Made Yanie

YANIE+ADAT

ENTREPRENEUR WANITA, PENGEMBANG PARIWISATA BALI


Apa yang dimiliki Ni Made Yanie sekarang ini bukanlah begitu saja ia peroleh, tetapi semua itu diraihnya dengan perjuangan keras dan penuh tantangan. Perusahaan wisata arung jeram (Rafting) yang sukses dipimpinnya dengan mempekerjakan ratusan orang itu rupanya, pernah membuat wanita kelahiran Legian, Kuta, 23 September 1961 ini nyaris putus asa. Syukurlah, berkat keteguhan hatinya, perusahaan yang sempat mangkrak beberapa lama, kinipun berjaya kembali.

Menyimak perjalanan hidup anak ke enam dari delapan bersaudara pasangan I Made Degeg dan Nyoman Ranis ini, ternyata cukup menarik, betapa tidak, di kala itu Yanie yang baru saja duduk di bangku sekolah dasar telah mulai dikenalkan pada sebuah kewajiban untuk turut bekerja membantu orang tuanya, walaupun memang terlalu belia bagi bocah seusianya untuk menikmati letih demi berputarnya roda sebuah kehidupan.

Ayah-ibunya memang seorang petani dengan sedikit lahan sawah yang dimiliki sebagai modal menghidupi anak-anaknya, mereka bahu-membahu bercocok tanam, seolah-olah tanpa beban, tanpa keinginan yang muluk dan bersahaja mengikuti alur irama hidup yang seolah berlalu begitu saja.

Apa yang seharusnya dikerjakan, seperti telah tertata dengan sendirinya untuk  dilakukan dengan riang gembira menunggu hingga masa panen tiba di mana keringat dan jerih payah itu seakan sirna dibalut kegembiraan, ditebus oleh limpahan hasil panen yang didapat sebagai satu-satunya topangan yang mampu menghidupi segenap keluarga.

Semua hari di masa itu berlaku manis dalam ingatan Yanie, sebuah kegembiraan polos yang tergambar begitu saja, tidak dapat dilupakannya, di mana di saat panen telah menampakkan hasilnya saatnyalah Yanie kecilpun memperoleh baju baru sebagai hadiah atas kerja kerasnya.

Meski usia kanaknya telah mengenal dunia kerja, namun keadaan ini tidak membuat Made Yanie kehilangan masa kecilnya yang begitu manis, ia tetaplah gadis kecil yang ceria, hidup di dalam sederhananya dunia nyata yang membimbingnya untuk tanggap dan cekatan dalam melihat dan menanggapi segala hal yang dihadapinya.

Begitu pula di saat suasana Kuta telah ramai dikunjungi wisatawan, Yanie kecil meninggalkan rutinitas pekerjaan di sawah dan tanpa canggung memulai dengan dunia barunya sebagai pedagang acung yang menjajakan dupa wangi, minyak kelapa ataupun aneka minuman segar dengan berjalan mengelilingi pesisir pantai dan menjelajahi jalan-jalan di sekitar Kuta.

Tak seperti bekerja di sawah, profesi barunya ini, ternyata dapat membuatnya memperoleh uang secara langsung di setiap jual-beli yang dilakukannya, itu berarti Yanie tidak perlu lagi menunggu sekian lamanya sebagaimana ia menanti masa panen tiba.

Tentu saja pekerjaan pedagang acung ini, begitu senang ia jalani, karena dengan demikian keluarganya tidak sepenuhnya bergantung pada hasil panen yang tak seberapa. 

Gadis kecil yang bersekolah di SD Legian ini, seolah menjadi semakin bersemangat untuk dapat meringankan beban orang tua, dan tak hanya itu, Yanie menjadikan pekerjaan ini sebagai wadah tempatnya untuk belajar apa saja yang ia peroleh dari kehidupan seorang pedagang acung di Kuta.

Salah satunya adalah kesempatan baginya untuk mendalami bahasa asing di saat ia menawarkan barang dagangannya kepada para wisatawan yang seringkali ia jumpai di sana.

Walaupun pada mulanya Made Yanie hanya bisa berbahasa Inggris pasaran yang maksudnya sebatas percakapan jual-beli, namun lambat laun ia telah fasih menguasai banyak kosa kata lainnya.

Seiring waktu berlalu, Yanie pun tamat sekolah dasar dan memasuki pendidikan di SMP Sunari Loka, Kuta. Ia yang mulai remaja tak juga canggung manakala sepulang sekolah terlihat teman sekolahnya berjualan sebagai pedagang minuman keliling di pesisir Kuta.

Pernah suatu kali saat mengacung di pantai ia memergoki teman sekelasnya asyik berpacaran di semak-semak, (memang pada awalnya pantai Kuta dahulu banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon liar dan sangat berbeda dengan sekarang ini), namun Made Yanie yang tidak sengaja melihatnya lalu menghampiri mereka dan ikut duduk mengobrol bersama. Sesungguhnya Yanie sama sekali tidak bermaksud mengganggu keasyikan mereka, tetapi apa boleh buat di saat itu Yanie memang belum memahami apa yang sebenarnya sedang temannya lakukan di sana.

Kisah lugu ini terkadang membuatnya geli bila mengenangnya, bahkan ini telah menjadi kenangan manis kepolosan kisah lucu kanak-kanaknya yang tak terlupakan.

Setelah tamat SMP ia melanjutkan di SMEA Negeri Pembina sampai berhasil lulus dan kemudian ia teruskan di perguruan tinggi Universitas Maha Saraswati Jurusan bahasa Inggris.

Kesibukannya sebagai seorang mahasiswa akhirnya memaksa Yanie untuk mengakhiri aktivitasnya sebagai pedagang acung dan sebab lain yang lebih mendasar adalah munculnya sebuah cita-cita baru dari dalam benaknya untuk dapat lebih maju dari sekedar pedagang acung jalanan.

Maka mulailah ia melamar pekerjaan sebagai waitress sebuah hotel di dekat rumahnya, namun tanpa diduganya, berkat kecakapannya berbahasa Inggris dan memiliki kemampuan dalam mengetik, maka Yanie pun langsung ditempatkan pada posisi sekretaris.

Pekerjaan ini tidak lama ia geluti, bukan karena hasil ataupun gaji yang diperolehnya tidak memadahi, namun semenjak Yanie bertemu dengan seorang pemuda asal Australia bernama Nigel Mason, wawasan dan pandangannya tentang sebuah masa depan sontak terbuka, bagaikan orang buta yang menemukan tongkatnya, Yanie sedikit demi sedikit mulai dapat meraba tentang isi dunia dari tutur cerita pemuda yang baru dikenalnya.

Perkenalan mereka bermula dari keinginan untuk saling belajar bahasa, Nigel Mason ingin bisa berbahasa Indonesia, sedangkan Yanie ingin memperdalam bahasa Inggrisnya.

Dari sanalah mereka menjadi sangat cocok dan Made Yanie mengakhiri masa kerjanya sebagai sekretaris yang baru dijalani belum lama.

Dari pemuda inilah Yanie menjadi sadar bahwa dunia ini sangatlah luas, dan banyak yang dapat ia perbuat dengan kemampuannya untuk menuju sukses dan berhasil, hingga tanpa disadari oleh keduanya, benih cinta telah tumbuh di hati mereka.

Namun kisah kasih ini mendapat banyak tantangan dari lingkungan di mana Yanie berada. Penilaian masyarakat di saat itu menganggap kisah cinta tulus ini dengan sudut pandang berbeda, maklumlah, ia adalah gadis Bali yang lugu dan hidup di lingkungan tradisional, sedangkan kekasihnya bukan saja berasal dari lingkungan atau daerah lain bahkan berasal dari negeri Kangguru yang rupa adat dan budayanyapun tidak dikenal oleh keluarga di mana Yanie dibesarkan. 

Karena mengundang begitu banyak tanya dan praduga, Yanie dan Nigel Mason menyegerakan mengukuhkan tali kasih mereka dengan ikatan pernikahan pada tanggal 8 Mei 1985. Dan dengan pernikahan, keduanya bertekad menunjukkan kesucian cinta mereka tak terhalang oleh rentang beda budaya.

Bagi Made Yanie, ia merasa tidak hanya mencintai dan menghormati suaminya, namun lebih dari itu, ia bahkan sangat mengagumi apa saja yang ada pada diri Nigel Mason. Karena dari suaminyalah Made Yanie banyak belajar dan dari sana pula ia tergugah untuk menciptakan usaha sendiri, walaupun di saat itu mereka berdua tidak memiliki modal untuk memulainya.

Dengan berbekal cinta mereka mengawali segalanya dan dengan itu pula Nigel dan Yanie seakan semakin kuat dan yakin bahwa keberhasilan dapat mereka rengkuh bersama.

Jalan mulai terbuka, dengan uang modal hasil pinjaman dari keluarga dan sejumlah teman, keinginan Yanie untuk membuka sebuah rumah makan di salah satu kawasan Kuta akhirnya terwujud dan dibuka dengan nama Yanie’s Restaurant.

MADE YANIE

Restoran yang dikelolanya sedemikian rupa itu pada mulanya memang membuat Yanie harus merangkap tugas sebagai juru masak dan juga sekaligus pelayan.

Namun itu bukanlah halangan, karena ia terlanjur bertekat untuk maju dan berhasil, hingga rumah makan yang menyajikan makanan Eropa seperti Burger yang saat itu belum ada satupun rumah makan yang menyajikannya di Bali menjadi sangat sukses dan terkenal di Kuta.

Keberhasilan itu mulai Yanie kembangkan dengan menjual boneka-boneka khas Bali hasil rancangannya yang dipajang di samping restoranya yang ternyata juga memberikan hasil menggembirakan. Boneka khas tersebut semakin mendapat tempat di pasaran, bahkan karyanya telah banyak ditiru orang.

Titik terang nampak ia jelang, bersama suaminya ia mulai memikirkan usaha baru untuk diciptakan.

23

Munculah ide untuk membuat satu wisata petualangan yang memamerkan keindahan alam Bali dan satwa-satwanya. Maka lahirlah Bali Adventure Rafting (BAR) di tahun 1990, lagi-lagi suatu usaha wisata baru lahir di Bali dengan kemasan profesional memberikan sajian wisata istimewa bagi wisatawan.

Tapi usahanya mengalami sedikit kesulitan, karena usaha ini sempat ditutup karena adanya perbedaan pendapat antara pihak pengelola dan pemerintah daerah pada masa itu. Adapun Yanie merasa usahanya telah memiliki perizinan yang lengkap, namun toh pada akhirnya Yanie mengalah untuk mengikuti kebijakan yang berlaku di saat itu. Tentu saja nama dan perusahaannya menjadi sangat populer dan akrab di telinga masyarakat, karena seringnya menjadi pembicaraan orang dan kerap tersiar dalam pemberitaan mass media.

Wisata petualangan arung jeram (Rafting) bersama Bali Adventure Tours

Keadaan itu sempat membuat Yanie putus asa, tidak bisa ia bayangkan, perusahaan yang beraset milyaran rupiah dan tenaga ratusan orang, tiba-tiba harus ditutup. Dan yang lebih mengkhawatirkan adalah sejumlah tenaga kerja yang potensial akan menganggur beserta sarana yang dimilikinya akan menjadi sia-sia.

Yanie akhirnya berusaha menelusuri kelemahan – kelemahan dan berupaya melengkapi persyaratan usaha yang dirasa kurang, Perjuangan ini memakan waktu panjang  dan dana yang tidak sedikit.

Berkat perjuangan dan bantuan Tuhan Yang Maha Kuasa, serta dorongan dari teman-temannya, Yanie dan suaminya berbenah untuk mematangkan usahanya kembali, hingga usaha arung jeram yang dikelolanya dinyatakan dapat beroperasi.

Hasilnya adalah keberhasilan luar biasa dari suatu ide yang luar biasa pula. Tahun demi tahun wisata petualangan yang dikelolanya makin maju dan berkembang besar hingga saat ini, bahkan ide usaha ini telah banyak diikuti oleh pengusaha lainya.

Wisata Taman Gajah di desa Taro

 

Hingga kemudian Yanie melengkapi usahanya dengan menyediakan kawasan wisata Gajah di desa Taro, Gianyar, yang dilengkapi dengan berdirinya Museum Gajah dan juga berbagai fasilitas pariwisata mewah dan istimewa seperti sebuah hotel dengan nama elephant safari park lodge dan Restaurant, serta sebuah gallery boneka (Bali Doll) yang kesemuanya itu memperoleh kemajuan pesat dan sukses besar dan tidak dapat tertandingi oleh kompetitor lain yang banyak mengekor ide-ide Yanie dan Nigel.

 Museum Gajah di Taro

Dan mengikuti perjalanan waktu, pasangan Yanie-Nigel terus berinovasi dan mengembangkan berpuluh usaha lain, yang bagi mereka, kreativitas meramu atraksi wisata, bukanlah yang itu-itu saja. Banyak hal-hal baru yang bisa disajikan bagi penikmat wisata itu sendiri, asalkan jeli dan mampu untuk berkreasi demi menjaga keaslian produk dalam menampilkan segala bentuk wisata. Karena bagi entrepreneur wisata sejati, Bali adalah kancah yang paling unggul untuk berkarya cipta wisata, karena di pulau Bali lah terbentang potensi alam yang indah dan masih banyak potensi usaha pariwisata lain yang bisa dikembangkan di bumi yang kaya akan pesona.

Heli - IMG_1123

20150706_133353 Heli - IMG_1107

Bali Adventure Sky Tour

Kekuatan cinta telah menampakkan kuasanya, harapan dan tekad untuk menjadi besar telah lahir dan diwujudkannya.

Dengan kegigihan seorang Made Yanie dan kerja keras untuk mendapatkannya maka pantas sudah, kini ia bersama Nigel Mason dan kedua anaknya dapat menikmati puncak kejayaan yang mengiringi kebahagiaan hidupnya.

family picture

The Ubud Adventure & Function Centre

The Ubud Adventure & Function Centre

spa bed 2 SPA ENTRANCE Spa Lobby spa walkway

Shinto Spa

DATA PRIBADI

Nama                          : Made Yanie
Tempat/
Tanggal lahir             : Legian, 23 September 1961
Agama                         : Hindu
Pendidikan Formal  :
- SD Legian – SMP Sunari Loka-Kuta
- SMEAN Pembina
- Universitas Saraswati (Jurusan Bahasa Inggris)

Profesi                           : Pengusaha
-   Bali Adventure Rafting
-   Bali Adventure Tours -   Elephant Safari Park (Taro)
-   Museum Gajah (Taro, Ubud)
-   House of Yanie (Kuta Squer)
-   Elephant Safari Park & Lodge
-   Yanie’s Reastaurant
-   Bali Doll  

Alamat Kantor              : Bali Adventure Tour
Jl. By. Pass Ngurah Rai, Pesanggaran-Bali
Kegiatan Lain               :
-   Anggota Klub Harley Davidson
-  Anggota Bali International Woman  Association

Menikah                       : 8 Mei 1985
Nama Suami                : Nigel Mason
Jumlah Anak               : 2 (Dua) orang
Hobby                          : Berkebun
Tokoh Idola                : Nigel Mason
Warna Favorit            : Putih
Lagu Kenangan         : Kitaro
Semboyan Hidup      : Bekerja dan Berdoa

Pesan                          : Membuka pikiran kita untuk menerima pendapat orang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>