Ir. Made Dwipa Kusuma

dwipa

SEBARIS TELADAN
DARI PUPUAN

 

Mungkin benar bila orang mengatakan, bahwa pergaulan adalah gerbang kesuksesan. Anggapan ini menjadi sejalan dengan perjalanan hidup Ir. Made Dwipa Kusuma, pria kelahiran Pupuan 26 Januari 1956. Ialah yang kini duduk sebagai Ketua Badan Pimpinan Daerah GAPENSI (Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia) Provinsi Bali.

Sebuah jabatan tanggung jawab penting dalam organisasi profesi yang ia terima sebagai wujud kesenangannya bergaul dan berorganisasi.

Dwipa Kusuma memang dilahirkan dari leluhur atnis keturunan Tionghoa. Namun konon nenek buyutnya adalah sosok yang menjujung tinggi persahabatan, pembauran dan kerukunan dengan masyarakat asli daerah setempat.

Jadilah kemudian perkawinan antar ras antara moyangnya dan penduduk pribumi di Pupuan Bali.

Kisah ini berawal dari perjalanan cinta Wayan Suciyasa dan Tan Nyuk Moi yang membuahkan empat orang anak dari perkawinan mereka. Salah satunya adalah ‘Kang Fe Pa’, anak kedua dan juga anak lelaki tertua di keluarga itu.

Namun jiwa pembauran untuk menyatu bersama penduduk Bali demikian kuat tertanam dalam prinsip kedua orang tua ‘Kang Fe Pa’. Untuk itulah kemudian nama Made Dwipa Kusuma, dipilih orang tuanya sebagai nama tetap bagi anaknya.

Masa kecil Made Dwipa Kusuma memang tidak semujur nasib anak-anak lainnya. Dia harus rela kehilangan ibu di saat ia baru berusia 5 tahun, dan ketiga saudaranya masih belum puas mengenyam kasih sayang. Apa lagi kemudian ayahnya yang menjadi tumpuan harapan baginya semakin sibuk bekerja sebagai sopir hingga jarang kembali pulang ke rumah dan seolah lebih banyak menghabiskan hari-harinya di luar kota.

Jadilah, hampir penuh sepanjang masa kecilnya, sang kakeklah yang mengasuh dan merawatnya hingga dewasa.

Walau demikian, Made Dwipa sempat memiliki kesan tersendiri akan sosok ayahnya, tidak jarang Made diajak jalan-jalan sang ayah di sepanjang jalan di desa Pupuan.

Di sepanjang perjalanan itulah, ia ditunjukkan beberapa bangunan yang dahulu merupakan hasil kerja ayah, kakek dan buyutnya.

Seketika itu juga  kekaguman menyelimuti benak Made Dwipa, ia bangga pada profesi leluhurnya yang seorang ahli bangunan. Keberadaan  karya – karyanya yang kokoh berdiri, seolah dapat bercerita layaknya prasasti dari keberadaan mereka. Itulah sebabnya Made Dwipa kemudian membulatkan tekad untuk bercita-cita menjadi pembangun sebagaimana pendahulunya berkarya.

Melalui masa kecilnya, Made Dwipa Kusuma banyak menyimpan kenangan yang lekat diingat hingga kini ia dewasa. Sebuah pemandangan kerukunan yang wajar dan alami dari penduduk desa yang menyatu persis seperti halnya saudara. Ia dan kawan-kawan di desa bermain bersama, tiada perbedaan antara warga keturunan dan pribumi, hanya keakraban dan pertemanan yang tulus antar satu dan yang lainnya. Bahkan Made tidak melupakan, saat-saat sepulang sekolah, di kala dia, teman-teman dan gurunya, berjalan beriring menuju sungai atau pancoran sejauh 2 km, untuk mandi bersama, di sanalah inti kerukunan dan kebersamaan itu terjalin.

Tinggal di rumah kakeknya, Made Dwipa mulai mengenal pendidikan disiplin dari figure seorang kakek yang sangat peduli pada cucu-cucunya.

Kala itu kakeknya mempunyai usaha warung makan yang sangat terkenal di Pupuan, bahkan para pejabat hingga Bupati selalu menyempatkan diri untuk singgah dan makan di warung kakeknya ini.

Di sinilah Made Dwipa berupaya membantu sebisanya. Dan kendati tidak berat, Made dan semua saudaranya memiliki porsi tugas masing – masing yang rutin harus dikerjakannya setiap hari sebagai pendidikan tanggung jawab bagi mereka.

Selain memberi makan dan memelihara ayam-ayam kakeknya yang berjumlah puluhan ekor, Made mendapat tugas mengisi minyak dan membersihkan tabung kaca semua lampu stongking (petromak), termasuk semperong lampu tempel, khususnya untuk lampu-lampu yang berada di dalam warung makan. Kemudian, setelah semua makanan siap, Made Dwipalah yang bertugas membuka seluruh  bedag kayu warung makan kakeknya.

Demikian setiap hari Made Dwipa menjalani kehidupannya selain waktu-waktunya di sekolah.
Dengan bekal cita-cita tingginya menjadi seorang insinyur bangunan, sebagai pelajar Made selalu berupaya untuk tekun belajar sejak ia mulai duduk di sekolah dasar Pupuan. Maka tepat pada waktunya, Made Dwipa Kusuma berhasil lulus dan kemudian melanjutkan sekolah di SMP Pupuan hingga berhasil tamat dengan nilai yang memuaskan.

Karena kesungguhan niatnya ingin mewujudkan cita-cita, Made terpaksa memilih SMAN 1 Denpasar sebagai pilihannya setelah ia dengar bahwa pendidikan kejuruan di STM tidak dapat melanjutkan kejenjang perguruan tinggi.

Demi untuk masa depan yang diidam-idamkannya, Made Dwipa Kusuma akhirnya berangkat menuju kota Denpasar menumpang tinggal di salah satu kerabatnya selama  sekolahnya di tempuh hingga lulus di tahun 1974.

Kini tibalah ia di pintu gerbang citanya selama ini, tinggal selangkah lagi untuknya menjadi seorang isinyur. Berbekal dasar kecerdasannya, Made Dwipa diterima di Universitas Udayana.

Sekian tahun lamanya mata kuliah di Fakultas Tekhnik ditekuninya, dan di akhir semester dengan jadwal perkuliahan pada tingkat V yang tidak begitu padat, Made Dwipa mencoba bekerja sebagai pelaksana di CV Singgasana, perusahaan Kontraktor milik salah seorang tetangganya di desa Pupuan. Selama bekerja di perusahaan ini, Made Dwipa berkesempatan mendedikasikan ilmunya terjun keberbagai proyek pembangunan, termasuk kesempatannya menggarap pembangunan menara di Gili Selang, sebuah pulau kecil di titik ujung pulau Bali.

Pada  tahun 1983, Made Dwipa Kusuma akhirnya diwisuda sebagai insinyur.

Pada tahun itulah Made telah merasa berhasil mewarisi kebisaan leluhurnya sebagai ahli bangunan. Dengan semangat besar untuk mandiri dan berkarya, Ir Made Dwipa Kusuma bersama tiga orang sahabatnya; Ir. Jaya Kusuma, Ir, Swasta dan Ir. Irawan bergabung membeli sebuah badan usaha berbentuk  Firma dengan nama Firma Karya Indah,  yang selanjutnya diubah menjadi CV dengan mengangkat Made Dwipa sebagai Direktur hingga kemudian perusahaan di bawah kepemimpinannya terus berkembang hingga memasuki tahun 2000, CV Karya Indah telah bermetamorfosis menjadi  PT Karya Dewata Sarwa Indah.

Nama Karya Dewata Sarwa Indah ini adalah inisial simbol-simbol dari persahabatan abadi mereka; ‘K’ dari Karya untuk Kusuma,  ‘D’ dari Dewata untuk Dwipa, ‘S’ dari Sarwa untuk Swasta dan ‘I’ dari Indah untuk nama Irawan.

Demikian kukuhnya mereka terus menjalin kerukunan, pertemanan dan kepercayaan selama bertahun-tahun di dalam perusahaan yang terus melaju maju. Hingga saat ini PT. Karya Dewata Sarwa Indah di bawah kepemimpinan Ir. Made Dwipa Kusuma mampu terus bertahan dan berkiprah menyeberangi beraneka krisis di tanah air.

Selama mengelola perusahaan patungan itulah Ir. Made Dwipa Kusuma membayar lunas semua cita-citanya yang ia tunjukkan dengan keberhasilannya mengerjakan bangunan-bangunan yang kokoh di berbagai kawasan di Bali.

Kesuksesan atas olah kerjanya sebagai tukang insinyur dan pengusaha tidak menjadikannya melunturkan tradisi keramahan, pergaulan dan kerukunan sebagaimana kehidupannya bersama masyarakat desa pupuan sekian pulu tahun silam.

Kerinduan akan indahnya kebersamaan itu rupanya menjadikannya terjun di berbagai organisasi. Segala kegiatan yang bersinggungan dengan kemanusiaan, sosial, budaya dan pergaulan organisasi profesi lebih banyak menjadi pilihan aktivitasnya. Menjalin banyak persahabatan dan keakraban dengan siapa saja, seolah menjadi kunci suksesnya di segala bidang yang diterjuninya.

Berbagai organisasi perkumpulan penting di sandangnya, termasuk pernah menjabat sebagai Ketua perhimpunan warga Tionghoa dari desa Pupuan di Denpasar, aktif di organisai KADIN Bali termasuk di dalam ARDIN, AKAINDO, GAPENSI serta berbagai perkumpulan-perkumpulan organisasi kemasyarakatan lainnya.

Banyak cara ia kemudian lakukan untuk memberikan teladan pentingnya kerukunan dan kebersamaan. Bahkan demi untuk membangun kerukunan antar pemuda-pemuda lingkungannya, Made Dwipa Kusuma membangun sebuah pos, lengkap dengan TV dan sekedar beberapa alat permainan  persis di muka halaman rumahnya di jalan Gemitir, Denpasar.

Ia ingin menciptakan kesadaran di hati segala generasi, bahwa pergaulan antar sesama itu sangat penting untuk menjadi dasar tumbuhnya rasa saling hormat menghormati, tolong menolong dan yang terpenting adalah timbulnya semangat persaudaraan yang pasti nantinya berdampak pada rasa damai dan  kenyamanan bersama.

Dari latar kesuksesan dari bidang usaha yang ditekuninya, di tambah dengan dedikasi tinggi yang terus menerus, Made Dwipa Kusuma di pilih sebagai ketua BPD GAPENSI Bali hingga masa bakhti tahun 2007 mendatang.

Sekupas kisah panjang ini adalah cerminan, betapa seorang Made Dwipa Kusuma selalu setia pada cita-citanya, di mana hidupnya ia bawa mengalir, di ajar oleh teladan dari kerukunan masyarakat desa Pupuan untuk senantiasa teguh membawa pergaulan menjadi persahabatan yang ternyata menuntunnya pada sebuah jalan menuju kesuksesannya kini.

 

                                                                            family picture

DATA PRIBADI
 
Nama                  :   Ir. Made Dwipa Kusuma
Tempat/
Tanggal lahir      :   Pupuan, 26 Januari 1956
Agama                :   Hindu
Profesi                :   Pengusaha
Pendidikan        :   -  SDN Pupuan (1968)
-   SMP Pupuan (1971)
-   SMA N 1 Denpasar (1974)
-   Fak. Teknik UNUD (1983)

Jabatan Organisasi :
-   Ketua Departemen BPC GAPENSI BADUNG (1986-1989 )
-   Ketua Departemen Permodalan BPD GAPENSI BALI (1988-1991)
-   Wakil Ketua III BPD GAPENSI BALI (1992-1995)
-   Wakil Ketua I BPD GAPENSI BALI (1995-2003)
-   Wakil Ketua Umum II BPD ARDIN BALI (2000-2003)
-   Wakil Ketua Umum I BPD AKAINDO BALI (2002-2005)
-   Ketua Depart. BPD GAPENSI Bali (2004 -2007)
-   Wakil Ketua Umum BPD KADIN Bali (2004 – 2007)

Menikah                  :   28 Desember 1984
Istri                           :   Susi Inrawati
Jumlah Anak           :   3 orang
Hobby/
Kegemaran             :   Mengkoleksi Batu Permata
Semboyan Hidup   :   Menjadi bermanfaat bagi orang  banyak.
Tokoh Idola             :   IB. Mantra

Pesan                       :   Bangunlah kerukunan, pergaulan  antar sesama
ciptakan kedamaian Bali mulai dari diri kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>