, Gung Mas bergegas dengan cepat mengambil dokumen-dokumen penting dan segera lari menyelamatkan diri.
Sesampainya di luar hotel, baru ia tahu persis bahwa tepat di atas kamarnya di lantai 9 gedung hotel telah terlalap api kebakaran.

Saat itulah Gung Mas menyaksikan api membakar ‘New Japan Hotel’ tempatnya menginap, yang belakangan diketahui banyak menelan korban jiwa.
Memang aneh dan ajaib bila ia dapat lolos dari musibah itu mengingat ia berada di lantai 8 tepat di bawah areal kebakaran.
Dan apakah ini ada hubungannya dengan ‘Telur Rebus Gunung Fuji’ yang sungguh-sungguh bertuah memanjangkan usia ?, Gung Mas pun tak menampiknya, meski ia tetap mengkaitkan bahwa semua yang terjadi tak lepas dari campur tangan Ida Shang Hyang Widhi yang menghendakinya selamat dan hidup.

Setiba di tanah air, ‘Ir. I Gusti Gde Masputra’ kembali melanjutkan karilnya di Pertamina dan kemudian di tahun 1984 diangkat menjadi Manager Pemeliharaan Kilang Balikpapan di Pertamina Kalimantan yang termuda kala itu dengan luas wilayah pemeliharan yang dipimpin melebihi luas separuh kota Balikpapan.

Jabatan yang baik dan penghasilan yang lumayan ternyata membuka peluang bagi Gung Mas untuk meluluskan keinginannya membeli beberapa lahan property di berbagai tempat di Bali khususnya di areal lahan yang dulu sempat dimiliki sang ayah, sekedar untuk bernostalgia pada kenangan masa kecilnya selain juga untuk investasi di masa mendatang.

Sedikit demi sedikit property yang dibelinya mulai dari kawasan Renon, Denpasar, di bekas Pabrik Es ayahnya dahulu, beberapa lokasi di Kuta dan juga di pesisir pantai Melasti, Padma Kuta yang konon bekas lahan milik   ayahnya.

Pada tahun 1984, mengingat salah satu lahan miliknya seluas 33 are di pesisir pantai Padma Kuta yang ia beli di tahun 1982 menjadi lahan tidur di tengah berita perkembangan pariwisata Bali, maka ia dan istrinya sepakat memilih berbisnis dengan  membangun sebuah Hotel berkapasitas 14 kamar untuk menjadi tabungan di hari tua mereka dengan memanfaatkan kucuran Kredit Investasi Kecil sebesar Rp. 75 juta yang digunakan untuk pengadaan listrik, pembelian dan pembuatan akses jalan masuk areal hotel berikut memulai pembangunannya yang kemudian berhasil berjalan dengan tambahan pinjaman Kredit sebesar Rp. 50 juta untuk operasional.

Hotel yang di desain oleh ‘Ir. Rumawan’, ‘Ir Ida Ayu Armaeli’ dan  ‘Ida Bagus Tugur’, pakar arsitektur Bali, rupanya sungguh-sungguh matang disipkan sebagai kantong hidup tabungan Gung Mas sekeluarga.
Karena alasan itulah maka hotel inipun lalu diberi nama ‘Bali Niksoma’ yang kata Niksoma berarti ‘Tabungan’ dalam bahasa Sansekerta.
Hotel yang belakangan terus berkembang meluas menjadi hampir satu hektar ini awalnya dikelola secara profesional oleh adik kandung Gung Mas yang sebelumnya telah bekerja di hotel Hyatt Sanur.
Sementara Bali Niksoma Hotel telah dikelola oleh profesional di bidang pariwisata, ‘Ir. I Gusti Gde Masputra’ dapat dengan tenang berkonsentrasi pada karirnya di Pertamina sekaligus banyak aktif di berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan mulai dari pembangunan sekolah bahkan sampai melibatkan diri secara frontal dalam pembangunan Pura Giri Jagat Natha di Balikpapan.  Ia datang sendiri ke bina graha dalam kesempatan dinas ke Jakarta, menemui Bapak Zahio Husein, kepala urusan bantuan presiden (BANPRES) untuk mendapatkan BANPRES guna pembangunan pura BPP.

Akhirnya pembangunan pura tersebut mendapatkan bantuan dana terbesar dari seluruh bantuan dana untuk tempat peribadahan  di kodya Balikpapan.
Untuk pembangunan Pura ini, Gung Mas mendatangkan tukang ahli dari desa Tunon Ubud yang sebelumnya membangun rumah adatnya di Jero kawanan Tainsiat sekaligus berbagai material termasuk batu bata yang diangkut menggunakan kapal container ke Balikpapan, hingga tak heran bila Pura ini terwujud dengan begitu megah menjadi tempat beribadah umat Hindu yang terbesar di sana.

Selama berdinas di Kalimantan jugalah dalam kurun waktu itu, ‘Ir. I Gusti Gde Masputra’ dipilih sebagai ketua olah raga Golf Balikpapan, di mana ternyata posisinya ini semakin mendekatkan jalinan hubungan baik bersama para tokoh penting seperti Bapak Soedono, Gubernur, Kapolda, Panglima, Bupati, pejabat teras, pengusaha dan bahkan para konglomerat di mana keakraban itu berdampak positif mempermudah jaringan kerja untuk berkonsolidasi dalam masa tugasnya di Pertamina.

Memasuki tahun 1987, kembali Gung Mas di pindah tugaskan ke kantor pusat, kali ini untuk menduduki jabatan Kepala Dinas Tekhnik Pengolahan yang kemudian di sinilah ia mendapat tantangan tugas untuk memulihkan kehormatan direktorat pengolahan kantor pusat dalam menempuh Pendidikan Pimpinan Migas yang pada tahun sebelumnya dikecewakan dengan hasil yang diperoleh para peserta yang mengusung nama sebagai orang-orang terbaik dari Pertamina Pengolahan, Kantor Pusat namun kemudian hanya mampu menduduki peringkat terbawah di pendidikan tersebut.
Dan syukurlah di tahun 1989, dari tujuh orang yang dikirim mengikuti pendidikan mewakili derektorat pengolahan  pusat selama 3 bulan, akhirnya ‘Ir. I Gusti Gde Masputra’ kembali dengan  mempersembahkan kebanggaan luar biasa sebagai lulusan terbaik, di mana umumnya para lulusan terbaik itu kemudian menjadi calon-calon yang direkrut masuk sebagai peserta kursus reguler angkatan Lemhannas.
Prestasi terbaik itu jugalah yang menyulut lonjaan karir Gung Mas hingga ia langsung ditugaskan memimpin kilang minyak terbesar di Indonesia dengan menjabat sebagai Pimpinan Unit Pengolahan IV Cilacap di tahun 1989.

Selama menjabat sebagai Pimpinan Pengolahan IV Cilacap, Gung Mas berkesempatan menjadi tuan rumah peresmian kilang paraxylene (bahan baku plastik) oleh Presiden Soeharto. Dan dalam kepemimpinannya, UP IV kilang baru paraxylene dapat beroprasi maksimal, efisiensi kilang BBM non BBM (aspal & minyak pelumas) dapat di tingkatkan serta beroprasi dengan aman sehingga mendapatkan berbagai penghargaan dari Departemen Migas, Mentri Tenaga Kerja, British Safety Council dan lain-lain.

Di luar operasional kilang UP IV juga mendapatkan berbagai penghargaan dari pemerintah daerah Jateng dan pemerintah pusat sebagai pemenang koprasi teladan tingkat nasional.

Sebagai pimpinan unit pengolahan Gung Mas  diberi kesempatan mengikuti pendidikan  Al Executive Summer Session di Institute Francais Du Patrol (IFP) Paris selama 3 Minggu, di bulan Juli.
Pada saat mengikuti pendidikan tersebut Gung Mas mendapat berita dari direktur pengolahan (pimpinannya) bahwa atas saran  Menteri Pertambangan dan Energi, Gung Mas di minta menjadi Direktur ‘Elnusa’ (anak perusahaan Pertamina), karena ‘Elnusa’ di canangkan untuk dapat mengerjakan design Engineering mega proyek Pertamina yaitu membangun kilang baru.
Mendapat berita ini Gung Mas sedikit protes kepada pimpinannya, mengapa berita ini tidak disampaikan sewaktu belum berangkat ke Paris alasannya pada saat itu berita kepindahannya baru ia terima pada saat tahun ajaran baru sekolah akan di mulai satu minggu lagi, padahal putra terkecilnya baru tamat SD dan  kakaknya baru naik kelas 3 SMP di Cilacap.
Karena itulah Gung Mas berpikir tidak memungkinkan bagi istrinya untuk mencarikan sekolah baru di Jakarta dalam waktu kurang dari 1 minggu bila ia jadi dipindah tugaskan.
Tapi ternyata kekhawatiran Gung Mas tidak lama berlarut,  rupanya sang istri cukup cekatan langsung berangkat dari Cilacap ke Jakarta setelah menerima berita pertelpon dari Gung Mas dari Paris dan berhasil mendapatkan sekolah di SMP 216 Jakarta untuk kedua putranya.

Kembali ke tanah air, tahun ajaran baru sudah dimulai dan putranya sudah bersekolah di Jakarta tapi ternyata Gung Mas tidak jadi di pindahkan, karena adanya peraturan pemerintah yang  baru, melarang pembangunan mega proyek dan mengingat situasi ekonomi Indonesia sangat sulit saat itu. Karena Elnusa tidak jadi menangani Engineering Mega Proyek, Direktur pengolahan  menyampaikan saran menteri, agar Masputra jangan di pindahkan ke Elnusa.

Akhirnya Gung Mas kembali menyelesaikan pendidikannya di Paris dan rampung dari sana langsung ke Cilacap sebagai PUP IV, kendati dalam tugasnya ini harus pisah dengan putra-putranya yang berada di Jakarta, namun syukurnya saat itu Gung Mas sudah memiliki rumah sendiri di Jakarta.
Pada saat bertugas di Cilacap Gung Mas juga berkiprah dalam pembangunan pura di Srandil Cilacap yang akhirnya menjadi pusat kegiatan dan peribadahan umat Hindu asal Jawa dan Bali di Cilacap.

Pada tahun 1992 ia di pindahkan sebagai kepala Divisi  Tekhnik Pengolahan di kantor pusat Pertamina. Di posisi ini ia banyak melakukan studi banding bersama kebeberapa kegiatan  logostik BP antara lain di Northsea, London, Amsterdam Belgian & Singapore untuk menciptakan sistem komputerisasi logistik / material pertamina bersama tim yang dipimpinnya dengan bantuan British  Petroleum.

Di bidang pemeliharaan kilang ia juga berhasil menciptakan standarnisasi sistem pemeliharaan kilang berbasis komputer bersama timnya setelah mengadakan studi banding ke kilang / kantor-kantor di Los Angles, California, Houston Texas dengan bantuan The Howard Finley Corporation  dan konsultan Fluor Daniel USA.
Gung Mas juga di tugaskan memimpin tim standarnisasi nasional Indonesia bidang peralatan kilang di Ditjen Migas.

Pada tgl 14 Oktober 1993 Gung Mas dilantik oleh F.Abda”oe Direktur Utama pertamina di Balikpapan, Sebagai Pimpinan Umum Pertamina  Daerah  Kalimantan  (PUD DAK) disaksikan  oleh pejabat  pertamina  DAK, Direksi  Pertamina  pusat, undangan Muspida  TK II Kodya Balikpapan, Muspida TK I Kaltim  dan pemuka masyarakat lainnya. Kehadiran pihak pemda menyaksikan pelantikan ini berkaitan dengan tugas yang akan Gung Mas emban selain mencakup tugas-tugas dilingkungan Pertamina juga mencakup pembinaan komponen masyarakat  yang tentu terkait erat dengan pejabat  pemda. Sebagai PUD DAK (jabatan setingkat dengan direktur muda di kontor pusat), Gung Mas diberikan tugas untuk memimpin seluruh kegiatan Pertamina dari hulu sampai hilir yang berada di 4 provinsi di Kalimantan  dan 4 provinsi di Sulawesi. sebagai pimpinan di daerah pengasil minyak dan gas bumi terbesar di Indonesia ini.
Selain tugas-tugas berat itu, Gung Mas juga dibebani tugas untuk mengkoordinir perusahaan-perusahaan  minyak asing (production sharing contractors) yang beroperasi di daerah Kalimantan dan Sulawesi sedangkan pengawasannya dilakukan  oleh BPPKA Pertamina pusat. Dan semenjak penugasan itu Gung Mas tidak lagi berada di direktorat pengolahan  di bawah direktur pengolahan tetapi mendapat wewenang langsung melapor ke Direktur Utama, adapun lapangan  eksplorasi dan produksi  berada antara lain di  pulau Bunyu,Tarakan, Sengata, Muara Badak, lepas pantai Kaltim ,Tunjung Kalsel, Lahendong Sulut, Palu Salteng ,Kendari Sulawesi Tenggara, serta Ujung Pandang, di mana kesemua lapangan Migas di Kalimantan telah memiliki lanpangan terbang sendiri sehingga bisa di jangkau  dengan pesawat terbang Pelita Air Service Pertamina yang memudahkan dan mempersingkat waktu perjalanan.
Karena bayangkan; Kilang Migasnya  berada di Balikpapan, sedangkan kilang methanol di pulau Bunyu, masih lagi ada 10 buah depo Migas terbesar di seluruh Kalimantan yang satu di antaranya berada di daerah perbatasan Indonesia Malaysia yaitu di Putus Sibau yang hanya bisa dijangkau lewat sungai dari kota Pontianak.
Untuk Depo Sampit di Kalimantan Selatan, selain memiliki lapangan terbang tersendiri hingga  dapat lebih mudah dijangkau melalui udara dengan pesawat Pelita, Pertamina juga memiliki pelabuhan laut dan sungai yang berstatus khusus hanya untuk keperluan transportasi Migas terbesar di berbagai pelosok  daerah Kalimantan.

Demikian luas jelajah tugas dan tanggung jawab Gung Mas mengawal produksi hingga pemasaran Pertamina di Kalimantan, yang dalam mengemban tugas tersebut, Gung Mas memiliki beberapa orang pejabat setingkat manager untuk membantunya antara lain; Manager eksplorasi & produksi, Managers Pengolahan, Manager pemasaran dalam negri, Manager perkapalan dan telekomunikasi, Managers Umum, Manager Keuangan dan Internal Auditor.
Semua manager tersebut berkedudukan di Balikpapan dan bertanggung jawab atas pelaksaan teknis operasional unitnya masing-masing, sedangkan proses permintaan  anggaran baik kapital maupun operasional dan pelaksanaannya disalurkan oleh para manager PUD untuk mendapatkan persetujuan. Adapun bila membutuhkan persetujuan Pertamina Pusat atau Mensesneg terkait dengan hasil tender pengadaan barang & peralatan  serta konstruksi maka PUD meneruskannya ke Direktur Utama Pertamina di Jakarta.
Sedangkan untuk mengurusi seluruh kegiatan kemasyarakatan dan hubungan dengan Pemerintah Daerah setempat dilakukan oleh PUD.

Dalam menjalankan kendali kepemimpinan di Kalimantan ini, Gung Mas melaksanakan tugas evaluasi, kontrol. koordinasi dan pengarahan dengan mengadakan rapat mingguan melibatkan para managers dan IAD, serta memiliki agenda rutin menggelar rapat koordinasi berkala dengan pimpinan-pimpinan production sharing contractors yang beropasi di daerah  Kalimantan dan Sulawesi seperti Total Indonesia, Vico, Unocal dan lain sebagainya.
Selain agenda penting membangun koordinasi intern, Gung Mas juga memiliki porsi tugas untuk mengikuti rapat-rapat yang dilaksanakan  oleh pemda  TK I Kaltim pada waktu-waktu tertentu, hal ini disebabkan kedudukan PUD di daerah setingkat dengan muspida TK I. Namun demikian, karena cakupan wilayah kerja yang begitu luas maka agak sulit bagi Gung Mas sebagai pejabat baru untuk membagi waktu dalam rangkaian tugas yang kesemuanya memerlukan perhatian khusus darinya, apalagi ia juga harus secara langsung  berkenalan dengan 8 Gubernur sebagai pimpinan Petamina yang baru di wilayah tersebut dan juga kepatutannya untuk bertatap muka dan berkenalan dengan para pegawai yang berada di lapangan-lapangan Migas, depo-depo dan kantor pemasaran serta pelabuhan-pelabuhan khusus Pertamina DAK dalam seluruh wilayah kerjanya.
Oleh sebab melihat padatnya rangkaian acara tersebut, maka Gung Mas merangkai acara berkenalan dengan para gubernur dilakukan bersamaan dengan perkenalan bersama pegawai dan jajaran Pertamina di masing-masing daerah. Dengan demikian Gung Mas mengajak hampir semua manager  ke daerah operasi yang dikunjunginya.
Trip pertamanya melakukan kunjungan di Kalimantan secara maraton dengan mempergunakan pesawat charter Casa 212 Pelita yang berkapalitas +/_15 orang. Pemakaian pesawat charter ini memungkinkan untuk Gung Mas berkunjung ke daerah-daerah yang tidak ada lapangan terbang komersialnya seperti di Bunyu Sengata, Tunjung, Sampit dan Bontang.
Sedang trip kedua dilakukannya juga secara maraton ke Sulawesi, namun dengan pesawat komersial karena semua daerah yang ia kunjungi memiliki lapangan terbang untuk pesawat komersial.

Selama menjabat PUP seluruh kegiatan operasional Pertamina DAK berjalan dengan lancar. Di sektor hulu Gung Mas menajak (meresmikan pengeboran) 1 dari 5 sumur eksplorasi yang direncanakan di Sengata dalam upaya pertamina untuk meningkatkan produksi MIGAS di Kalimantan. Penajakan sumur tersebut selain dihadiri oleh pejabat Pertamina dan kontraktor juga dihadiri oleh pejabat Pemda Kutai.

Namun usaha peningkatan produksi lapangan Sengata mendapatkan tantangan berat dari pemerintah daerah, yang membuat pernyataan bahwa lapangan Sengata di mana termasuk di dalamnya perumahan dan perkantoran Pertamina adalah Cagar Alam/Hutan Lindung sehingga Pertamina tidak lagi diperkenankan beroperasi di sana.
Gung Mas dan jajarannya yang juga ditugaskan pemerintah untuk meningkatkan produksi Migas dan telah berada di kawasan tersebut puluhan tahun merasa berkeberatan dengan keputusan sepihak tersebut. Bagi Pertamina tentu tidak memungkinkan untuk keluar dari kawasan tersebut dan bersikeras melanjutkan produksi untuk kepentingan negara.  Hingga akhirnya muncul opsi penawaran, izin Pertamina untuk tetap beroperasi di sana dengan syarat harus membayar uang retribusi dan setiap orang yang keluar masuk atau berada di kawasan tersebut harus juga membayar retribusi. Tawaran opsi itupun Gung Mas tolak, dan dengan tegas menyatakan tetap beroperasinya Pertamina di sana seperti sediakala, demi tercapainya peningkatan produksi migas sebagaimana amanat negara.

Usaha peningkatan produksi migas yang dilakukan Pertamina tidak hanya terbatas Pada pencarian lapangan-lapangan baru, tetapi juga dengan usaha peningkatan produksi sumur-sumur marginal yang hampir habis kemampuan produksinya melalui program “secondary recovery”. Berdasarkan kebijakan Pertamina Pusat lapangan-lapangan tua dialihkan pengelolahannya kepada pihak ketiga. Untuk daerah Kalimantan, dua lapangan yaitu Bunyu dan Tunjung, diputuskan untuk dikelola oleh pihak ketiga. Keputusan ini menimbulkan ketidakpuasan pegawai-pegawai Pertamina di lapangan, karena memperkirakan bahwa sumur-sumur yang dialihkan tersebut banyak yang masih berproduksi dengan baik. Di samping itu perbedaan remunerasi antara pegawai pihak ketiga dengan Pertamina di lapangan yang sama menimbulkan keresahan dilingkungan pegawai Pertamina sehingga mereka protes untuk tidak bekerja.
Melihat situasi itu, sebagai PUD Gung Mas harus menenangkan pegawai-pegawai tersebut, terutama di lapangan Tunjung Kalsel. Gung Mas harus berkali kali berdialog dengan mereka antara lain dengan menghadirkan Direktur Muda E&P dan staff kantor pusat. Peristiwa ini dirasa cukup menyita waktu menguras tenaga dan pikiran, sampai akhirnya mereka sepakat untuk tetap berkerja.

Di sektor hulu pun juga terdapat permasalahan, di lapangan panas bumi Lahendong Salut. Sumur-sumur panas bumi yang telah berproduksi tidak dapat dioperasikan karena pihak PLN belum sepakat untuk membeli uap panas bumi tersebut untuk pembangkit tenaga listriknya. Karena uap panas bumi tidak tersalurkan maka kerangan-kerangan penutup(valves) berkali kali mengalami kerusakan sehingga biaya pemeliharaan sumur menjadi semakin tinggi. Setelah melalui pembicaraan yang berkepanjangan antara Pertamina dan PLN akhirnya PLN setuju untuk melaksanakan pilot project pembangkit tenaga listrik panas bumi 2,5 MW. Saat ini pembangkit listrik panas bumi Lehendong telah berjalan lancar dengan kapasitas cukup besar.Disektor ilir unit pengolahan V berjalan lancar, pabrik lilin (wax plant) yang menjadi tumpuan produksi lilin dalam negeri karena satu satunya yang masih di miliki Pertamina beroperasi dengan baik. Begitu juga dengan kilang hydrocraker yang beroperasi dengan tekanan +/_1000 psig dan 1000˚C. Karena tingginya temperatur dan tekanan operasinya maka peralatan reaktornya harus dibuat dari bahan khusus alloy steel sehingga  biaya pembuatannya sangat tinggi. Sebagai gambaran proyek kilang Hydrocracker UP V yang dibangun tahun 1981-1983 menelan biaya lebih dari US $ 1,3 milyar atau ± 13 trilyun rupiah.
Kilang Hydrocracker ini dibutuhkan untuk meningkatkan produksi minyak tanah (Kerosene) dan minyak diesel dari residu proses di unit kilang destilasi.

Di sektor perkapalan & Telekomunikasi (P&T) oprasional pengiriman crude oil ke UP V serta produk kilang keluar dari Balikpapan berjalan lancar. Dalam pengangkutan BBM, Gung Mas banyak menerima laporan dari masyarakat tentang adanya kasus pencurian di kapal tenker Pertamina dalam perjalanan mengangkut BBM dari Balikpapan ke Samarinda dan Tarakan. Bahkan ada sekelompok pengusaha SPBU dari Samarinda yang datang langsung ke kantor melaporkan pada Gung Mas bahwa di Samarinda ada penjual eceran BBM dengan harga lebih rendah dari SPBU. Mereka telah melaporkan hal tersebut kepada Pertamina di Samarinda dan telah dilakukan test bahwa BBM tersebut adalah asli. Atas laporan tersebut Gung Mas memanggil kepala security untuk menyelidikinya ke Samarinda. Setelah melaporakan hasilnya pada Gung Mas bahwa benar disinyalir ada pencurian BBM Pertamina di kapal tenker Pertamina. Gung Mas pun kemudian menghubungi Kalpolda Kaltim May Jen. Polisi I Wayan Karya, untuk mengatur penangkapan pencuri BBM tersebut bersama petugas Pertamina. Gung Mas juga meminta bantuan Panglima Kodam Tunjung Pura May Jend Jacob Dasto untuk melindungi seluruh jajaran dalam operasi penangkapan tersebut.
Operasi dapat berjalan lancar, motor boat penadah yang menempel ke kapal tanker di laut segera di sergap oleh tim sesaat setelah lampu kapal tanker dan boat dimatikan oleh pelaku pencurian. Para pelaku pencurian baik penadah maupun oknum petugas Pertamina di kapal segera di tindak. Akhirnyapun terungkap modus pencurian dirancang oleh oknum petugas Pertamina dengan memanfaatkan toleransi kesalahan pembacaan alat ukur yang diperbolehkan sewaktu loadiang/unloading sehingga secara prosedur tidak ada kesalahan maupun kerugian dari pihak Pertamina.

Di Unit Pemasaran Dalam Negeri masalah yang sering tumbul pada umumnya adalah dalam cadangan/stock BBM menjelang hari-hari raya, namun hal ini tidak terjadi di daerah Kalimantan sewaktu Gung Mas menjabat PUD. Hal ini disebabkan penambahan suply seminggu sebelum lebaran, umpamanya; mendekati hari raya, Gung Mas memerintahkan untuk menambah persediaan BBM sebanyak 3 juta liter, sehingga peningkatan jumlah persedian tersebut mampu melayani kebutuhan masyarakat di Kalimantan selama 31 hari dan terhindar dari kelangkaan bahan bakar yang dewasa ini kerap terjadi di tanah air.

Selain menangani kegiatan operasional Gung Mas juga menangani kegiatan kemasyarakatan. Tercatat pihaknya telah menyerahkan bantuan dari Pertamina kepada Pengusaha Lemah dan Koperasi (PELK) sebesar Rp. 462 000 000,- di Kalsel, Rp.313 500000,- di Kalteng dan Rp.1.137.000.000,- di Kaltim. Bantuan tersebut diberikan kepada unit usaha yang telah diseleksi oleh Pemda setempat dan instansi terkait. Bantuan itupun Gung Mas serahkan langsung kepada penerima disaksikan oleh Gubernur masing-masing.
Bantuan semacam ini diberikan atas instruksi Pertamina Pusat diambil dari 5% keuntungan Pertamina. Bantuan ini sebenarnya adalah suatu pinjaman modal kepada PELK tanpa bunga yg harus dikembalikan  kepada Pertamina dengan mencicil, di mana dana itu kemudian kembali digulirkan oleh Pertamina kepada PELK yang belum menerima.

Selain sektor pengembangan Migas dan pembangunan daerah dengan segala program bantuan, Gung Mas di antara waktu padatnya itu, masih menempatkan porsi penting untuk mengurus berbagai kegiatan kerohanian. Hal ini tampak dalam keterlibatannya mengambil peran utama membantu pembangunan wantilan pura Giril Jagat Nata Balikpapan yang dibangun cukup megah serta ia terlihat aktif dalam pembangunan pura di Tarakan yang juga megah di atas bukit, dan Gung Mas pun juga turut merintis pembangunan pura di Kutai bersama PHDI Kaltim.
Atas prakarsa, dedikasi dan keseriusannya terjun dalam memberi perhatian pada sektor kerohanian ini, Gung Mas kemudian di tunjuk bersama I Wayan Karya (Kapolda Kaltim) dan Bupati Kutai untuk meletakan batu pertama pura dalam upacara yg diselenggarakan oleh PHDI Kaltim di tengah hujan yang sangat lebat. Sesaat setelah meletakan pedagingan tersebut, pada tanggal 1 Juli 1994 Gung Mas di berikan tugas baru sebagai pimpinan Pertamina Asia Timur yang berkedudukan di Tokyo Jepang.

Tahun 1994, ‘Ir. I Gusti Gde Masputra’ dipindahkan ke Tokyo Jepang dan dipercaya untuk menjabat sebagai Kepala Pertamina Asia Timur dengan wilayah mencakup Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan RRC.

Bahkan belakangan ia merangkap jabatan sebagai ‘Executive Vice President of Japan Indonesia Oil Co. Ltd Tokyo’, Executive Vice President of  Far East Oil Trading  Co. Ltd Tokyo, Chairman and Director of Nusantara Gas Services Co Inc Osaka Japan dan Executive Vice President of  Petroleum & Trading Co. Ltd Tokyo, pada saat bertugas di Tokyo, Gung Mas berhasil mengikuti pendidikan pra Lemhanas angkatan 28/1995 dan lulus dengan predikat sangat memuaskan (prestasi tinggi).
Posisinya di Tokyo selain dapat meningkatkan pemasaran LNG Indonesia juga menjadi ujung tombak vital terjalinnya hubungan kerja sama dengan para investor dan negara-negara di Asia.


1. Ir. I Gusti Gde Masputra diperkenalkan oleh Dirut Pertamina kepada pejabat Jepang, Indonesia dan pebisnis di Jepang, dalam sebuah acara di Imperial Hotel Tokyo.
2. Ir. I Gusti Gde Masputra memberi sambutan peresmian terminal LNG Hiroshima Gas di Hiroshima  Jepang, saat menjabat Kepala Pertamina Asia Timur.
3. Bersama Direktur Utama Pertamina menghadiri 15th World Petroleum Congress di Beijing China.

 

Selama di Tokyo, Gung Mas sangat akrab membuka diri untuk ikut peduli pada pejabat Indonesia yang membutuhkan bantuan Pertamina saat berobat di Rumah Sakit Jepang, atau keperluan dinas lainnya antara lain seperti ‘Eddy Sudrajad’, Panglima TNI saat itu, Wakil Presiden ‘Umar Wirahadi Kusumah’ dan ‘Soedarmono’, kepala BPKP, Menteri Keuangan Bapenas, Menteri Pertambangan dan Energi, serta banyak lagi lainnya yang karena perhatian Gung Mas lalu terjalin hubungan kekeluargaan yang sangat akrab dengan para petinggi negara itu.


1. Bersama Peserta Technical Review Meeting di Dallas Texas
2. Menemani Calon Pembeli LNG dari Shanghai / China saat  berkunjung ke Bontang.
3. Ir. I Gusti Gde Masputra memberi sambutan pada perayaan Nyepi di Kadubes RI di Tokyo, Jepang.

 

Setelah kembali ke tanah air tahun 1997, Gung Mas ditugaskan memimpin PT Badak NGL Co produsen LNG terbesar di dunia yang dimiliki Pertamina (mewakili Pemerintah) 55%, Virginia International Company (VICO)20%, Total Indonesia Perancis 10% dan JILCO(Japan) 15%, dengan jabatan sebagai Vice President Director. Presiden Directur dijabat   secara ex-officio oleh Direktur Utama Pertamina. Gung Mas berkantor di gedung wisma Nusantara It 9 jln MH Thamrin Jakarta dibantu oleh beberapa staff senior yang antara lain Corporate Secretary, Excecutive Assistant, Manufacturing Assistant, Project & Procurement Assistant dan Finance & Planning Coordinator (expat/asing). Kegiatan operasional kilang LNG di Bontang dipimpin oleh Ganeral Manager yang diisi oleh pejabat senior Pertamina serta dibantu oleh tenaga-tenaga ahli asing yang mewakili perusahaan pemegang saham.
Dalam menjalankan tugasnya di kantor pusat Gung Mas selaku VPD mengadakan producers meeting secara berkala setiap bulan bersama wakil-wakil pemegang saham/producers gas yang dihadiri juga oleh General Manager. Dalam forum yang dipimpin VPD ini dibahas rencana kerja, anggaran dan evaluasi atas kegiatan PT Badak NGL.
Dalam forum ini pula perbedaan kepentingan antara produsen gas bumi yang mengemuka kemudian dibahas dan diselesaikan. Secara berkala pula Gung Mas melakukan rapat di Bontang dengan pimpinan-pimpinan PT Badak di kilang termasuk para expatriate untuk membahas masalah-masalah operasional maupun non operasional, termasuk pula menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan pemerintah kota Bontan khususnya dan seluruh jajaran Pemda Kaltim pada umumnya, setelah menjabat beberapa lama sebagai VPD Gung Mas merasa jabatan yang dipangkunya kurang pas berdasarkan job description yang diberikan kepadanya. Karenanya Gung Mas kemudian mengusulkan kepada dewan komisaris PT Badak NGL agar PT Badak NGL dipimpin oleh Dewan Direksi yang bertugas secara penuh/aktif dengan pengawasan Dewan Komisaris.
Usulan inipun diterima dan kemudian Gung Mas diangkat menjadi Presiden Director pertama PT Badak NGL aktif (bulan ex officio), Pada saat pemimpin PT Badak, Gung Mas juga minta ijin kepada dewan direksi (karena menyangkut biaya yang tidak masuk anggaran) untuk mendaftarkan PT Badak sebagai anggota Shell Global Solution, perusahaan yang melakukan benchmarking (evaluasi kinerja) di mana di dalamnya terdapat perusahaan-perusahaan LNG yang menjadi anggotanya. Hal ini di lakukannya untuk dapat membandingkan kinerja PT Badak dengan produsen-produsen LNG terkemuka di dunia, sehingga berguna untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Setelah mendapat ijin Gung Mas kembali menyampaikan usulan yang semula mengagetkan pemegang saham/gas producers, yaitu meminta bonus untuk karyawan dan karyawati jika perusahaan dapat meningkatkan kapasitas produksinya serta meningkatkan effisiensi operasinya secara aman. Usaha ini tidak mudah namun jika berasil akan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan secara significant dan meningkatkan kepercayaan pembeli/konsumen LNG Indinesia untuk membeli dari indonesia di tengah persaingan pasar  yang semakin meningkat.
Peningkatan effisiensi tersebut juga dijanjikan harus lebih baik dari effisiensi anggota SGS lainnya, hingga akhirnyapun Dewan Direksi menyetujui.

Alhasil berkat kerunia Tuhan YME disertai kegigihan usaha seluruh jajaran PT Badak, apa yang dijanjikan oleh Gung Mas kepada dewan Direksi dapat tercapai, prestasi luar biasa ini disambut gembira oleh kariyawan dan karyawati PT. Badak dengan reward bonus terbesar yang pernah diterimanya (sampai saat ini), di mana ini menjadi momentum seluruh jajaran bersinergi untuk mempertahankan dan terus meningkatkan prestasinya dimi kepentingan Negara.

Pada tahun 1999 sejarah mencatat, PT. Badak dapat berhasil memproduksi LNG seharga +33 trilyun rupiah. Dalam kepemimpinan Gung Mas lah, PT Badak NGL banyak menerima penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, antara lain  adalah; Penghargaan Bintang 5 Keselamatan Kerja dari Iinggris, pedang kehormatan dari Inggris, Sertifikat Bebas Kecelakaan dari Depnater RI, Penghargaan Kerhormatan dari Badan Keselamatan Kerja Amerika, Pengharagaan Patra Nirbhaya Karya Utama Adi Utama dari Pemerintah, sertifikat ISO 14001 dari Lyod’s Register for Quality Assurance UK, Britisth Safety Council Five star-Award, Setifikat ISO 9001-2000 dari SGS-ICS Indonesia. Di luar kegiatan operasional perusahaan juga menerima penghargaan Keluarga Bercanda Terbaik Nasional th 2000 dari BKKBN yang diserahkan oleh ketuanya Prof.dr. Ida Bagus Oka kepada Gung Mas di Bontang yang selain disaksikan oleh kariyawan dan karyawati PT Badak juga oleh Muspida TK 1 Kaltim.

Prestasi-prestasi tersebut di atas dicapai pada saat Menteri Pertambangan dan Energi waktu itu di jabat oleh bapak Susilo Bambang Yudoyono yang pada suatu kesempatan di Bontang pernah menjalin komunikasi akrab bersama Gungmas tentang pribadinya sehingga terasa terjalin hubungan silahturahmi yang baik dengan SBY yang kini Presiden Republik Indonesia.
Bahkan pada saat beliau (SBY) akan mendeklarasikan partai Demokrat bertempat di hotel Hilton Jakarta, Gung Mas sempat ditelpon oleh sdr Sultan Batugana yang Gungmas kenal sebagai karyawan perusahaan rekanan Pertamina, dari pembicaran telepon Gungmas diminta untuk ikut duduk dalam kepengurusan Partai oleh pak SBY dengan suatu terget tertentu untuk Gung Mas jika partai pak SBY menang dalam PEMILU nantinya, hal ini dikemukakan tentu melihat rekaman prestasi Gung Mas yang luar biasa manakala memimpin Pertamina khususnya saat di PT. Badak, di mana diharapkan ke depan ia dapat berkiprah lebih banyak untuk bangsa dan negara.
Kendati semangatnya untuk terlibat dalam pemerintahan mendorong lagi kemajuan Migas Nasional tidak pernah surut, namun kala itu Gung Mas yang selalu memposisikan diri di luar warna politik, minta maaf kepada Sultan Batugana untuk dimaklumi tidak terjun ke dunia politik, meskipun secara pribadi Gung Mas sendiri merasa demikian cocok dan simpati pada kharisma SBY yang dikenalnya begitu baik.


1) Penandatanganan prasasti peresmian Wantilan Pura Giri Jagat Natha di Balikpapan, saat menjabat PUD Kalimantan & Sulawesi.
2) Saat peresmian Pura di Kutai di mana di Pura ini, Gung Mas adalah tokoh yang meletakkan batu pertama.
3) Menyambut kedatangan HM. Soeharto, Presiden RI ke-2 di Cilacap dalam rangka peresmian Kilang Paraxylene di Cilacap.
4) Ir. I Gusti Gde Masputra menerima ‘British Safety Award’ (Pedang Penghargaan Keselamatan Kerja) di London, saat menjadi Pimpinan UP IV Pertamina Cilacap (1989-1992).
5) Menerima kunjungan Kepala BKKBN, Prof. dr. Ida Bagus Oka ke LNG Bontang, Sebagai Pemenang KB Teladan Se-Indonesia.
6) Memberi bantuan Pertanian kepada para pengusaha lemah, di Kalimantan Timur disaksikan Gubernur Kaltim.
7) Berbincang akrab bersama Soesilo Bambang Yodhoyono sebagai Menteri Pertambangan dan Energi saat berkunjung ke kilang LNG terbesar di dunia di Bontang.
8) Ir. I Gusti Gde Masputra menyambut customer minyak bumi & LNG serta manufacturer dan para banker, berikut para pejabat Jepang dan Indonesia beserta pegawai dan anak perusahaan Pertamina di Jepang, pada acara Pertamina New Years Party 1997 di Imperial Hotel Tokyo.
9) Acara Dharma Shanti peringatan Hari Raya Nyepi tahun baru caka 1918 perkumpulan umat Hindu di Jepang tahun 1996 yang aktif digiatkan, dihimpun dan disponsori oleh Ir.       I Gusti Gde Masputra.
10) Malam pisah dan hiburan dalam nuansa Bali di Tokyo.

 

Sebagai pimpinan di perusahaan produsen LNG terbesar di dunia yang dapat memproduksi LNG secara aman, handal, effisien dan ramah lingkungan, Gung Mas pun mendapatkan kepercayaan duduk di organisasi terkemuka baik di dalam maupun di luar negeri sebagai Vice President Indonesian Gas Associattion, Director Society of International Gas Tanker and Terminal operator di paris, Steering Committee World Gas Conference di Nice Perancis, Committee of south East Asia Gas Conference di Thailand, Committee of South East Asia Gas Conference di Brunei.
Dengan predikat yang disandangkan seperti tersebut di atas perusahaan yang dipimpinnya juga dituntut untuk membagi ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman yang dimilikinya kepada para produsen dan konsumen LNG, para ahli gas bumi, teknologi cryogenic, serta para ahli pabrik pembuat peralatan/kilang LNG.
Hal tersebut sebagai konsekwensi dedikasipun tidak pernah lalai dipenuhi oleh PT Badak melalui seminar-seminar.
Bahkan sebagai pimpinan Gung Mas ikut serta membahas makalah-makalah yang akan disampaikan oleh PT Badak dalam seminars/conferences international seperti GASTECH, GASEX, WORLD GAS CONFERENCE, INTERNATIONAL CONFERENCE & EXHIBITION on LNG dan sebagainya. Dan pada saat penyampaian makalah Gung Mas juga selalu tampak menemani staffnya dan ikut dalam seminar untuk menambah pengetahuan atas teknologi-teknologi baru yang dipaparkan, di mana ini juga bermanfaat bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan citranya.
Forum-forum seperti tersebut di atas selalu diikuti Gungmas juga bertujuan untuk dapat bertemu dengan masyarakat LNG umumnya dan konsumen LNG Indonesia khususnya.

Bagi Indonesia keikut sertaan dalam rangkaian aneka acara-acara LNG /Gas memang tidak pernah bisa terlepaskan mengingat pridikatnya sebagai leader dalam produksi dan pemasaran LNG. Kesan dan predikat itu begitu kuat melekat dapat terlihat seperti pada saat Conference di Vienna, contohnya; Baharuddin (direktur umum Pertamina yang memasarkan LNG) diberi kehormatan sebagai keynote speaker dan dijuluki sebagai Mr.LNG sehingga mendapatkan applause luar biasa  dari seluruh hadirin.
Sementara itu, untuk meningkatkan kemampuan teknologi dibidang LNG dan dalam mengatasi masalah PT Badak, Gung Mas mengadakan Technical Review Meeting secara berkala yang diikuti oleh para ahli PT Badak dan ahli-ahli LNG dari pemegang saham PT.Badak seperti VICO USA, TOTAL FINNA ELF Perancis serta BEYOND PETOEUM(BP).
Di dalam negeri sendiri, Gung Mas tampil dalam pembuatan makalah yang ia paparkan dalam seminar nasional peranan Migas dalam Perekonomian Nasional, Program Pasca Sarjana S2 Studi Pembangunan ITB di Bandung dengan judul Peranan Pengelolaan Gas Bumi Dalam Mengkokohkan Ekonomi Nasional di tengah Kompetisi Dunia. Dalam seminar yang menempatkan pembicara antara lain; Mentri Pertambangan dan Energi, Direktur Jendral Migas, Hatta Rajasa, Umar Juoro dan Widjajono Partowidagdo itu, Gung Mas menekankan betapa pentingnya untuk meningkatkan pemakaian gasbumi di dalam negeri guna mengurangi subsidi BBM, mengurangi beban terhadap cadangan devisa negara, menambah penerimaan negara baik dari pajak Kontraktor Production Sharing maupun pendapat bagi hasil.
Menurutnya dalam makalah yang ia jabarkan, peningkatan penggunaan gas bumi di dalam negeri akan dapat memacu pengembangan investasi dan lapangan kerja baru di sektor hulu, transportasi dan hilir serta penggunaan sumber daya alam Indonesia yg effektif dan berwawasan ramah lingkungan. Peningkatan pemanfaatan gas bumi sebagai bahan baku industri petrokimia akan dapat meningkatkan nilai tambah gas bumi secara significant sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan memperkokoh ekonomi nasional.  Sumbangsih pemikirannya itulah yang kemudian sedikit banyak mempengatuhi arahan kebijakan pemerintah ke depan dalam peningkatan penggunaan gas bumi.

Selain berkiprah di bidang LNG/LPG Gung Mas pun lagi-lagi tidak pernah absen dalam kegiatan spiritual keagamaan, di Bontang pun ia ikut berperan membangun pura tempat persembahyangan umat Hindu bagi masyarakat di kawasan Bontang dan sekitarnya. Dan juga Gung Mas masih menyempatkan diri mengikuti acara peresmian Pura umat Hindu yang sangat disakralkan di Kutai kendati saat itu jadwalnya sangat tidak memungkinkan karena di tengah menerima kunjungan komisi VIII DPR RI (yang membidangi pertambangan dan energi) di Bontang. Dengan alasan harus hadir di pura sebagai wakil yang meletakkan batu pertama saat pembangunan Pura, sesuai permintaan Nengah Rupa Ketua PHDI Kaltim, karena Wayan Karya (Mayjend ex Kapolda Kaltim yang kala itu berdua bersama Gungmas meletakkan batu pertama pura) berhalangan hadir disebabkan tugas di Jakarta sebagai assisten Menko Polkam.
Pagi itu juga, Gung Mas sempat ditelpon Suwarna Gubernur Kaltim yang mengharapkan kehadirannya karena seluruh Muspida TK 1 Kaltim juga akan hadir, menjadikan Gung Mas memberanikan diri menyampaikan adanya moment penting ini kepada Ketua Komisi. Syukurnya Ketua Komisi memahami hal itu dan Gung Mas dapat berangkat ke Kutai setelah memberikan presentasi tentang kegiatan PT Badak.
Gung Mas sangat bersyukur dapat tiba di Pura tepat waktu setelah dengan gusar ditunggu di depan pura oleh panitia peresmian sehingga peresmian pura yg di hadiri oleh wakil-wakil umat Hindu dari seluruh Indonesia dan Pemda Bali dapat dimulai.

Dalam hal prestasi, keberasilan Gung Mas memimpin produsen LNG terbesar di dunia ini tak diragukan telah mengharumkan bangsa, kendati rangkaian dedikasi itu telah banyak menguras tenaga dan pikirannya karena harus banyak bepergian baik di dalam maupun di luar negeri untuk kegiatan perusahaan dan organisasi yg diikutinya. Hingga akhirnya sampai pada tanggal 10 Agustus 2001, di mana Gung Mas memasuki MPP setelah diperpanjang masa dinasnya 1 tahun oleh Pertamina, di mana kembali sebelum memasuki MPP Gung Mas dipanggil oleh Dirut Pertamina Baihaki Hakim untuk dapat kembali bertugas di Pertamina untuk memimpin kegiatan Petro Kimia Pertamina demi meningkatkan pendapatan Pertamina termasuk menambah saham Pertamina di indrustri petrokimia PPI Gresik sehingga menjadi pemegang saham mayoritas.
Kondisi keuangan Pertamina pada saat itu sangat merosot tajam dampak adanya UU Migas yang baru di mana Pertamina tidak lagi diberi tugas oleh pemerintah untuk mengawasi Production Sharing Contractor sehingga pendapatan Pertamina sebesar 5% dari hasil PSC sebagai retensi tidak ada lagi. Gung Mas sangat memahami mengetahui kondisi keuangan Pertamina sangat sulit saat menjabat sebagai Dirut PT Badak, ini terlihat karena Abda’oe Dirut Penerima saat itu sering menelponnya untuk meminjam dana LNG karena dana Pertamina terkuras untuk menalangi pemerintah membeli minyak mentah untuk BBM.
Gung Mas diberi waktu 1 bulan untuk berpikir oleh Dirut Pertamina, sementara jabatan Dirut PT Badak diserahkan kepada Hadi Purnomo mantan Direktur PPDN Pertamina.
Walaupun berat rasanya meninggalkan Pertamina saat itu akhirnya dia memilih untuk kembali ke kampung halamannya untuk mendarma baktikan dirinya bagi keluarga besar dan masyarakatnya di Denpasar dan meminta maaf kepada Dirut Pertamina, Baihaki Hakim untuk tidak dapat membantunya. Banyak pihak yang menyanyangkan hal itu, bahkan perusaan minyak asing banyak yang menawarkan Gung Mas untuk bergabung di perusahaannya, namun dia tetap dengan santun menolaknya.

Masa persiapan pensiun thn 2001 dinikmati oleh Gung Mas untuk merencanakan pengembangan binis  pariwisatanya bersama putranya yang berhenti bekerja dari perusahaan Jepang di Singapore karena ingin mengembangkan bisnis sendiri di Bali. Hotel Bali Niksoma yang dimilikinya sejak 1983 dan kelola oleh adik-adiknya kemudian dikelolanya  bersama putranya. Bangunan hotel yang sudah cukup lama direnovasinya dengan bantuan biro arsitek Hadiprana. Bangunan yang dulunya dirancang sesuai  dengan arsitektur Bali kuno penuh dengan ukiran sesuai dengan permintaan pasar diganti dengan arsitektur Bali modern yg mengutamakan faktor kenyaman tinggal untuk waktu yang lama (long stay) dengan bahan-bahan bangunan alami tradisional Bali seperti kayu, alang-alang, lampit, batu alam, genteng merah, teraso dan sebagainya.

Gung Mas bertekad pada waktu itu untuk merubah citra daerah pariwisata Kuta Legian dari kesan daerah murah menjadi bercitra daerah pariwisata berkelas agar hasil pariwisata di kawasan itu dapat dinikmati dengan lebih baik oleh masyarakat lokal di sana.
Walaupun kemampuan finansial terbatas, namun kamar dan halaman haruslah cukup luas agar para tamu dapat merasa lega tinggal di hotel. Begitu juga perlengkapan kamar dan fasilitas publik harus ditingkatkan, kapasitas AC dibuat lebih tinggi dari perhitungan umumnya, kualitas tempat tidur ditingkatkan dan lain-lain yang semuanya itu akan berakibat cost sangat tinggi.

Namun karena tekadnya untuk meningkatkan citra kawasan terlanjur telah memotivasinya, didukung dengan keyakinan bahwa akan bisa mendapatkan tamu yang bersedia membayar mahal karena lokasi hotelnya berada di tepi pantai Legian yang prestisius dan sudah kesohor, akhirnya Gung Mas terpaksa menjual beberapa asset tanah yang dimilikinya serta mempergunakan tabungan uangnya untuk merealisasikan pembangunan dan renovasi hotel sesuai rencana, dengan tanpa melibatkan pihak bank yang saat itu cukup rumit pengucurannya untuk menyokong pembangunan Niksoma versi baru yang dikatagorikan sebagai boutique hotel.

Gung Mas kemudian dengan putra-putranya yang sudah selesai dengan pedidikannya di Amerika, berusaha merecruit staff yang professional dengan mengutamakan service. Jumlah staff pun dibuat lebih banyak dari umumnya guna mendapatkan katagori Excellent Services. Setelah hotel beroperasi kembali pada tahun 2003 ternyata pasar merespon dengan sangat positif, occupancy Niksoma langsung bertengger tinggi walaupun dengan room rate yang cukup tinggi untuk daerah Legian dan Kuta pada waktu itu. Niksoma bahkan mendapatkan penghagaan sebagai The Most Populer Boutique Hotel pada tahun 2005 dan 2007 dari agent perjalanan terkemuka di Australia. Hotel Bali Niksoma saat ini baru memiliki 58 room berbentuk Villa Bungalow dan bangunan bertingkat 3 dilengkapi dengan 2 swimming pools salah satunya infinity sehingga saat berenang bisa melihat laut, 2 restaurant menghadap laut dan airport serta lawn untuk tempat wedding party beach front. Ke depan Bali Niksoma akan ditingkatkan jumlah kamarnya menjadi 83 dengan tingkat tinggi kemewahan yang lebih tinggi di area saat ini yang luasnya +/-1 hektar.

Bersamaan dengan renovasi Hotel Niksoma tersebut Gungmas dan putranya mengembangkan usaha laundry dan dry cleaning berkualitas guna mendukung usaha hotelnya serta untuk memberikan pelayanan laundry/dry cleaning bermutu ekstra bagi masyarakat kota Denpasar yang perekonomiannya sudah berkembang dengan pesat. Putranya membeli franchise 5@sec dan membeli 2 ruko berlantai 3 di jalan raya Puputan Renon untuk kantor pusat dan operasinya. Selain pusatnya di renon 5@sec juga telah memiliki 5 cabang yang terbesar di kota Denpasar juga di Seminyak Tuban dan Jimbaran. Setelah 10 tahun beroperasi dengan bendera 5@sec kini Gung Mas bersama putranya membangun trade mark baru untuk laundry nya dengan brand nama Brite mempergunakan teknologi, mesin, chemical dan tenaga operasional yang sama.

Pada saat Bali di guncang bom untuk kedua kalinya kondisi pariwisata Bali kembali menurun sehingga Gungmas berupaya membuat bisnis baru, kali ini ia menerjuni bisnis property dengan membuat rumah kantor di atas tanah yang dimilikinya di Jalan Gatsu Tengah Denpasar, yang sebelumnya dipakai oleh menantunya untuk usaha salon cuci mobil namun tidak memberikan nilai keekonomian yang baik. Setelah gedung Rukan berlantai 3 tersebut selesai salah satu dari padanya dipergunakan untuk kantor perusahaan yang baru yaitu PT. Graha Putra Mas dan cabang laundry / dry life, Buana Finance, Circle K dan lain-lain. Gedung itu sendiri disebutnya sebagai Graha Putra Mas Building.

Rampung dengan pembangunan gedung Graha Putra Mas Building, Gung Mas melalui putranya bergerak keluar Bali menuju pulau Batam membangun komplek perumahan untuk pensiunan Polri di atas tanah seluas 19 hektar yang dibelinya dengan bantuan dana dari bank. Kegiatan bidang property ini dilanjutkan ke Bali dengan membeli tanah di prime location dengan bantuan bank untuk dibangun fasilitas penunjang pariwisata dilokasi baru seperti di ECHO BEACH dan pantai Nyanyi.

Tidak berhenti di sektor property, sesuai keahliannya Gus Mas juga mencoba memulai bisnis baru untuk membangun power plant/pembangkit tenaga listrik swasta dengan kapasitas 300 MW berbahan bakar gembut di kota Pontianak Kalbar. Usaha ini adalah patungan antara putranya dan 2 orang rekan ex Boston University dengan membentuk PT.Sebukit Power. Untuk pembiayaan penyiapan lahan pabrik, biaya konsultan pabrik gembut dan power plant, perijinan dan lain-lain Gung Mas mendapatkan pinjaman rupiah dari bank. Setelah mendapatkan persetujuan dari PLN pusat dan pemda Kalbar termasuk persetujuan AMDAL dari menteri KLH kontrak penjualan listrik kepada PLN ditanda tangani oleh PT.Sebukit Power dengan pihak PLN dengan harga yang disetujui dalam US $/kwh. Dengan keberasilan PT Sebukit Power mendapatkan kontrak penjualan listrik kepada PLN pihak PLN Korea Selatan KEPCO (Korea Electric Power Company) membeli saham PT.Sebukit Power sebesar 51 % dengan ketentuan membiayai sepenuhnya biaya pembangunan pabrik porsi $ sebesar  US $ 300,000,000. Kepco akan mengeluarkan biaya  rupiah 51% dari biaya yang dikeluarkan oleh PT.Sebukit Power. Setelah meninjau Power plant milik Kepco di KORSEL didekat kepulauan Ceju dan melakukan perundingan dengan pihak direksi Kepco akhirnya perjanjian pembangunan pembangkit tenaga listrik ini ditanda tangani di Hotel Bali Niksoma antara PT.Sebukit Power dan KEPCO.
Pasca penanda tanganan Kontrak tersebut timbul masalah dengan gembut sebagai bahan bakar. AMDAL yang tadinya sudah disetujui dipermasalahkan kembali sehingga status proyek sekarang menjadi tidak menentu. Suatu pengalaman pahit yang dialami oleh Gung Mas harus membayar bunga uang dan pengembalian pinjaman bank tanpa pendapatan dari proyek tersebut. Pengalaman pahit ini dia sikapi dengan kembali meningkatkan usaha bisnisnya di Bali.

Guna menunjang indrustri pariwisata yang mulai menggeliat setelah Bom Bali 2, Gung Mas dan putra-putranya mulai mengembangkan bisnis bar & restaurant yang berkualitas, bermula di Jalan Pedma Legian mereka menyewa restaurant yang sudah tidak beroperasi dan merenovasinya. Restaurant tersebut diberinya nama Mozzarella dengan menghidangkan makanan yang popular dikalangan tourist yang spendingnya tinggi (berduit banyak).
Untuk study pasar, berbagai restaurant yang ramai kemudian dikunjunginya dan dicoba makanan dan minumannya terutama yang berharga mahal serta menu-menu yang disukai para tamu semua dicicipi sebagai perbandingan dan masukan. Setelah cukup melakukan survey yang dilakukan baik di Bali maupun di Jakarta, akhirnya diputuskan membuat menu utama steaks dan pasta. Selanjutnya dicarilah calon chef dan cookers yang melamar ex karyawan restaurant yang dirasakan enak makananya dan ramai tamunya.
Setelah Mozzarella dibuka, mulanya restaurant ini belum banyak pengujungnya. Namun kemudian iapun meningkatkan promosi dengan mendatangi, mengundang makan teman-teman prominent people dari Jakarta, memasang iklan di majalah-majalah terbitan banks dan lain-lain, maka dalam sekejap Mozzarella menjadi terpopuler, restaurant No.1 di kawasan Legian menurut Trip Adviser di internet berdasarkan penilaian tamu-tamu yang pernah makan dan minum ke sana.
Di bidang lain, dengan membaiknya kondisi pariwisata Bali setelah diguncang boom Bali ke dua kali, pihak bank membuka diri untuk membantu investor di bidang pariwisata. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Gung Mas pada tahun 2010 dengan membeli hotel Maharta yang  menjadi tetangganya milik adik ipar dan grupnya dengan pendanaan dari bank CIMB Niaga. Dalam waktu satu bulan hotel tersebut di touch up dibersihkan, kamarnya dibuat nyaman dengan AC yang agak besar, tempat tidur yang lebih nyaman, dibuat pool bar baru, restaurant baru dilokasi restaurant lama dengan menimbun tanah sehingga lantai restaurant baru agak tinggi sehingga bisa dengan bebas memandang laut di depannya, dan dibuat bangunan spa. Bangunan restaurant dan spa dibuat dari kayu jati lama dan recycle woods. Bangunan ini telah dimiliki disimpan ditempat lain sehingga pemasangannya di Maharta dapat diselesaikan dalam 1 bulan. Rentaurant baru ini diberi nama Mozzarella By the Sea (MBS) mengambil nama Mozzarella yang telah dikenal baik oleh tamu-tamu domestik maupun manca negara. Sekarang MBS menjadi lebih populer dibandingkan dengan pendahulunya di Jalan Padma.

Adapun Hotel Maharta sementara belum direnovasi total, namun demikian setelah dioperasikan dengan baik hasilnya dapat direspon oleh pasar dengan baik pula, sesuai dengan rate yang ditawarkan.

Setelah Maharta dan MBS nya mulai beroperasi dengan baik Gung Mas mulai memenuhi janjinya untuk membangun hotel yang cukup mewah di kawasan JL. Melasti Kuta di atas tanah 4000 m2 yang dibelinya  beberapa tahun sebelumnya. Keinginanya sebagai putra daerah sangat besar untuk bisa ikut berperan serta dalam industri pariwisata Bali yang kini sudah semakin dikuasai oleh investor luar pulau termasuk menguasai tanah-tanah di pulau yang dia sangat cintai ini. Gung Mas sangat khawatir, lambat laun budaya Bali akan berubah sesuai dengan keinginan pemilik tanah.
Karenanya sebagai orang Bali, Gung Mas merasa perlu dan harus berdaya mengambil peran dalam pembangunan, termasuk tampil dalam sektor pariwisata dan tampil di bisnis akomodasi berkelas.
Karena itulah Gung Mas membangun hotel berstandart mewah yang diberi nama The Magani, diambilnya dari bahasa Sansekerta bermakna deligtful place atau tempat yang menyenangkan. Pembangunan hotel ini rampung dikerjakan oleh 3 kotraktor yaitu  PT.Hutama Karya, CV.Cukup Mendiri dan PT.Jaya Kusuma Sarana Bali (JKS) dalam waktu tepat 15 bulan, di mana Gung Mas ikut secara langsung aktif mengawasi pengerjaannya.
Target waktu 15 bulan itu ditetapkan, karena Gung Mas berusaha memenuhi komitmennya kepada pihak Universitas Indonesia yang ingin mempergunakan gedung serbagunanya The Magani sebagai Venue/tempat international conference on electronic nano technology kerja sama antara Ul dan University of Khogisima Japan pada tanggal 18-12 Juli 2012.

Keberasilannya dalam memenuhi janjinya untuk memakai Indraprasta Room di the Magani yang dihadiri oleh pembicara-pembicara ahli dari Jepang dan dalam negeri cukup membanggakan dan mendapat apresiasi luar biasa dari para pengunjung menikmati kemewahan The Magani.
The Magani sendiri memiliki 108 kamar 1 ruang serbaguna, spa, bussines room, boutique shop, bar, sunken bar, swiming pool dewasa dan anak serta restaurant Mozzarella on Magani. Hotel yang tadinya dirancang  untuk condotel dengan rencana menjual 14 kamarnya masing-masing seluas 100m2 dirubah pelaksanaannya menjadi hotel setelah pihak bank memberikan pinjaman dana untuk pembangunannya. Hotel yang dibuka pada tgl 1/7/12 ini saat ini telah menempati renking 1 dari 44 hotel yang ada di Lagian versi Trip Adviser yang diikuti oleh hotel Bali Padma ditempat ke 2 serta Bali Niksoma ke 3 dan seterusnya.

Di tengah semua kiprah dan keberhasilannya, sesungguhnya saat ini bagi Gung Mas yang ia inginkan adalah terus berkarya, berbuat sesuatu untuk bangsa Indonesia, untuk Bali dan masyarakatnya.
Bila dulu saat menjabat di Pertamina ia menggencarkan kiprah membangun industri kilang minyak dan LNG tanah air agar sebesar-besarnya dapat memberi manfaat dan keuntungan bagi negara, kini di masa purna tugasnya ia pun masih tetap ingin dapat membangun negeri dengan caranya sendiri bersama Niksoma–Tabungannya, terjun di sektor kepariwisataan, memberi banyak naungan lapangan pekerjaan dan berperan aktif menciptakan akomodasi berkualitas sembari tak pernah lelah untuk mengetuk kesadaran masyarakat Bali mempertahankan eksistensi, budaya dan tradisinya dari gerusan arus desakan para investor serta kaum urban yang semakin bertambah banyak mengancam nasib Bali menjadi seperti halnya Betawi yang tergusur dari tanahnya sendiri.

Kekhawatiran ini jugalah yang menjadi salah satu alasan ‘Ir. I Gusti Gde Masputra’ untuk sebisa mungkin memiliki beberapa lahan strategis di Bali sebelum jatuh ke tangan investor asing yang berpotensi merubah wajah Bali dengan budaya mereka yang perlahanan akan memberangus Taksu budaya dan tradisi Bali yang sesungguhnya menarik minat dunia.
Kini setelah tongkat estafet dalam genggaman Gung Mas sudah harus berpindah ke lain generasi, sebuah harapan muncul akan adanya putra Bali yang berkarya membangun negeri dengan tetap mampu membawa jati dirinya sebagai orang Bali yang kaya budaya, bertradisi dan religius.


family picture

DATA PRIBADI

Nama                  : Ir. I Gusti Gde Masputra
Tempat /
Tanggal lahir     : Tainsiat, 10 Agustus 1945
Agama                : Hindu
Profesi                : Pengusaha
- BALI NIKSOMA HOTEL
- MOZZARELLA RESTAURANT
- THE MAGANI HOTEL & SPA

Pengalaman Organisasi :
-   Ketua PMR, SMAN  Denpasar
-   Anggota Senat Mahsiswa  Mesin ITS
-   Penasehat Suka Duka Hindu Dharma Palembang
-   Suka Duka Tempek Cempaka Putih
-   Penasehat Suka Duka Hindu Dharma PERTAMINA PUSAT
-   Penasehat Suka Duka Hindu Dharma Balikpapan
-   Pembangunan Pura Giri Jagat Natha, Balikpapan
-   Pembangunan Pura Tarakan, Kaltim
-   Penasehat Suka Duka Hindu Dharma Cilacap
-   Pembangunan Pura di Serandil Cilacap
-   Pembangunan Pura di Bontang, Kaltim
-   Ketua Golf Clup Balikpapan
-   Pembangunan Pura Ambarawa Jateng.
-   Pengurus S&SA Sungai Gerong
-   Direktur Society of International Gas Tanker & Terminal Operator(SIGTTO)
-   Vice President of Indonesian Gas Association
-   Committee of World Gas conference, nica france
-   Commite of sountheast Asia Gas conference, Thailand
-   Commite of sountheast Asia Gas conference, Brunei
-   Ketua TIM Standardisasi Nasional Indonesia bid. Migas
-   Ketua TIM Stardisasi Pertamina
-   Ketua TIM Material refinery, program Pertamina.
-   Ketua TIM Pertamina Refinery.

Menikah            : 15 Mei 1970
Nama istri         : AA.Ayu Purniati
Jumlah Anak    : 5 orang
Hobby                : Berenang & Golf

Pesan                  : Jadilah putra-putri Bali sebagai tuan di daerahnya sendiri & berbuatlah yang terbaik agar bisa mendapat hasil yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga serta nusa dan bangsa.

___________________________________________________________

CURICULUM VITAE
 
1.      Name                               : Ir. I Gusti Gde Masputra
2.      Date of Birth                  : 10 August 1945
3.      Place of Birth                 : Denpasar – Bali
4.      Family Composition     : 205 ( 1 Wife, 5 Children )
5.      Religion                           : Hindu
6.      Formal Education

1951 – 1957                  : Elementary School | Sekolah Rakyat III | Denpasar Graduate
1957 – 1960                 : Junior High School | Sekolah Menengah Pertama Negeri | Denpasar Graduate
1960 – 1963                 : Senior High School | Sekolah Menengah Atas Negeri | Denpasar Graduate
1963 – 1970                 : Mechanical Engineering Faculty | Surabaya Institute of Technology | Fakultas Teknik Mesin ITS | Surabaya Graduate

7. Courses Domestic
1.  02/04/71 – 24/04/71             Introduction Course Pertamina Plaju
.                                                        Sumatra Selatan
2. 26/04/71 – 07/05/71             Course On Refinery Maintenance Engineering | Jakarta
3. 13/03/72 – 24/03/72             Fundamentals Of Instrumentation Pusri/Palembang
4. 29/08/73 – 01/09/73             Project Management System Jakarta
5. 14/01/74 – 09/02/74             The Process Equipment Design Course King | Pertamina  S. Gerong
.                                                        Wilkinson  Sumatra Selatan
6. 11/03/74 – 23/03/74             Advanced Supervisory Course Pertamina Plaju
.                                                        Sumatra Selatan
7. 12/08/75 – 22/08/75             PMS | Course Pertamina  S. Gerong
8. 06/12/76 – 18/12/76             Basic Industrial Hygiene |Pertamina  S. Gerong
9. 25/01/77 – 29/01/77              Basic Computer Concept |Jakarta
10. 20/09/77 – 30/09/77          Cost Estimate And Cost Control |Jakarta
11.  10/02/78 – 12/02/78          Technical Forum On Thermal Power Generation |Migas / Jakarta
12. 04/12/79 – 19/12/79            P- 4 Type A |Jakarta
13. 21/01/80 – 09/02/80          Power And Utilities |Bandung
14. 10/03/85 – 19/03/85           Preventive Maintenance |Jakarta
15. 09/12/85 – 19/12/85            Tarpadnas  |Jakarta
16. 07/10/85 –                               Insurance Claim In Construction Industries |Jakarta
17. 28/04/86 – 02/05/86          The Executive Course In Total Maintenance |Jakarta
.                                                        Managemen
18. 21/10/87 – 22/10/87            Optimun Maintenances Strategies Conference |Jakarta
.                                                        The Howard Finley Corporation
19. 10/11/88 – 11/11/88              Biult in Supervisory Auditory Course |Jakarta
20. 13/02/89 – 15/02/89           National Symposiumon Material Structure and |Bandung
.                                                        Fatigue
21. 26/05/89 – 26/08/89          Kursus Pimpinan Migas (Senior Management |Jakarta – Surabaya
.                                                        Development Program ) ( Lulusan Terbaik )
22. 26/02/91 – 27/02/91           Workshop On Handling of Capital Project |Jakarta
23. 24/09/91 – 25/09/91           National Conference On Commercializing State |Jakarta
.                                                        Owned Enterprises
24. 17/06/93 – 18/06/93           Business Competition Law |Jakarta
25. 14/07/93 – 21/0793              Strategic Leadership For Oil and Gas Company |Bali
.                                                         Managers, Edwin School of Business Southern
.                                                         Menthodist University USA
26. 10/04/95 – 22/12/95            Kursus Regular Angkatan 28 Lemhanas ( National         |Jakarta
.                                                         Resilience Course )  Lulusan Peringkat Tinggi

Abroad
1.      19/06/78 – 15/07/78          Computer Aplication Development Program Asian    Bangkok – Thailand
.                                                         Institute of Technology
2.      05/11/88 – 18/11/88          JCCP International On Effective Maintenance | Japan
.                                                         Management
3.      25/06/90 – 30/06/90       Kaizen Seminar and Plant Tour |Japan
4.      02/07/90 – 02/07/90       Quality Function Development Seminar |Tokyo – Japan
5.      03/09/90 – 14/09/90        International Petroleum Executive Seminar |Lausanne Switzerland
6.      30/06/91 – 20/07/91         Executive Summer Session Institute Francis Du |Paris – France Patrol ( IFP )
7.      29/06/92 – 11/07/92          Study On Productivity of Japanese Indrustries |Japan
8.      24/10/94 – 28/10/94         Osaka Gas R&D Forum 1994|Osaka Japan
9.      09/09/96 – 04/10/96        The 6 Th Annual International Petroleum |Boston USA
.                                                         Management Certivicate Program

8. Seminar / Conference
1.      03/12/96 – 06/12/96         Gastech 96 Comperence | Vienna
2.      10/06/97 – 13/06/97         The 20TH  World Gas Conference |Copenhagen
3.      04/05/98 – 07/05/98        LNG 12 Conference |Perth Australia
4.      07/09/98 – 10/09/98        Gas In The Next Century Technology Innovation |Segul / South Korea
5.      29/11/98 – 02/12/98          Gastech 98 Conference |Dubai / Uae
6.      07/09/99 – 10/09/00        The Indonesian International Oil & Gas Exhibition |Nusa Dua – Bali
.                                                         And Conference 1999
7.      27/03/00 – 28/03/00       Asia Business Forum on China natural Gas |Singapore
.                                                         LNG / LPG
8.      06/06/00 – 09/06/00       21ST Word Gas Conference |Nice France
9.      10/09/00 – 14/09/00        Gas EX 2000 Conference |Bangkok – Thailand
10.  13/11/00 – 21/11/00             Gas Tech Conference & Siggto Board Meeting |Houston – USA
11.  13/05/01 – 18/0501               LNG 13 & Sigtto Board Meeting |Seoul South Korea

9. Work Experiences
1.  11-Oct-70 – 31-Dec-70            UNIT II Refinery Maintenance Supervisor |S. Gerong
2. 01-Jan-71 – 30-Dec-71            UNIT II Refinery Inspection Engineering |S. Gerong
3. 01-Jan-72 – 31-Dec-73            UNIT II Project Engineering  |S. Gerong
4. 01-Jan-74 – 23-Oct-77            Refinery UNIT III Group Head of Mechanical & S. Gerong
.                                                         Instrument Engineering General Engineering
5. 24-Oct-77 – 31-Dec-77            Head Office Engineering |Jakarta
6. 01-Jan-78 – 31-Mar-81           Head of Office Engineering Planning & Jakarta
.                                                         Development Division Process Directorate &
.                                                         Assistant to Sub Div. Head
7. 01-Apr-81 – 10-Jul-84             Balikpapan Refinery Expansion Project
-  Head of Office Engineering |Jakarta
-  Caretaker Resident Manager |London
-  Assistan to Project Manager |Jakarta
8.      17-Nov-84 – 17-Sep-87      Maintenance Manager Balikpapan Refinery  Balikpapan
9.      18-Sep-87 – 07-Dec-89     Head of Technical sub Division Planning & Jakarta
.                                                        Development Division Processing Directorate (Kepala Dinas)
10.  08-Dec-89 – 30-Dec-92      General Manager Cilacap Refinery |Cilacap
.                                                        ( Pimpinan Unit Pengolahan IV )
11.  31-Dec-92 – 13-Dec-93        Head of Technical Division ( KADIV ) |Jakarta
.                                                        Directorate of Processing
12.  14-Oct-93 – 30-Jul-94        Director ( Pimpinan Umun Daerah ) of Balikpapan
.                                                       Pertaminan Kalimantan Region
13.  01-Jul-94 – 31-Oct-97         Chieft Representative of Pertamina East Asia |Tokyo
14.  01-Jul-94 – 31-Dec-95        Executive Vice President of Japan Indonesia |Tokyo
.                                                       Oil Company Limited
15.  01-Jul-94 – 31-Oct-95         Vice President and Director of Nusantara Gas |Tokyo
16.  01-Aug-94 – 31-Dec-95       Executive Vice President of Far East Oil Trading |Tokyo
.                                                        Co.,Inc
17.  03-Apr-95 – 31-Oct-97        Chairman and Director of Nusantara Gas |Tokyo
.                                                        Services Co.,Ltd
18.  01-Jan-96 – 31-Oct-97        Executive Vice Prisident of Pasific Petroleum |Tokyo
.                                                        & Trading Co., Ltd
19.  15-Sep-97 – 20-Jun-01       President Director of PT Badak NGL Co. |Jakarta
20.  21-Jun-01 – 10-Aug-01      Advisor Director of Director of PT Badak NGL.Co |Jakarta
21.  2001 – 2003                         Project Director of Renovation of Bali Niksoma | Legian Bali
.                                                       Boutique Beach Resort ( Owner )
22.  2010                                       Leader of renovation of Maharta Bali Hotel |Legian Bali
.                                                       ( Newly Bought )
23.  2011                                        Project Director  ( Owner ) of The Magani |Kuta
.                                                       Condotel at Melasti

10.  Organisation Experiences
1.      ( Palanh Merah Remaja ) Junior Red Cross |Denpasar
2.      Senat Mahasiswa Teknikmesin ITS |Surabaya
3.      Committee of Social & Sport Activities ( S & SA ) |Pertamina S. Gerong
4.      Chairman of Balikpapan Golf Club |Balikpapan
5.      Vice President of Indonesian Gas Association |Jakarta
6.      Director of Society of Internatinal Gas Tanker & Terminal Operator |Paris France (SIGTTO)
7.      Steering Committee of World Gas Conference |Nice – France
8.      Steering Committee of South East Asia Conference |Thailand
9.      Steering Committee of South East Asia Conference |Brunei
10.  Ketua Tim Effisiensi Material Direktorat Pengolahan |Jakarta
11.  Ketua Tim Standarisasi Material / Logistik Pertamina |Jakarta
12.  Ketua Tim Standarisasi Nasional (SII) Bidang Peralatan Industri Migas |Jakarta
13.  Team For Selecting of Refinery Project Equiptment |Japan
14.  Pertamina Balikpapan Refinery Expansion Project Design Team |London
15.  Balikpapan Refinery Expansion Definitive Estimate Team |London
16.  Suka Duka Tempek Cempaka Putih |Jakarta
17.  Penasehat Suka Duka Hindu Dharma |Pertamina Pusat
18.  Penasehat Suka Duka Hindu Dharma |Balikpapan
19.  Pembangunan Pura Giri jagat Natha |Balikpapan
20.  Pembangunan Pura Tarakan    |Kaltim
21.  Penasehat Suka Duka Hindu Dharma |Cilacap
22.  Pembangunan Pura Serandil   |Cilacap
23.  Pembangunan Pura di Bontang |Kaltim
24.  Pembangunan Pura Ambarawa |Jateng

11.   Other Experiences
1.      Design Review & Manufacturing Inspection : Stork Boiler Hengelo Holland
2.      Manufacturing Inspection     : Stork Pompen Hengelo Holland
3.      Manufacturing Inspection     : Stork Diesel & Swolle Holland
4.      Study Comparison : BP. North Sea Terminal Dundee, UK
5.      Balikpapan Project Equipment Review : Siemen Erlangen West Germany
6.      Study Comparison : SRC Singapore
7.      Study Comparison : BPHEAD Office London
8.      Study Comparison : Lake Charles Refinery Houston Texas
9.      Visit For Start Up of Paraxylence Plant : Copene Petrocheni Cal Plant, F10DE Jenairo (Place For Training of Start Up Team) | Brazil
10.  Manufacturing Inspection : Ge Turbine New York State USA
11.  Manufacturing Inspection : Dresser Rand Compressor New York State
12.  Study Comparison : Fluor Daniel los Angeles USA
13.  Manufacturing Inspection : Yokogawa instrument Japan
14.  Manufacturing Inspection : Hyundai Shipyaro South Korea
15.  Manufacturing Inspection : Mitsubishi Ship Yard Japan
16.  LNG Plan Visit : Total LNG Plant Das Island Abu Dhabi
17.  New LNG Terminal Visit : Inchon South Korea
18.  New LNG Terminal Visit : Hiroshima Japan
19.  Team Leader of KRA28 Lemhanas to USA : Capital Building Washingtong DC,
Pentagon, FBI Pearl Head Quarter, Harbove
20.  LNG Technical Review Meeting : Bali -Indonesia
21.  LNG Technical Review Meeting  : Tokyo – Japan
22.  LNG Technical Review Meeting : Houston – USA
23.  LNG Technical Review Meeting : Dallas – USA
24.  LNG Technical Review Meeting : Paris – France
25  Design Review & Manufacturing Inspection : Tokyo Kanetsu KK – Japan
26  Design Review & Manufacturing Inspection : Hitachi Heavy Industry Tokuyama Japan Of
Heavy Wall Vessel For hydrocracker Plant
27  Balikpapan Refinery Expansion Project

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>