Ida Bagus Sura Kusuma

LOLEC

HIKMAH SEBUAH PETUALANGAN

 
Pengalaman adalah guru yang terbaik, dari pengalamanlah kita dapat lebih matang mengenal asam-garamnya kehidupan.
Bahkan terkadang demi sebuah pengalaman itu, seseorang rela pergi jauh meninggalkan kampung halamannya untuk menempuh segala rintangan, menyongsong segala halangan dan bergelut dengan beraneka harapan, sampai pada akhirnya semua itu menjadi rangkaian perjalanan hidup yang bermanfaat di masa yang akan datang, atau setidaknya, pengalaman itu hanya tersembunyi di dasar hati sebagai kilas kenangan yang menyimpan pahit dan manisnya laku kehidupan.

Seulas senyum mengembang dari bibir Ida Bagus Sura Kusuma, seorang tokoh pelaku pariwisata Bali, ketika ia mencoba mengingat-ingat kembali peristiwa demi peristiwa yang mewarnai perjalanan hidupnya hingga sampai pada posisinya kini sebagai manager PT. Pacific World Nusantara, Bali.

Pria berperawakan gagah, dengan logat bicara runtut yang menunjukkan nalar cerdasnya, memang di kalangan luas lebih dikenal dengan nama, Ida Bagus Lolec, sebuah nama pemberian kakeknya yang ia sandang sejak usianya belum lagi dewasa.

28 Oktober 1949, pasangan Ida Bagus Jaya Kusuma dan Ida Ayu Kerthi tengah melakukan perjalanan dari kota Surabaya menuju ke Pulau Bali.
Di tengah perjalanan itu, terjadilah peristiwa alam yang sebenarnya lumrah terjadi bagi setiap wanita, begitu juga bagi Ida Ayu Kerthi, ia mendadak merasakan jabang bayi yang telah sembilan bulan lebih di kandungnya ini, menuntut untuk keluar menyaksikan dunia.
Maka dalam perjalanan itu jugalah lahir bayi laki – laki sehat, tanpa cacat yang kemudian diberi nama Ida Bagus Sura Kusuma.
Unik memang suatu kelahiran yang terjadi di tengah perjalanan, bisa saja ini merupakan pralambang dari Hyang Widi, bahwa yang bersemayam di dalam inang sang bayi adalah jiwa  petualang, namun bisa jadi ini juga merupakan gejala sejarah bagi Ida Bagus Sura Kusuma yang mungkin bila dewasa nanti, ia tidak akan gentar untuk berkelana, melakukan perjalanan jauh sejauh keinginan hatinya.

Ida Bagus Sura Kusuma atau sebut saja Ida Bagus Lolec, kemudian mulai tumbuh dewasa, dalam satu, dua, tiga tahun kemudian telah tampak lincah bermain dan mulai mampu merekam kenangan akan masa kecilnya.
Lolec jelas mengingat, kala itu ayahnya adalah seorang karyawan PU (Pekerjaan Umum) dan bekerja pada UNTEA di Irian Jaya, dan meski tidak begitu berada namun cukup terpandang dan disegani masyarakat sekitarnya.
Namun kemudian, usia kanak–kanak Lolec banyak dihabiskan di Ibu Kota Jakarta beserta keluarganya yang memang sering berpindah – pindah tugas.

Tidak ada yang tidak berkesan waktu itu, Lolec yang anak kedua dari sepuluh bersaudara ini merasa setiap detik, menit ataupun masa adalah kenangan baginya, meski hidup penuh kesederhanaan dengan keluarga besarnya itu, namun sebuah suasana kerukunan, warna – warni kebersamaan antar saudara, kelucuan – kelucuan selih berganti yang selalu saja ada, telah menghidupkan suasana di sepanjang harinya.

Lolec sebagaimana anak-anak sebaya lainnyapun kemudian mulai bersekolah, ia masuk pendidikan dasarnya di SD Perguruan Rakyat, Salemba – Jakarta, dan berhasil tamat tepat pada waktunya dan kemudian meneruskan kembali di sekolah menengah pertama yang ia tempuh di SMPN 8 Pegangsaan,  Jakarta.
Di SMPpun, Lolec berhasil lulus dan langsug melanjutkan di SMA Yayasan Perguruan Cikini Jakarta.

Setelah lulus SMA, Lolec kemudian kembali ke Pulau Bali dan menuju Denpasar untuk melanjutkan perguruan tingginya di Universitas Udayana.

Mengingat bakat melukis dan menggambar merasa begitu kuat dan lekat dalam dirinya, maka Lolec menjatuhkan minatnya pada Fakultas Arsitektur.
Dengan modal kecerdasan dan bakatnya, Lolec pun diterima. Selama masa kuliah inilah, Lolec melihat kehidupan pariwisata Bali yang tampak begitu dinamis, menggairahkan menarik untuk diselami.
Alasan inilah yang mendorong Lolec untuk mencoba-coba mencari pengalaman dengan bekerja sebagai pramuwisata, adapun di mana tempatnya, bukan menjadi masalah bagi Lolec, yang terpenting baginya ia dapat bertemu dengan para wisatawan.

Setelah banyak mengenal tamu-tamu asing yang datang ke Bali dan mendengarkan cerita mereka tentang negaranya, tiba-tiba saja muncul keinginan di hati Ida Bagus Lolec untuk menjadi seorang wisatawan dengan berkunjung ke negara lain.
Akan tetapi ia sadar betul hal ini memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk dapat mewujudkan keinginannya kali ini.
Sedangkan bila harus dengan jalan menabung, tentu akan memakan waktu sangat lama.

Di lain sisi, jiwa mudanya sudah tidak sabar lagi menunggu dan hanya membayangkan impian tentang suatu tempat baru yang tentu jauh berbeda dibandingkan dengan apa yang terlihat di Bali ataupun kota-kota di Indonesia.
Beribu cara dipikirkannya, hingga sampai suatu ketika, ia mendengar sebuah cara di mana banyak para wisatawan muda dari Australia datang ke Bali melalui jalan darat.
Mengetahui hal ini akalnyapun berpikir, dan yakin iapun bisa pergi dari Bali ke Australia menelusur melalui jalan darat.
Nah,…mungkin inilah satu–satunya cara untuk menjemput angannya menjadi wisatawan ataupun harus mengadu nasib di negeri orang.

Bila semakin dibayangkan, semakin Lolec tertantang untuk mencobanya, dan tanpa pikir panjang lagi dan juga tanpa sepengetahuan orang tuanya, Lolec menjual sepeda motor miliknya dan mengakhiri kuliah serta perkerjaannya yang baru satu tahun ia tekuni, untuk memulai ’ekspedisi memuaskan hati’.

Dengan kenekatannya yang berani ini, sama saja ia telah membeli jawaban pasti bahwa pengembaraannya tak boleh berakhir tanpa arti, karena bila tidak, ia pasti akan mendapat murka ayahnya atas semua yang ditinggalkannya di Bali.

Tahun 1970 dimulailah petualangan panjang seorang diri pemuda Ida Bagus Lolec ke Australia, melalui Timor-timur dan perbatasan Beancay-Dili hingga akhirnya pada tahun 1971 sampailah ia di Darwin, sebuah kota dagang sekaligus ibu kota teritorium Australia Utara, yang keadaan curah hujannya relatif sangat kecil, sehingga sayur-mayurpun terpaksa didatangkan dari tempat lain, begitu juga dengan kebutuhan air minum yang untuk memenuhi kebutuhan penduduknya harus disalurkan melalui pipa  sepanjang 70 km dari daerah pedalaman.

Di sinilah Lolec kini menginjakkan kakinya, pada sebuah daerah yang asing, jauh dari sanak kerabat dan keluarga yang untuk pertama kalinya ia jalani dan lihat dengan penuh kekaguman.
Dalam kebingungannya, Lolec sadar bahwa tidak ada waktu untuknya berwisata, karena ia harus segera mencari pekerjaan bila ingin dapat bertahan hidup di negeri Kangguru ini.
Namun apa yang dapat dikerjakannya dan siapa yang mau menerimanya bekerja adalah hal yang harus segera dipecahkan dalam awal kisah petualangannya.

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Ida Bagus Lolec terpaksa harus menerima sisa pekerjaan yang ada, pekerjaan kasar seperti menjadi pemotong rumput dan alang-alang dengan menggunakan pacul yang di Australia, jarang ada yang mau melakukannya.

Setelah tiga bulan bekerja sebagai tukang potong alang-alang, Lolec berhasil mengumpulkan uang hingga dari upahnya ia bisa membeli sebuah mobil bekas merk Holden Torana dua pintu yang kemudian ditumpanginya sendiri menuju ke Sydney, sebuah kota besar di Australia yang terletak di tengah-tengah teluk terbesar di dunia, sehingga kota tersebut memiliki suatu pelabuhan alam yang paling sempurna.
Sebuah kawasan yang sangat besar tentunya, dan bisa jadi sesuatu yang besar pula dengan hasil yang lebih baik telah menunggunya di sana.

Perjalanan itupun ditempuhnya dengan keyakinan pasti, dari ujung Utara Australia menuju Selatan Baru hingga akhirnya tiba di kota Sydney yang penuh kerlap-kerlip, megah dan mengagumkan.
Lelah tetapi Lolec jelas merasa puas dan bangga dapat tiba di sana. Kini tinggal ia  memulai berjuang mencari pekerjaan di tengah perkasanya kota dengan jumlah penduduk terbesar di Australia ini.

Hasilnya, entah harus kecewa atau pasrah saja menerima, karena ternyata Sydney yang begitu besar itu hanya menyisakan pekerjaan sebagai buruh kasar baginya. Pekerjaan sebagai buruh pengolahan dasar daging mentah di pabrik minyak yang lengkap dengan berbagai kerasnya pergulatan hidup para pekerja.
Apa boleh buat, pekerjaan itu harus tetap ia jalani juga, karena dengan beginilah ia dapat kembali bertahan hidup dan yang paling berarti, pikiran dan jiwanya kemudian semakin ditempa untuk berkembang.

Selama melalui hari-harinya yang keras, diam-diam Lolec memperhatikan pola dan gaya hidup di lingkungan tempatnya bekerja.
Hampir rata-rata pekerja di sana, bekerja siang dan malam memeras keringat dan otak untuk mendapatkan upah, yang sebagian dari upah itu mereka tabung untuk dipergunakan berlibur pada musim liburan nanti.
Dan ternyata, tidak sedikit dari mereka yang kemudian memilih berwisata ke pulau Bali.
Kini barulah Lolec menyadari, bahwa rupanya orang-orang inilah yang sebagian di antaranya telah turut menyemarakkan dunia pariwisata Bali.

Setelah satu tahun di Australia, Ida Bagus Lolec memutuskan untuk pulang kembali ke Bali, tanah airnya yang telah ia rindukan sejak lama.
Setiba di Bali, berbekal pengalamannya ia berharap dapat turut berperan dalam bidang pariwisata, namun tentu modal pengalaman itu masih harus ditambah dengan dasar pendidikan formal untuk dapat mendukungnya nanti bila ingin terjun total dalam dunia pariwisata.

Maka Lolec pun segera memastikan diri untuk berangkat ke Jakarta dan bertekad bulat untuk  menempuh pendidikan perguruan tinggi di jurusan Fakultas Ekonomi dengan sungguh – sungguh.

Benar saja, Lolec pada sore hari memang sungguh berkonsentrasi pada kuliahnya, dan  pagi harinya ia bekerja di sebuah hotel di sana.
Memang pagi dan sore Lolec terus beraktivitas penuh, namun hal ini tentu tidak seberapa berat dibanding pekerjaannya yang ia geluti di Australia, maka meskipun ia kuliah dengan sambil bekerja, Lolec tetap tidak merasa kehilangan kesempatan waktu untuk belajar, hingga akhirnya iapun berhasil menempuh pendidikannya dan mendapatkan gelar sarjana muda.

Setelah empat tahun di Jakarta, tepatnya pada tahun 1978,  Ida Bagus Lolec kembali ke Bali dan kemudian bekerja sebagai pramuwisata di sebuah hotel.
Di sini barulah Lolec mulai merasakan sebersik manfaat dari petualangannya di Australia dahulu, bagaimana tidak, Lolec yang telah terbiasa bergaul dengan warga asing, dan sedikit banyak telah mengenal adat kebiasaan mereka, tentu saja lebih tampak mumpuni bila berhadapan ataupun menjamu  tamu dari mancanegara.

Karena kepiawaian Lolec ini jugalah, akhirnya ia dapat diterima bekerja sebagai tour guide pada PT. Bali Tour dan memulai menunjukkan jurus-jurus ilmunya dan kemahirannya dalam melayani tamu asing.
Dengan mengembangkan dan mengedepankan persahabatan di dunia bisnis pariwisata ini, setiap pelayanan yang Lolec berikan pada wisatawan selalu membuat para tamu merasa cukup puas.
Dalam bidang ini Lolec memang cukup diakui kemampuannya, dan dalam waktu singkat iapun mulai turut dilibatkan pada posisi penting di kantornya, diawali dengan ditunjuknya Lolec untuk mewakili perusahaannya mengadakan promosi paket wisata ke Australia.

Keputusan itu diambil oleh perusahaannya, mengingat selain karena Lolec memang cukup potensial dan profesional, ia juga dianggap sebagai orang yang telah menguasai medan di Australia, karena pernah mengenal dan tinggal di sana.

Tampaklah sudah hikmah pengembaraannya mulai jelas manfaatnya ia rasakan.
Kini ia akan datang lagi ke Australia, namun bukan sebagai gelandangan dan bukan pula sebagai wisatawan ilegal seperti dirinya dulu, namun sebagai sosok lain, sosok yang datang dengan menggunakan pesawat udara, berpenampilan rapi dengan mengemban misi yang jelas; sebuah tugas resmi perusahaan yang memberinya fasilitas tinggal di sebuah hotel mewah dengan pelayanan terhormat bak tamu penting di sana.

Misinyapun berhasil dengan memuaskan, setelah itu berbagai bukti akan keberhasilan kerjanya makin tampak meningkat signifikan, karir Lolec dengan cepat melonjak. Ia kemudian saja telah menduduki posisi Operasional Manager dan hanya dalam waktu tidak kurang dari 10 tahun masa kerjanya, ia sudah menjadi Managing Director, dengan kekuatan sebagian saham PT. Bali Tour ada di tangannya.

Tahun 1999, Ida Bagus Lolec melepaskan 45% saham miliknya pada PT. Bali Tour dan pada bulan April di tahun yang sama, memilih bergabung dengan PT. Pacific World Travel, Perusahaan perjalanan wisata yang memiliki jaringan pemasaran di seluruh dunia.

Kabar tentang prestasi dan cara kerja yang begitu fantastik dalam menjalankan roda usaha di sektor pariwisata, membuat perusahaan ini telah lama mengincar Lolec untuk bersedia mengelola kantornya di Bali, maka  dalam perusahaan ini, Lolec langsung duduk sebagai Managing Director.

Ida Bagus Lolec memang telah tercatat dalam deretan tokoh berhasil di Bali, ini karena kiprah kepariwisataannya memang tidak diragukan lagi, kinerjanya selalu tampak energik, cerdas dan penuh kejutan pada gagasan – gagasannya, terutama dalam meramu dan mengelola hal-hal yang berhubungan dengan sektor kepariwisataan.

Di tangannya, para wisatawan dapat merasakan sebuah wisata sesungguhnya.
Tiap detail perjalanan telah disusun dan dirancang dalam sebuah acara, dan tiap langkah telah ditata dengan sungguh – sungguh menonjolkan rytme Bali, suasana Bali, ramahnya Bali, akrabnya Bali, harmoni, dinamis dan kuatnya budaya Bali selalu tampak di setiap tampilan yang disuguhkan Lolec pada setiap tamunya.

Banyak ataupun sedikit jumlah wisatawan yang hadir, bukan berarti menentukan ada tidaknya pelayanan spesial bagi tamunya, karena berapapun jumlah tamu yang hadir, Lolec tetap menempatkan mereka sebagai para tamu terhormat, maka dari itulah kemudian digarap sebuah acara pesta penyambutan tamu yang selalu rutin diadakannya.
Dari sinilah para wisatawan itu seakan dapat bersentuhan langsung dengan keramah tamahan Bali yang pada akhirnya akan menimbulkan kesan berarti yang mendalam.

Begitulah Ida Bagus Lolec dengan kiatnya telah berhasil menoreh sukses dalam karir dan tokoh pengusaha pelaku bisnis pariwisata di Bali, yang bila ia renungkan semua itu tidak akan terjadi bila dulu ia tidak nekad pergi ke Australia untuk bertualang.

Di tengah pemaparan kisah perjalanan hidupnya ini, yang diceritakan di sepanjang aktivitas padatnya, tiba – tiba saja Ida Bagus Lolec seketika berpesan, “Di saat masih muda memang terkadang kenekatan itu perlu“.…… dan setelah sejenak terdiam, Lolec menegaskan dengan nada lebih keras,… ”Namun itu semua harus benar – benar ke arah yang positif, karena dari itu, anak muda dapat mengambil hikmah dari segala-galanya”.

DATA PRIBADI

Nama                   : Ida Bagus Sura Kusuma
                              Ida Bagus Lolec
Tempat/
Tanggal lahir     : Bali, 28 Oktober 1949
Agama                : Hindu
Alamat
Rumah                : Gria Telabah, Jl. Thamrin Denpasar
Alamat Kantor  : Jl. Danau Poso
Menikah             : 15 Oktober 1974
Nama Istri         : Ida Bagus Wirantini Utari
Jumlah Anak    : 3 Orang
Profesi                : Pengusaha
Pengalaman
Berorganisasi   :
- IPCO (Vice President)
- Organisasi Karikaturnis
- SITE (Socitey of Meetice & Travel Exekutive)
- PATA
- GEP (Global Event Patner)

Pesan                  : Jadikanlah   diri  anda  sebagaimana  adanya, cirri sebagai Orang Indonesia yang sopan santun saling bantu, tolong menolong dengan dasar saling asih mengasihi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>