Aloysius Purwa, MBA
KISAH SUKSES SANG PERINTIS
Langkah seseorang memulai sebuah usaha, beraneka macam ragamnya. Ada yang latah dengan jenis usaha yang telah ada, namun ada yang berpikir keras dan berusaha menciptakan terobosan-terobosan usaha baru, atau bisa dikatakan sebagai pencetus pertama. Semua itu tentu saja bermuara pada keinginan yang sama yaitu menjadi besar, maju dan berhasil meraih sukses. Inilah yang diungkapkan Aloysius Purwa yang akrab dipanggil ‘Pak Al’, ia adalah tokoh pengusaha yang berkeras membangun suatu usaha dengan gagasan-gagasan baru yang muncul dalam pemikirannya yang memang belum pernah dimulai orang lain. Baginya itu adalah suatu seni tersendiri dalam membangun suatu usaha, merintis dari kecil, melihatnya bertumbuh dan besar hingga mencapai puncak kejayaan.
Bila kita lihat di awal tahun 2000 an banyak terdapat Warung Telekomunikasi yang akrab kita kenal dengan sebutan Wartel, yang jenis usaha semacam itu begitu marak bagaikan jamur di musim hujan. Namun tidak demikian halnya di tahun tujuh puluhan. Layanan telekomunikasi di Bali saat itu sangat sulit diperoleh, keadaan Inilah yang melahirkan inspirasi Al Purwa untuk mendirikan jasa telekomunikasi. Jasa pengadaan sarana telekomunikasi yang hanya satu-satunya, alias tunggal dan sudah barang tentu menempati posisi vital penunjang komunikasi dunia usaha, khususnya Bali sebagai kawasan wisata internasional ini sudah bisa diduga segera menjadi langganan bagi masyarakat dan bahkan para birokrat kala itu. Tidak sedikit pengusaha yang kemudian sukses menjadi besar, dulunya pernah memanfaatkan jasa telekomunikasi milik Al Purwa. Usaha jasa sarana komunikasi tersebut ia buka sepulang Al Purwa dari Jerman, saat itulah ia mulai membuka usaha telekomunikasi di Kuta yang kemudian berkembang membuka biro perjalanan wisata dan tidak lama kemudian ia segera mampu mendirikan sebuah hotel.
Dalam waktu singkat Al Purwa telah bermetamorfosa menjadi entrepreneur yang mapan dan produktif sebagai “King Maker”, sang raja yang piawai membangun perusahaan baru dan sukses mengembangkannya. Keberhasilan karir Al Purwa tentu menjadikannya sosok populer dan berpengaruh di Bali, maka tak heran bila kemudian di tahun 1990, di saat pemerintah Belanda mencari konsulnya di Bali, Al Purwa lah yang lalu terpilih menjadi Konsul Belanda yang menjabat hingga saat ini.
Sejalan dengan kesibukan dan keberhasilan usahanya Al Purwa mulai melirik usaha transportasi dan segera mewujudkan dalam usaha transport yang dikelolanya dengan profesional. Segala usaha yang dari masa kemasa selalu ia kembangkan dengan kerja terus menerus telah menghantar Al Purwa pada puncak kejayaan sebagai pengusaha berhasil yang sekaligus mencatatnya sebagai entrepreneur dan pioneer di Bali. Sungguhpun demikian, Al Purwa mengawali itu semua sungguh-sungguh bermula dari zero. Ia lahir di kawasan Canggu, ayahnya bernama Wayan Ripug Purwa seorang guru sekolah dasar dan ibunya bernama Made Sudra.
Al Purwa sejak kecil telah dididik hidup sederhana, tidak ada fasilitas berlebih untuknya. Di saat itu dapat bersekolah saja Al Purwa telah bersyukur. Setamat Sekolah Dasar ia melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama di Seminari (sekolah Pastor), di sini Al Purwa mulai dibentuk mengenal kedisiplinan, namun sebenarnya sejak ia masih kanak-kanak, ayahnya selalu berpesan untuk selalu berdisiplin dalam segala tindakan dan tidak sekali-kali memberatkan orang lain, pesan inilah yang menguatkannya menjadi sosok yang loyal pada dedikasi karirnya dan jujur melakoni segala sepak terjang laku kehidupannya.
Selepas SMP, Al Purwa melanjutkan SMA di SMA Swartiastu Denpasar hingga ia lulus. Namun karena tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, Al Purwa terpaksa harus bekerja. Cita-cita untuk maju dan harapan masa depan yang cerah begitu ia perjuangkan. Maka sedikit demi sedikit Al Purwa mulai mengumpulkan uang untuk biaya kuliah.
Setelah tiga bulan bekerja, barulah Al Purwa memiliki cukup biaya untuk melanjutkan pendidikannya. Meski sudah terlambat, tapi syukurlah ia masih bisa diterima sebagai mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Udayana. Keinginan untuk terus dapat bersekolah harus ia tebus dengan kerja keras. Menjadi waiter di malam haripun bukan masalah untuk terus dilakoni, adapun terkadang pemasukan tambahannya ia peroleh bila didengarnya kapal wisatawan tengah bersandar sebagai tanda kesempatan baginya ikut menjadi pramuwisata lepas yang lebih kurang tiga setengah tahun ia geluti dengan sungguh-sungguh.
Latar belakang kedisiplinan Al Purwa memang serasi dengan kiprah dan semangatnya untuk maju, segala sesuatunya ia tekuni untuk hasil yang maksimal, begitu pula dengan pendidikannya, Al Purwa tampak menonjol dan cerdas, hingga tak butuh waktu lama, setelah meraih gelar sarjana muda, ia langsung mendapat tawaran bekerja di Jerman. Tentu saja Al Purwa tidak melepas kesempatan itu dan berangkat mengikuti takdirnya ke negeri Jerman sampai tahun 1976. Pekerjaannya di Jerman itulah yang dengan sendirinya menjadikan awal bagi Al Purwa terlepas dari lilitan permasalahan keuangan dan menuntaskan hasratnya yang selalu haus akan ilmu, dengan menggali bekal pengetahuan di bermacam kursus dan seminar di berbagai Negara. Bagi Al Purwa ilmu yang dicarinya ia butuhkan untuk meluaskan pengetahuannya, ia menempatkan ilmu sesuai dalam arti fungsi dan manfaatnya, bukan dari sudut wadah atau gelar yang dicari untuk disandang di muka ataupun di belakang namanya.
Menurut pendapatnya ilmu tidak saja harus diraih melalui pendidikan formal belaka, banyak kursus-kursus yang memberikan ilmu yang tidak di peroleh di meja kampus seperti ilmu ticketing penerbangan yang advance diikutinya di Amsterdam, ilmu tekhnis marketing diikuti di Sydney, dan yang terakhir lulus dengan gelar Master of Business Administration dari Westcoast Institue of Management and Technology dari Western Perth. Segudang bekalnya ia harapkan mampu berkiprah dalam dunia usaha di tanah air sepulangnya dari negeri rantau nanti, dalam benaknya Al Purwa berkeras ingin mengelola sesuatu yang belum ada ataupun tidak banyak digeluti oleh usahawan lain.
Niatnya untuk menjadi perintis makin bulat dan tampak makin nyata setelah Al Purwa pulang dari Jerman di tahun 1976. Sebuah rumah dengan home stay di jalan Gado-gado Seminyak mulai Al Purwa dirikan bersama “Marina” istrinya tercinta, di mana waktu itu Seminyak baru sedikit saja disentuh pariwisata dan sawah-sawah di depan rumahnya masih lapang dan indah.
Namun meski merintis di tempat yang lebih mengesankan nuansa kedamaian itu, langkah usaha Al Purwa terbukti cukup mengesankan. Dengan mewujudkan berdirinya usaha jasa Telekomunikasi yang tanpa pesaing, tidak lama kemudian pada tahun 1985, Al Purwa telah melebarkan sayapnya, dengan membangun dan membuka kantor travel agent, KCB Tours yang bertempat di tengah tengah sawah di jalan Raya Kuta 127 yang pada masa itu jalan Raya Kuta dan jalan Imam Bonjol yang kini padat dan akrab dengan kemacetan itu, di tahun Al Purwa membuka KCB Tours masih merupakan kawasan yang sangat sepi, belum ada bangunan di sekitarnya, dan tidak seperti sekarang yang kita lihat, pasca pembangunan di jalan ini sudah menjadi satu antara Kuta dan Denpasar.
Jelas sudah arah langkah Al Purwa yang berkonsentrasi di dunia pariwisata Bali, rupanya terjunnya Al Purwa dalam kancah bisnis pariwisata ini memberikan peranan yang berpengaruh besar pada perkembangan Bali ke kini dan masa depan. Pada tahun 1984, ia melakukan manuver cantik melalui pemasaran serius terhadap daerah resort baru di Kedewatan, dekat Ubud. Daerah ini kemudian mendapat kunjungan banyak wisatawan dan berakibat dengan banyaknya investor yang berminat untuk berinvestasi di sana. Maka saat ini kita bisa saksikan di sepanjang sungai Ayung di Kedewatan menjadi penuh dengan berjejalnya hotel-hotel baru.
Cinta abadi sepanjang masa Aloysius Purwa & Marina Purwa
Hal lainnya yang merupakan hasil kepeloporan Al Purwa dalam bidang kepariwisataan adalah dibangunnya Cempaka Belimbing Villas, di desa Suradadi, Belimbing- Pupuan. Pada mulanya daerah ini sama sekali belum mendapat sentuhan investasi kepariwisataan, walaupun daerah ini memiliki alam dan udara yang sangat mengagumkan indahnya. Dengan mata jelinya Al Purwa mulai menyelidiki sebab kurang berkembangnya kawasan itu dan berusaha memecahkan masalahnya, hingga kemudian ia menangkap sisi kekurangan daerah ini. Daerah yang sesungguhnya dapat menjadi objek wisata yang mengesankan itu memang tampak hambar karena minim sentuhan budaya dari masyarakat sekitarnya. Maka apa boleh buat, Al Purwa segera merogoh koceknya untuk menyumbangkan sebuah wantilan dan sebuah perangkat gong lengkap untuk menumbuhkan minat masyarakat dalam kesenian tari dan tabuh, selain juga sarana dan prasarana lainnyapun yang turut mendapatkan perhatian serius, seperti perbaikan jalan dan pendirian serta pengadaan lampu penerangan jalan di sepanjang desa, di mana itu semua kemudian berhasil menyulap desa tradisional yang terpinggirkan menjadi desa wisata yang maju dan berkembang.
Semua kegiatan ini dilakukan untuk menarik sebagian minat pelaku pariwisata agar bisa melakukan keseimbangan dalam pembangunan fisik fasilitas pariwisata di Bali. Ternyata dedikasi dan prestasi Al Purwa sebagai entrepreneur Bali yang selalu menjaga keajegan Bali dan dinilai sebagai praktisi pariwisata yang santun ini kemudian dianggap patut menjadi sosok teladan dengan penganugerahana penghargaan Tri Hita Karana dari The Bali Travel news pada tahun 2000. Dan karena dedikasi sosialnya yang terus menerus, memasuki usianya yang ke 38 tahun Al Purwa diangkat menjadi presiden Rotary Club yaitu sebuah organisasi dunia yang berkonsentris pada pengabdian sosial dan bergerak di bidang pengabdian tanpa pamrih. Dan di tahun 2010-2011 karena loyalitas luar biasa pada aktivitas sosial, Al Purwa kembali didaulat menjadi Gubernur Rotary se Indonesia. Hingga saat ini sudah lebih dari terhitung ¼ Abad dirinya mengabdi .
Menapaki sepuluh tahun setelah millenium ke-2, kembali visi entrepreneur Al Purwa mencium potensi luar biasa di belahan kawasan Indonesia lain di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Al Purwa berangkat ke pulau yang digambarkannya sebagai surga baru yang mengusik hatinya untuk segera menggarapnya.
Aktivitas sosial Al Purwa
Di sana ia menemukan pantai yang bernama Pantai Manakaba. Di pantai itulah, Al Purwa melihat ke depan pantai Manakaba berpotensi menjadi kawasan wisata yang elok dan bahkan mampu menjadi magnet raksasa menarik kunjungan wisatawan dunia. Dengan ide cemerlangnya tersebut, pemerintah Sumba menyambut baik dan memberi izin untuk memperkenalkan kawasan yang panjangnya 7 km itu untuk mulai dikembangkan Al Purwa. Dia atas lahan tersebut “The King Maker, ….. Al Purwa” mendirikan sebuah hotel. Namun tatanan jalan untuk menuju hotel tersebut dibuat di belakang hotel, sehingga di depan hotel dan pantai tidak ada motor atau kendaraan yang melintas. Semua itu ia pikirkan demi menjaga keindahan dan suasana nyaman pantai. Dan kini pantai itu ia ubah namanya agar lebih mudah dan familiar orang mengingatnya dengan nama Pantai Kita atau dalam bahasa Inggris disebut Our Beach.
Kini terwujudlah sudah sebuah pulau yang penuh keindahan, kaya potensi alam dengan adat dan budaya yang menawan di Sumba Barat Daya yang sungguh menjelma menjadi primadona wisata Indonesia. Sentuhan tangan dingin Al Purwa bukan saja telah merubah takdir masyarakat Sumba yang kini dapat mencicipi manisnya kue pariwisata dengan kehidupan yang lebih baik, namun juga telah menorehkan sejarah baru pembangunan lahirnya Sumba Barat Daya di bumi Nusantara yang berdampak luas bagi bangsa dan negara.
Pantai Kita (Our Beach) Sumba, Nusa Tenggara Timur, & Hotel yang didirikan Al Purwa sebagai sarana Akomodasi Pariwisata dengan view keindahan pesisir pantai Kita di Sumba Barat Daya.
Dari semua perjalanan hidupnya, telah tergambar sebuah kerja keras yang nyata. Pengalaman dan ilmu yang didapatkannya adalah penunjang semangat seorang Al Purwa untuk bisa mengubah hidup. Dan pantang menyerah untuk berani memulai suatu hal yang baru adalah kunci kesuksesannya sampai hari ini.
Berkat karunia keluarga bahagia Al Purwa penuh cinta bersama cucu
Al Purwa bersama keluarga tercinta
DATA PRIBADI
Nama : Aloysius Purwa, MBA
Tempat / Tanggal lahir : Denpasar, 27 Agustus 1951
Agama : Katolik
Alamat : Jl. Raya Kuta 127 Bali
Profesi : Pengusaha Pariwisata
Menikah : 1976
Nama Istri : Marina Purwa
Jumlah anak : 2 (dua) orang
Hobi : Golf, berenang, jalan-jalan
Warna favorit : Coklat
Semboyan hidup : Kerja keras terus menerus tanpa pernah putus asa
Lagu kenangan : Sepanjang Jalan Kenangan
Pesan : Sikap disiplin dengan kerja keras dan selalu menuntut ilmu dengan tak lupa
memohon rahmat Tuhan.
Leave a Reply