Njoo Daniel Dino Dinatha

DSC_5266 (1)

BANGKIT DARI AKHIR


Sekelam apapun masa lalu atau hidup yang kita jalani saat ini, namun satu yang pasti bahwa esok dan masa depan kita masihlah suci. Selalu ada kesempatan dan selalu ada jalan bagi manusia yang percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Njoo Daniel Dino Dinata, entrepreneur muda Bali yang saat ini bertengger sebagai pengusaha sukses di bisnis property dan akomodasi adalah salah satu sosok yang membuktikan betapa Tuhan tidak pernah menutup pintu kesempatan bagi siapapun yang mau dan berkeras untuk bangkit meskipun di akhir seluruh pengharapannya manakala kekasih, sahabat, kerabat, karir dan semua yang dimilikinya tak tersisa.

Kisah inspiratif ini bermula di tahun 1970 saat Lianawati perempuan berdarah oriental dari desa Pupuan melahirkan putra ke enamnya yang juga bungsu dari keluarga yang ia bangun bersama Njoo Jag Gwan, pemuda tampan keturunan Tionghoa namun ditakdirkan memiliki fisik tak sempurna dengan keadaan bisu tuli di balik ketekunan dan keuletan yang luar biasa.

Meski bersuami bisu tuli, namun Lianawati tak pernah kehilangan rasa cinta, syukur dan hormatnya pada suami, apalagi pria gigih dan pekerja keras ini telah memberinya 6 keturunan yang sehat dengan fisik utuh sempurna, termasuk anak terakhirnya yang mereka beri nama Njoo Daniel Dino Dinata.

Kedua orang tua si jabang bayi itupun menyisipkan nama ‘Daniel’ sebuah nama yang berasal dari Alkitab yang bersamanya turut disandarkan harapan agar kelak anak mereka akan menjadi manusia unggul seperti Daniel dalam kisah riwayat nabi yang menggambarkan keimanan dari hamba Tuhan yang pemberani hingga menaklukkan kebuasan singa dan mampu menundukkan raja Nebukadnezar untuk menyembah Tuhan Sang Kuasa.

Njoo Jag Gwan dan Lianawati istrinya mengimani bahwa nama ‘Daniel’ adalah nama yang istimewa dan akan membawa hal-hal ajaib yang Tuhan kerjakan dan sampaikan melalui ‘Daniel’ putranya dalam kehidupan.

Keluarga bersahaja tempat Daniel Dino Dinata dibesarkan di kawasan Wangaya jalan Kartini Denpasar ini hidup dari hasil berdagang jajan tradisional yang diolah dan dikerjakan oleh ayah-ibu beserta semua anak-anaknya.
Dino Dinata sendiri harus sudah terjaga sekitar jam 3 pagi untuk ikut sekedar membungkus panganan yang akan dikirim ke toko dan pasar tepat dini hari sebelum keramaian jual beli di pasar di mulai.

Tapi sesungguhnya, apa yang dilihat Dino Dinata saat itu adalah kondisi yang jauh lebih baik dibanding masa sulit yang masih sempat dienyam ke lima kakaknya. Apalagi tak lama kemudian, saat ia mulai berusia 10 tahun, usaha kedua orang tuanya tumbuh maju dan berkembang, sehingga sudah ada beberapa karyawan yang ikut membantu dan ini berarti Dino Dinata bebas tugas dari rutinitas membungkus panganan di pagi buta.

Dino Dinata kecil tumbuh ceria layaknya anak-anak sepermainan di gang-gang jalan Kartini yang konon dikenal sebagai Casino-nya Bali kala itu. Dino Dinata biasa melihat keramaian itu, tua muda berkumpul siang dan malam untuk berjudi sembari ditemani minuman keras yang tak terelakkan tertangkap mata kecilnya dan terekam kuat dalam pikiran bocah yang ternyata mulai belajar meniru.

Mulai dari bertaruh kelereng dengan permainan gambaran yang menyerupai kartu aduan sampai meningkat mempertaruhkan uang kecil sisa sakunya dan tak terasa ini bertumbuh mengikuti usianya.

Setamat dari sekolah dasar di SD Saraswati, Dino Dinata melanjutkan di SMPN 2 dan sekolah seperti biasa. Namun semakin ia dewasa, Dino Dinata makin merasakan sisi dua alam kehidupan yang berbeda. Di dalam rumah, Dino melihat suasana kerja ayah ibunya dan para karyawan membuat kue basah seolah susah payah tak kenal lelah untuk sekedar mendapatkan rupiah. Sementara di luar pintu rumahnya, pemandangan lebih santai, menarik dan mudah ia dapati dari para penjudi. Dino Dinata menangkap betapa para penjudi itu gembira, tertawa lepas dan dengan mudah mendapatkan uang dengan hanya duduk dan bercengkrama.

Tak heran bila Dino Dinata lalu tertarik menghabiskan waktu berlama-lama dalam pergaulan di luar rumah yang membentuk kepribadian Dino Dinata menjadi remaja jalanan jauh dari niat belajar memburu prestasi dan cita-cita, terlebih saat ia mulai menginjak SMA yang ditempuh di Swastiastu Denpasar di mana keberanian membangkang orang tua sedikit demi sedikit telah coba ditunjukkan Dino Dinata.

Dino Dinata yang tumbuh di lingkungan yang tak menguntungkan harus berulang kali merasakan hukuman orangtuanya mulai sapu lidi sampai pecut yang kerap menyasar badannya. Hukuman itu hanya sekedar untuk menjauhkan Dino Dinata dari judi dan pergaulan yang membuatnya enggan sekolah, yang sebenarnya tak juga mempan membuat bungsu keluarga Njoo ini jera.
Sembunyi-sembunyi tapi pasti, Dino Dinata akhirnya mengenal judi yang sesungguhnya. Dari pertaruhan kecil ke pertaruhan lainnya mengisi keseharian Dino Dinata.
Selain permainan kartu, Dino Dinata juga menggandrungi bermain bilyard dan semua sudah pasti dengan pertaruhan uang yang modalnya di dapat baik dari uang SPP, uang pembelian buku atau dari apapun alasannya yang selalu terus ada saja uang-uang tambahan dengan berbagai keharusan ke orang tuanya.

Lambat laun pergaulan judi itu menyita waktu Dino Dinata lebih lama, bahkan tak jarang dari pagi sampai kembali menjelang pagi tiba. Akibatnya tak jarang sekolah terabaikan, bolos sekolah, sehari dua hari sampai berminggu-minggu hingga baru enam bulan duduk di kelas 1 SMA Swastiastu, Dino Dinata dipersilahkan tidak melanjutkan sekolah lagi di sana.

Melihat kenyataan Dino Dinata diluluskan lebih cepat karena kerap membolos sekolah, ayahnya memutuskan memindahkan Dino Dinata ke asrama Emanuele sekolah setingkat SMA di Jawa Timur yang diharapkan dapat memutus pergaulan Dino Dinata dari pergaulan judinya.

Dino Dinata memang teramputasi dari pergaulannya, namun kini ia memang sudah tidak butuh pengaruh dari pergaulannya, justru Dino Dinata lah sumber pengaruh di pergaulan barunya.
Anak-anak asrama yang polos dan patuh pada tata tertib, satu persatu mulai terseret dalam pengaruh Dino Dinata.
Sebagai pejuang judi yang diasingkan ke Jawa Timur, Dino Dinata pun segera membentuk kelompok pasukan dan merintis pergerakannya di balik dinding asrama.
Pergerakan dalam urusan pesta pora itu berhasil mendapat banyak sukarelawan dan Dino Dinata berdiri sebagai komandan batalion sekaligus penyusun acara.

Hanya saja, mereka yang dipimpin Dino Dinata hampir semuanya anak-anak desa yang lugu, jadi pantas saja bila aksi pesta gerilya mereka kerap tertangkap tangan oleh penjaga asrama. Alhasil dua bulan kemudian Dino Dinata dikeluarkan dari asrama, tapi masih diizinkan sekolah di sana.

Namun sebagai pemuda berjiwa panglima, Dino Dinata tidak merasa kehilangan komando dalam memimpin pergerakannya, justru di luar asrama ia makin leluasa. Acara demi acara sukses ia gelar bersama kawan-kawannya hingga sampai puncaknya kurang dari enam bulan Dino Dinata di pulau pengasingannya, sekolah Emanuele akhirnya mengembalikan Dino Dinata kepangkuan orang tua di Bali.

Rasa kesal, marah dan kecewa pada ulah Dino Dinata tak dipungkiri mengelanyut di benak ayah ibu Dino Dinata, tapi apa boleh buat, kenyataan harus diterima. Setiba di Bali, Dino Dinata kembali dicarikan sekolah yang mau menerimanya, tapi tak beda dengan sekolah-sekolah sebelumnya, ia tak pernah bertahan lama dibangku SMA. Dua bulan di SLUA Saraswati pindah di SMA Kerta Wisata, dua bulan kemudian di SMA Dwija Pura dan begitu seterusnya.

Kedua orang tuanya tak pernah menyerah, mereka yakin dan percaya bahwa anak yang menyandang nama ‘Daniel’ ini akan berubah dan kuasa Tuhan bekerja padanya.
Sementara kenyataan saat itu yang ada, Daniel Dino Dinata semakin menunjukkan keengganannya untuk sekolah, bagaimana tidak, untuk ukuran anak kelas 1 SMA, Daniel sudah jauh melampaui kewajaran usia sekolah anak SMA. Maka memang tak ada pilihan lain selain mencarikan Dino Dinata pekerjaan yang mau menampung anak istimewa dengan kelakuan luar biasa tanpa ijazah SMA.

Perjuangan orang tua Dino Dinata tidak sia-sia, akhirnya salah satu kerabat bersedia menerima Dino Dinata apa adanya untuk menjadi pengawas di perusahaan Karoseri dengan upah Rp. 7.000,- per minggu. Sebenarnya itu jumlah yang lumayan untuk pemula, tapi tidak untuk gaya hidup Dino Dinata, nilai tersebut jauh diri angka kebutuhan mingguannya. Setidaknya tiap malam minggu ia harus merogoh kocek sebesar Rp. 20.000,- untuk biaya ke diskotik yang itu di luar kebutuhan lainnya.

Walapun demikian, Dino Dinata tetap rajin bekerja, berangkat pagi dan pulang sesuai jadwal  yang ditentukan. Pemandangan perubahan itu saja sudah membuat ayah dan ibunya bahagia. Seakan tuntas sudah kenakalan anaknya dengan kesadaran bekerja.
Tapi tak disangka, ketekunan Dino Dinata hanya bertahan setahun pertama bekerja, tahun berikutnya lambat-laun ia kembali pada kebiasaan lama. Bilyard, berjudi dan masuk dalam lingkaran pergaulan yang merusak waktu irama kerja. Akhirnyapun Dino Dinata hanya bisa bertahan kurang dari dua tahun bekerja di sana dan memilih kembali dalam dunia bilyard dan bersama teman-teman seperjudian.

Meski status resminya sebagai pengangguran, tapi Dino Dinata bekerja keras memutar otak, untuk dapat mendulang rupiah dalam kesempitan di dunia kelam. Hal itu harus dilakukannya karena kebutuhan untuk bersenang-senang semakin menuntut biaya besar, sehingga bagaimanapun caranya Dino Dinata mesti mampu  memanfaatkan pergaulan menjadi jembatan peluang dan merubah dari kondisi tidak ada menjadi ada.

Sebenarnya tidak sulit, tapi perlu keberanian dan mental super baja untuk menjadi disegani dan menarik kepercayaan orang menjalin hubungan bisnis dengannya.
Syukurnya semua ilmu komunikasi pergaulan secara otodidak ia pelajari di jalanan. Dino Dinata begitu cakap memerankan diri sebagai professional dan supel dalam pergaulan dengan berbagai kalangan. Ia enggan membungkuk dan memamerkan hormat berlebihan bila berhadapan dengan para investor atau konglomerat besar. Performa Dino Dinata tampil elegan jauh dari kesan merendahkan diri dalam kondisi seminim apapun.

Tapi justru karena itulah, para pengusaha besar lalu leluasa membuka diri akrab bergaul dengan Dino Dinata, tidak ada batas seolah Dino Dinata dalam level yang sama. Inilah kepiawaian Dino Dinata menjalin hubungan dengan berbagai kalangan, tokoh berada dan berpengaruh yang menjadi aset net work-nya.

Melihat pergaulannya yang luas, peluangpun datang dari kakak sulung Dino Dinata yang menggajak memulai bisnis jual beli mobil dan berhasil berkembang meraup untung lumayan.
Kemajuan ekonomi Dino Dinata terus meningkat hingga menjelang dua tahun bisnis ini berjalan, Dino Dinata kembali lagi terjerembab judi sampai seluruh modal dan keuntungan usaha habis dipertaruhkannya.

Untuk kesekian kali Dino Dinata bertemu lagi dengan titik ‘nol’, tapi ia masih tetap bertahan, untuk makan, minum dan sekedar rokok sahabat-sahabatnya masih rela ringan tangan hingga tanpa beban Dino Dinata mengarahkan haluan hidupnya kembali ke dunia bilyard dan usaha makelaran sesuai kebisaannya mengolah komunikasi.

Dalam usaha tidak jelas itupun Dino Dinata berhasil mengumpulkan uang hingga bisa ikut dalam percaturan modal investasi valas yang menggiurkan. Kali ini semua yang ia miliki tidak saja dipertaruhkan di meja judi, tapi juga dalam fluktuasi valas yang tak menentu.
Dan pada suatu hari melalui pertaruhan sengit, akhirnya seluruh modal investasi Dino Dinata amblas tak tersisa. Ia bangkrut lebih rendah dari titik nol, kali ini bukan saja uang tapi kawan, pacar dan kepercayaan menjauh, pergi meninggalkannya.
Semua mata seakan telah melihat Njoo Daniel Dino Dinata diusia ke-29 tahun telah selesai dari hidupnya. Dino Dinata sungguh terpukul menerima kenyataan yang begitu berat dialaminya, namun di sinilah sang ‘Daniel’ menguatkan hati untuk kembali bangkit di hari akhirnya, ia yakin bahwa masih ada Tuhan yang tidak pernah meninggalkannya.

Sejak saat itulah, genderang perang ditabuhnya. Njoo Daniel Dino Dinata bertekad meninggalkan dunia kelam untuk merintis ulang hidupnya.
Satu persatu net work ia jalin dan hidupkan kembali. Kepalanya tegak menatap pasti masa depan tanpa beban masa lalu yang ia tinggalkan.
Bisnis sebagai pialang tanah, mobil dan berbagai property ia lakoni dan berhasil memberikan keuntungan besar, sampai kemudian di tahun 2000 Dino Dinata mampu mengumpulkan modal Rp. 50 juta dan  beruntung bisa membeli tanah seluas 68 are dengan harga per are Rp. 8 juta yang pembayarannya dilakukan bertahap dan mulai di garap menjadi 20 kapling yang habis dalam waktu hanya dua minggu.

Sejak saat itulah Dino Dinata memulai bisnis property-nya sendiri. Tak memerlukan waktu lama, Njoo Daniel Dino Dinata segera melesat cepat melebarkan sayap bisnis property dan kerap terlihat menjalin bisnis dan kerja sama bersama konglomerat terkemuka di negeri ini dan segera bermetamorfosa sebagai entrepreneur muda Bali yang gemilang.

Cukup uang, karir yang bagus dan koneksi relasi para raksasa bisnis Nusantara rupanya sungguh setia dilakoni Dino Dinata tanpa ada niat untuk kembali bernostalgia pada dunia judi di masa lalunya. Kisah itu telah ia tutup rapat dan buang jauh dari benaknya, apalagi sejak tahun 2003, Njoo Daniel Dino Dinata tak lagi lajang dengan menikahi Imelda Liunatha Prayogo gadis asal Jakarta yang kini talah memberikannya 4 orang anak buah cinta mereka.

Ini adalah keajaiban, Dino Dinata sungguh bisa memiliki keluarga, hidup bahagia sebagai pengusaha ternama, berdiri dijajaran elite dan bahkan siapa sangka penggila bilyard ini kemudian duduk di garda terdepan sebagai Ketua PB POBSI Bali selain juga sederet jabatan penting lainnya seperti di Kadin dan PHRI Bali.

Ternyata memang benar apa yang menjadi keyakinan Njoo Jag Gwan dan Lianawati saat memberi nama Daniel pada Dino Dinata. Kini terbukti keajaiban Tuhan berlaku padanya, Njoo Daniel Dino Dinata yang selalu merasa Tuhan bersamanya sungguh dapat bangkit atas kesempatan yang diberikan untuk kesekian kalinya.

Sekarang di tengah aktivitas bisnisnya sebagai owner dari bisnis akomodasi di kawasan premium Kuta Bali, dengan bendera Aston Kuta berkapasitas 249 Kamar dan juga Holiday Express berkapasitas 200 Kamar, Dino Dinata mengejawantahkan syukurnya dengan berbagai upaya bekerja sebagai alat Tuhan. Berbagai bantuan dan dedikasi sosial ia berikan mulai dari membangun gedung sekolah bertaraf eksklusif untuk anak SD dan SMP, juga memberlakukan pemberian kesempatan kerja untuk para penyandang cacat di seluruh perusahaannya.

Bagi Njoo Daniel Dino Dinata, keberhasilan hidupnya ini adalah kebaikan Tuhan yang selalu ada dan akan selalu memberi kesempatan kepada kita. Dan apa yang dilalui dan terjadi dalam jatuh bangun kisahnya, seolah memang dipersiapkan Sang Kuasa untuk menjadi cermin untuk menginspirasi jutaan generasi muda bangsa yang saat ini masih dalam kubangan dunia kelam tanpa kepastian dan juga sudah berkali-kali terperosok di lubang yang sama, “Jangan menyerah, jangan putus asa, selalu ada kesempatan untuk menjadi lebih baik”, sebab Tuhan Maha Pengasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>