I Putu Sudiartana
PUTRA BALI MEMBANGUN NEGERI
“LAHIR KARENA PEDULI”
Mungkin bagi sebagian orang, kemiskinan adalah takdir, sebuah misteri palmistri yang hanya menyisakan ketabahan dan keikhlasan untuk menerima dan melakoninya. Namun anggapan ini tidak berlaku bagi I Putu Sudiartana, ia buktikan bahwa kemiskinan adalah suatu pilihan, karena dengan kerja keras, ketulusan hati, doa dan bakhti, roda nasib pasti akan berputar, bagai malam berganti siang di mana kemiskinan kemudian hanya akan menjadi kenangan.
Di tengah kesuksesan imperium dagangnya yang menembus berbagai sektor, baik property dari hulu ke hilir, perbankan dan bisnis investasi lainnya, pastilah tak terduga bahwa seorang I Putu Sudiartana, konglomerat muda pribumi Bali yang juga tercatat sebagai Pendiri LSM Jarrak, Ketua ASKUMINDO Bali, Pendiri dan Komisaris Jarrak Holding yang menaungi PT. Jarrak Pos, Jarrak TV, Jarrak Property, Jarrak Travel dan puluhan usaha lainnya, Ketua Umum DPD PPPI Bali hingga tahun 2012 dan Anggoa DPR RI komisi III Fraksi Partai Demokrat ini pernah hidup dalam himpitan kemiskinan yang menggelanyut di sepanjang masa kecilnya.
Justru karena sempat sekian lama mengakrabi kemiskinan, sampai saat ini Putu Sudiartana masih begitu fasih untuk menggambarkan rasa getir kemlaratan itu, maka tak berlebihan bila kini dalam keberhasilannya ia sangat antusias berkonsentris peduli mengenyahkan jerat kemiskinan dalam kehidupan masyarakat dan lingkungannya melalui berbagai program termasuk menerjunkan diri dalam dunia politik praktis kepartaian demi memuluskan obsesi kepedulian itu.
Kisah hidup fenomenalnya bermula di lubuk desa Bongkasa, Abiansemal-Bali, tempat di mana ia dilahirkan 8 Desember 1971 dari rahim ‘Ni Nyoman Roji’ ibunya sebagai sulung dari dua bersaudara.
Sejak lahir nama yang diberikan kepadanya memang ‘I Putu Sudiartana’, namun belakangan ia dipanggil ‘Putu Liong’, sebagai sebutan yang terdengar lebih akrab diucap keluarga dan kawan-kawan sepermainannya di desa.
Sejenak waktu kehidupan masa kanaknya dirasa cukup bahagia, mapan dengan pangan dan sandang yang ditopang hasil kerja ‘I Wayan Rengga’ ayahnya sebagai kontraktor desa yang santun.
Meski sebagai kontraktor ayahnya lebih cenderung melakukan transaksi sosial dibanding berkalkulasi bisnis memetik keuntungan.
Pada prakteknya berulang kali sang ayah menolak diupah untuk garapan proyek desa atau rumah kerabat dan warga yang kurang berada. Namun untunglah di sisi lain usaha dagang ibunya sudah cukup maju untuk diandalkan memenuhi kekurangan kebutuhan keluarga.
Tapi ternyata harmoni keindahan keluarga ini berakhir begitu cepat. Belum puas Putu Liong menikmati kemanjaan bersama kedua orang tua, sebuah hantaman prahara mencerai beraikan mereka.
Sang ibu memilih pergi entah ke mana, meninggalkan ayah, Putu Liong dan adik semata wayangnya sendiri untuk alasan yang sulit dipahami bocah seusianya.
Yang jelas semenjak saat itu berlahan tapi pasti Putu Liong mulai mengenal kemandirian, kesepian dan kesedihan.
Ayahnya yang bekerja dan jarang ada di rumah, membuat Putu Liong harus belajar berdikari, dari mencuci, memasak, sampai mengurus pakan sapi dan bahkan mencari uang bekal dan biaya sekolahnya sendiri.
Untuk mendapatkan uang sekolah itu, Putu Liong harus terjaga dari tidurnya lebih pagi dari hari biasa, dan bergegas memanjat pohon Jambu di kebun belakang rumah dan kemudian mulai terampil memetiki buahnya untuk dititip jual di kantin sekolah di SD 3 Bongkasa.
Namun tentulah hasil dari penjualan Jambu itu belum cukup membayari semua beban kebutuhannya, jadilah tak ada pilihan lagi bagi Putu Liong selain harus terpaksa bekerja kasar, menambang pasir dengan kedua tangan mungilnya demi memperoleh upah Rp. 10.000,- setiap 15 harinya.
Miris dan melelahkan kisah ini harus dijalani Putu Liong setiap hari, tapi kendati demikian tiada sekelumitpun rasa benci yang tersirat tertuju pada kedua orang tuanya, bahkan dalam keadaan apapun, rasa hormat dan bakhti dalam benak Putu Liong tetap tak luntur dan tergadaikan oleh dendam penderitaan yang menyakitkan di tengah kesepiannya.
Hanya buku-buku, majalah bacaan dan acara-acara siaran TVRI yang menjadi penghiburan Putu Liong, bahkan dari sanalah, lahir angannya untuk dikemudian hari bila dewasa dapat berdiri beriring, berjabat akrab, dekat dan bersahabat dengan para tokoh selebriti, politikus dan bintang-bintang film di layar kaca.
Terlepas dari mimpi itu, di kehidupan nyata, kerja keras tanpa ampun terus dilakoni Putu Liong dengan mawas demi dapat melanjutkan hidup. Hingga karena kegigihannya tak sedikit kerabat yang lalu menaruh iba.
Terkadang mereka terutama paman-pamanya spontan peduli memberi sesuatu baik uang, makanan ataupun pakaian sekedar untuk penghiburan bagi Putu Liong yang telah lama tak tersentuh perhatian.
Tak terasa waktu berlalu begitu saja, Putu Liong beranjak dewasa lulus dari pendidikan dasar dan langsung melanjutkan ke SMPN 1 Abiansemal.
Ia yakin bahwa pendidikanlah adalah satu-satunya jembatan yang paling rasional untuk menghantarkan pada perubahan nasibnya nanti.
Maka tak heran bila di sekolah Putu Liong menonjol dengan prestasi, ia selalu menduduki peringkat besar ranking kelas meski di rumah tak banyak memiliki waktu untuk belajar karena harus langsung menggali pasir di Sungai Ayung, Bongkasa.
Rupanya kesehariannya bergelut peluh di pesisir sungai Ayung yang mulai banyak dikunjungi wisatawan itu membuahkan cita-cita di benak buruh tambang pasir ini.
Sosok guide/pramuwisata yang mapan berpenampilan necis dan terkesan cerdas sembari bercengkrama bersama para tamu asing dari berbagai negara, menggiurkannya untuk meniru.
Kini Putu Liong sudah mulai menggambar arah masa depannya, ia begitu yakin akan menjadi guide nanti di kemudian hari.
Setamat SMP, Putu Liong melanjutkan ke SMAN 1 Bongkasa dan memutuskan meninggalkan profesinya bergelut pasir untuk kemudian memilih mendekatkan diri pada aktivitas pariwisata dengan bekerja di Safari Plaza Kuta, sebuah toko kerajinan yang menerimanya sebagai sales yang sedikit memberi penghasilan lebih hingga ia dapat mengikuti kursus bahasa Jepang dari selisih sisa gajinya.
Kendati kegiatannya nyaris padat untuk bekerja dan menekuni kursus bahasa, namun Putu Liong sama sekali tak kehilangan konsentrasi belajar di sekolah, bahkan ia juga sempat mencetak prestasi atletik dengan memboyong juara 1 Lari Maraton se-Kabupaten Badung di mana ini menunjukkan bahwa di samping kecerdasan dan semangatnya yang tinggi untuk maju, Putu Liong ternyata dianugerahi kemampuan fitalitas fisik yang prima.
Di lain kisah, dalam kurun masa itu, tepat di kelas dua SMA, salah seorang teman memberi informasi penting tentang keberadaan ibunya yang telah lama menghilang.
Dari keterangan berharga ini segera Putu Liong bergegas mencari alamat kediaman ibunya yang konon tinggal di lain desa dan telah memiliki keluarga dengan dua orang putra yang berarti adik-adik tirinya.
Benar saja, tak lama kemudian sampailah Putu Liong pada alamat yang di maksud, matanya menangkap wujud sosok sang ibu, mulutnya seketika kelu memendam segudang rindu yang sontak disusul derai tangis mengharu biru dan tak terbendung tumpah di pelukan ibu.
Tangis dan dekap erat ibunya saat menyambut kedatangan Putu Liong seolah terasa bagai siraman berkubik-kubik embun sejuk pegunungan yang memadamkan bara tanya yang menggebu-gebu dihatinya tentang mengapa sang ibu begitu tega sekian lama pergi meninggalkan keluarga.
Semua pertanyaan itu mendadak sirna dan tak lagi penting bagi Putu Liong setelah pertemuan dengan ibu kandungnya.
Bagi Putu Liong kini, adalah masih terbukanya kesempatan seorang anak untuk menunjukkan bakhti kepada orang tua, terutama ibu yang telah bertaruh nyawa melahirkannya ke dunia.
Di hari berikutnya, Putu Liong menjalani aktivitasnya seperti biasa, sekolah, bekerja dan kursus tak absen diikutinya hingga ia tamat SMA dan langsung melanjutkan ke Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata (BPLP) Nusa Dua.
Fokus jelas dan terarah cita-cita untuk menjadi guide tinggal selangkah lagi menjadi nyata.
Tak lama kemudian setelah rampung dari pendidikan pariwisata BPLP, Putu Liong langsung diterima di hotel Amandari dan ditempatkan dalam posisi tracker guide yang tugasnya mengantar tamu berwisata sambil bercerita persis seorang guide yang dilihatnya waktu kanaknya dulu saat menggali pasir di sungai Ayung.
Kebetulan saja hotel berbintang 5 bertaraf internasional itu dikunjungi tamu yang bukan saja para tokoh dan public figur lokal, namun juga bintang-bintang dunia yang menginap dan dijumpinya di sana seperti Mick Jager (vokalis Rolling Stone), Keith Richards, David Copperfield (Illusionis), Demi Mor, Michel Jackson dan bintang-bintang lainnya.
Ini sungguh anugrah luar biasa, seluruh harapannya terkabul sempurna. Cita-citanya menjadi guide terwujud sudah, bahkan mimpinya bertemu super star dunia juga menjadi nyata.
Rupanya roda pedati nasib mulai berputar beranjak dari tempatnya. Kemelaratan yang menyesakkan perlahan menjauh dan sirna. Di sini Putu Liong pun mulai dapat berbagi hasil jerih payahnya, sedikit dari yang ada sengaja ia berikan pada ayah, ibu, para saudara, sahabat, kerabat, adik-adik dan mereka yang tengah membutuhkan ulurannya sebagai wujud kepedulian pada mereka semua.
Semakin besar yang dikucurkan tangannya untuk peduli ternyata berbuah karma dengan makin berlimpah rizki yang diterima.
Lambat laun jabatan kerjanyapun meningkat di Amandari, Putu Liong dengan tekun dan dedikasi kerja yang baik, lalu diangkat sebagai Tour guide exclusive yang membuka gerbang keleluasaan dapat bertemu dan menjalin interaksi dengan para tamu khusunya mereka yang tergolong VVIP (Verry-Verry Important Person) dari kalangan jetset, milyarder dan konglomerat dari berbagai penjuru negara.
Di sinilah awal cerita persahabtan Putu Liong dengan tokoh-tokoh dunia mulai terbangun menjadi jalinan networking yang semakin hari semakin luas dan akrab.
Sejak menjadi guide itulah Putu Liong dengan finansial yang cukup, perlahan mulai menanamkan banyak investasi terutama di bidang property dengan membeli beberapa tanah berlokasi strategis. Tapi sebelum melakukan itu semua, sebidang tanah, rumah, mobil dan segala kebutuhan ibunya telah dipenuhi Putu Liong sebagai wujud bakhti tanpa syarat kendati dulu ia ditinggalkan begitu saja saat memerlukan kasih sayang dan perhatian seorang ibu.
Selain itu, Putu Liong juga tak secuilpun melupakan untuk berbalas budi pada mereka yang pernah berbaik hati di masa sulitnya. Satu persatu paman-paman yang dulu peduli tak lupa ia bahagiakan, sedikitnya tanah, motor, rumah tak tanggung juga menjadi hadiah spesial tanpa mereka minta.
Di tengah kebahagiaan dan rasa puas sebagai guide di Amandari, seorang ahli spiritual yang melihat kepolosan dan ketulusan hati Putu Liong, lalu memberinya nasehat dari petunjuk niskala, yang mengatakan bahwa ia akan sulit mencapai puncak maksimal kejayaan, bila hanya berkecimpung di dunia Pariwisata. Dari petunjuk ini seketika Putu Liong teringat wasiat ayahnya untuk menerjuni bidang usaha kontraktor atau bidang serupa yang berkaitan dengan property sebagaimana ilmunya telah diajarkan dan ia kuasai semenjak kecil.
Hingga karena itulah, walau sulit dijelaskan secara logika, namun dengan penuh keyakinan ia lalu mumutuskan mengundurkan diri dari Amandari dan berangkat ke Jakarta untuk membekali kemampuan x’self resource-nya sebagai entrepreneur dengan mempertajam ilmu ekonomi sebagai referensi dan tambahan wawasan yang ia yakini bakal diperlukan sebagai seorang pengusaha.
Pengetahuan empirisnya dalam hal ekonomi didukung pengalaman mengenal seluk beluk usaha kontruksi dan property sejak ia masih kanak-kanak, menginspirasinya membidani perusahaan kontraktor perdanya yang diberi nama PT. Purita Mandiri dan terus dikembangkannya dalam waktu singkat dengan jalan menebar investasi baik di bisnis akomodasi, pemasaran villa, konsersium pembangunan real estate dan terus berkembang menjadi usaha raksasa penanganan kontraktor dari pra pembangunan sampai dengan pemasaran.
Usahanya melesat cepat tak terbendung dibarengi dengan ekspansi usaha-usaha baru diberbagai sektor termasuk bisnis real estate dengan bendera PT. PL, di samping bisnis usaha perbankan dan bisnis kontraktor yang tetap konsisten ditekuninya.
Singkat saja; Putu Liong kemudian segera bertengger di jajaran para konglomerat muda Bali yang sukses dengan trobosan imperium dagangnya dan turut menggairahkan iklim usaha dan pemberdayaan tenaga kerja ikut turut bernaung di bawahnya.
Dalam keberhasilan besar ini, Putu Liong tidak melupakan untuk memelihara rasa empati dan kepeduliannya bagi sesama dan yang miskin tak berdaya. Ia yakin karma dari peduli itulah yang telah mendorongnya melesat sukses bahkan melebihi dari yang pernah ia bayangkan.
Alasan ini pula yang menjadi sebab Putu Liong menyisihkan waktu sibuknya menerjuni dunia politik hanya demi memperluas upaya agar dapat segera terlibat dalam menetaskan kebijakan-kebijakan penting yang berpihak pada percepatan kemakmuran rakyat yang juga ia giatkan melalui LSM Jarrak yang didirikannya sebagai motor penggerak di kalangan akar rumput untuk bergegas memacu kinerja pengentasan kemiskinan, monitoring dan pengawasan kebijakan-kebijakan publik serta aktif secara nyata dalam pembangunan yang berbasis kerakyatan seperti dengan mendirikan pabrik pupuk PT. Gemah Ripah Kayaku dengan distributor PT. Purut Sugih Makmur, pendirian peternakan sapi, pengembangan perkebunan Jabon dan lahan pertanian, serta pembangunan perumahan rakyat.
Pola pikirnya yang kritis dan kegelisahannya pada banyaknya ketidakadilan, ketimpangan sosial yang tertutupi dan terabaikan karena minimnya media indipenden yang berani vokal berseberangan dalam mengungkap praktek-praktek oknum pejabat korup yang menghambat pembangunan mendorong Putu Sudiartana mendirikan kantor media Jarrak yang membidani lahirnya Jarrak Pos dan surat kabar Berita Bali dan juga Jarrak TV yang dengan berani tampil mengusung platform reformasi di tengah derasnya arus perkembangan teknologi komunikasi tanah air di bawah PT. Jarrak Pos
Tidak ada ambisi dalam poin ini, bagi Putu Liong, melalui jalur politik ataupun jalan kiprah sosial, misi memerangi kemiskinan akan terus dilakukannya sebagai sebuah komitmen nurani dan bukti bahwa dirinya masih tetap peduli.
2013 | I Putu Sudiartana (Putu Liong) bersinergi menyatukan visi dan misi bersama partai Demokrat yang dikomandoi SBY untuk mengemban amanat sebagai calon anggota DPR RI dari Partai Demokrat
Namun kemudian, memasuki tahun 2013, Putu Liong yang tak pernah jemu mengakrabi masyarakat, mengucurkan santunan dan tak pernah bosan memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dan petani untuk dapat memperbaiki kualitas hidupnya, kemudian membuka diri digandeng partai Demokrat untuk bersama berjuang dikancah regulasi politik pemangku kebijakan menjadi calon DPR RI dari Bali dengan nomor urut 7 yang diterimanya sebagai amanah demi dapat lebih banyak berbuat bagi rakyat Bali.
Putu Liong yang secara luas dikenal rakyat Bali dengan nama lahirnya; I Putu Sudiartana memang enggan mengumbar janji politik yang umumnya kerap diucap politisi dan mengecewakan masyarakat, namun ia berusaha menunjukkan bukti yang tampak dalam rekam jejak langkahnya.
Selama ini di sepanjang hidupnya ia tak pernah berhenti berjuang keras mengenyahkan kemiskinan, bahkan di saat kehidupan telah berpihak melimpahkan kemakmuran baginya, ia tetap tidak berhenti bergelut melawan kemelaratan namun kali ini bagi seluruh generasi di Bali di manapun dan siapapun mereka.
Ia bertekad menjadikan potret kemiskinan masa lalunya sebagai kuli pasir sebagai bagian dari ajaran hidup untuk mengenal getirnya kemiskinan agar kemudian dapat dijadikan pembakar amarahnya untuk tidak berhenti berbuat sebelum kemakmuran menjadi hak masyarakat Bali, terlebih yang saat ini terbelenggu kemelaratan seperti dirinya dahulu.
I Putu Sudiartana, pengusaha pribumi Bali yang hangat, ketokohannya yang santun membuatnya mudah diakrabi segala kalangan. Bersama Gubernur dan Wakil Gubernur Bali, Pangdam IX Udayana dan Kapolda Bali.
Dan akhirnya, masyrakat Bali pun dapat dengan gamblang melihat ketulusan niat baik Putu Sudiartana, dengan kebulatan tekat bersama tak terelakkan lagi, Putu Sudiartana dipilih masyarakat Bali sebagai wakilnya di DPR RI. Komitmennya membangun dan memperkuat desa adat, mengentaskan kemiskinan kini satu persatu mulai terbukti.
Sebagai anggota DPR RI yang duduk di komisi III, I Putu Sudiartana tak pernah membangun jarak dengan konstituennya, ia tetap pribadi yang mudah dihubungi bahkan setelah menjadi pejabat tinggi, ia tetap ringan langkan menyambangi masyrakat di pelosok-pelosok pedesaan di Bali.
Saat-saat reses anggota dewan, Putu Sudiartana menghabiskan penuh masa reses itu untuk menyambangi tempat-tempat yang memerlukan bantuannya, ia menyadari betul bahwa sebagai wakil rakyat sudah sepatutnya tak terbentuk batasan antara wakil dan yang diwakilinya, bahkan untuk mempermudah komunikasi dan menyerap inspirasi masyarakat, Putu Sudiartana menyiapkan berbagai wadah komunikasi termasuk rumah inspirasi lengkap dengan sarana pelayanan masyarakat, termasuk ambulance bagi masyarakat umum dan juga staf yang siap melayani segala kepentingan masyarakat Bali dalam menyampaikan masukan, keluhan atau bahkan permohonan bantuan.
“Bila bisa mudah, kenapa dipersulit”, begitu I Putu Sudiartana menegaskan komitmen untuk selalu ada bagi masyarakat Bali.
Melihat tingginya loyalitas I Putu Sudiartana pada masyarakat di Bali yang menyandarkan kepercayaan kepadanya, maka tak heran bila kemudian Partai Demokrat di bawah kepemimpinan Soesilo Bambang Yudoyono mempercayakan jabatan penting dalam tubuh Partai berlogo mercy ini sebagai Wakil Ketua Bendahara, di mana jabatan ini ia anggap sebagai amanat partai dan juga kepercayaan sosok panutannya ‘Pak SBY’ untuk membesarkan partai Demokrat ke depan demi untuk dapat lebih membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
DATA PRIBADI
DATA PRIBADI
Nama : I Putu Sudiartana
Tempat / Tanggal lahir : Bongkasa, Abiansemal 8 Desember 1971
Agama : Hindu
Istri : Neng Evi Syamsiah
Profesi : - Pemimpin Umum Surat Kabar Jarrak Pos
- Anggota DPR RI Komisi III Fraksi Partai Demokrat
Hobby/
Kegemaran : Mancing
Pesan : Untuk menuju sukses bergaulah dengan orang yang sukses.
Leave a Reply