Bagus Soediana

SERUNI

SAAT SERUNI MENGHIDUPI

 

Almapura, 9 Agustus 1953, tepat di hari Minggu Kliwon, Bagus Soediana lahir dan hidup di tengah keluarga  pribumi Bali yang sederhana.

Ayahnya Bagoes Soedana adalah seorang praktisi pariwisata, sosok penggagas yang sangat berbakat dengan intuisi yang tajam dan sekaligus juga sebagai pengusaha yang cukup maju di kala itu.

Soediana ingat betul bagaimana kala kecil ia melihat ayahnya melakukan beberapa terobosan usaha dan pengembangan Pariwisata, jauh-jauh hari sebelum Bali sesemarak kini.

Jiwa perintis sang ayah memang tidak kepalang tanggung, bagaimana tidak, sebagai pengusaha pariwisata yang memimpin perusahaan biro perjalanan, ayahnya dengan antusias telah berhasil mendorong pemerintah daerah pada waktu itu untuk membuat sebuah peraturan daerah tentang perlindungan kekayaan bawah laut di seluruh  perairan Bali.

Lebih jauh lagi, sang ayah juga seorang pelopor yang merintis adanya pariwisata bahari di Bali, hingga kemudian Bali tersohor akan kekayaan dan keindahan panorama bawah lautnya sampai ke manca negara seperti saat ini.

Namun di balik nama besar dan kesuksesan sang ayah, Bagus Soediana dan juga kakak adiknya, tidak lepas dari pola didik kesederhanaan termasuk pembagian porsi kerja rumah tangga yang dibagi merata dengan sesama saudara.

Ada yang bertugas mencuci, menyapu atau memompa air untuk keperluan seluruh keluarga.

Semua pekerjaan itu sudah tertib terjadwal bergiliran dan dilakukan dengan kesadaran tanpa menunggu perintah dan pengawasan.

Rupanya inilah didikan bagaimana sebuah tanggung jawab mulai ditanamkan sedari mereka terbilang belia.

Sehingga kemudian setelah tumbuh dewasa tidak ada kecanggungan bagi Bagus bersaudara  untuk bertanggung jawab memilih cita-citanya sendiri dan menekuni bidang yang disenangi masing-masing, dan dapat mempertanggung jawabkan sebagai bidang pilihan yang tepat bagi hidupnya.

Begitu pula Bagus Soediana, ia yang sejak duduk di bangku sekolah dasar Swastiastu Denpasar sudah sangat senang melihat mobil, kemudian dengan setia menggeluti ketertarikannya ini hanya dengan memperhatikan setiap orang yang sedang merawat dan memperbaiki mobil.

Bahkan karena minatnya itu, Bagus Soediana kala di SMP pun sudah berani bereksperimen memperbaiki sendiri armada ayahnya yang rusak.

Uniknya, kesenangan Bagus Soediana pada mobil ini bukan hanya dalam urusan bongkar-membongkar mesin saja, namun bahkan juga termasuk urusan mencuci mobil, mengontrol rem, oli atau apapun yang penting bersinggungan dengan apa yang disebut ‘mobil’.

Dan lagi hobby otomotifnya ini juga terbilang mujarab menyembuhkan penyakit. Itu pernah terjadi ketika Bagus Soediana yang sedang sakit demam tiba-tiba saja bersemangat bangkit dari tempat tidurnya ketika mendengar keluhan mobil sang ayah rusak.

Hebatnya, panas demam yang dideritanya kemudian lenyap begitu saja manakala ia tengah asik bergelut dengan oli, obeng dan perkakas reparasi dalam garase mobil ayahnya.

Dalam hal lainnya, Bagus Soediana sejak kecil sudah menampakkan kepribadian asih kepada orang yang dituakannya.

Hatinya sangat senang bila melihat orang-orang tua seperti kakek dan nenek-nenek merasa  bahagia karenanya.

Sifat tersebut sudah menonjol sejak Bagus Soediana masih sangat kecil. Di kala itu Bagus justru merasa bahagia dengan menguras habis isi kantongnya untuk sekedar membeli buah tagan bagi kakek-neneknya di kampung.

Dan entah mengapa perwatakan ini melekat dalam hati Bagus Soediana hingga semakin bertambah usia gaya kasihnya pada orang-orang tua kemudian justru malah lebih mendorongnya untuk sering mengunjungi dan berbincang-bincang dengan siapa saja para tokoh tua yang dikenalnya. Dari sanalah Bagus Soediana mendapat banyak ajaran filosofi hidup yang mengiringi kedewasaannya.

Setamat SMP, Bagus Soediana memutuskan untuk pindah ke Bandung, menumpang di rumah pamannya dan masuk di SMA N  2 Bandung.

Selama tinggal di sana, tak ubahnya kala Bagus bersama ayah ibunya, iapun sigap mengambil pekerjaan rumah sebisanya sebelum dan sepulang sekolah.

Pengalaman merantaunya ini terus berlanjut ke kota Surabaya setelah Bagus tamat dari SMA dan memilih pendidikan di STIA Surabaya.

Selama di Surabaya, iapun sempat menyibukkan diri mencari tambahan uang saku dengan terlibat bersama beberapa temannya membuat taman-taman untuk beberapa kantor di sana.

Selain itu, ia juga memanfaatkan peluang keberadaannya di kota industri Surabaya dengan membeli beberapa baju dari pasar pusat sandang di kota itu untuk kemudian ia jual kepada para karyawan di kantor ayahnya.

Kendati usahanya ini hanya menghasilkan sedikit uang, namun dari sinilah Bagus Soediana menampakkan jiwa kewirausahaan yang telah hidup dan mengalir spontan dalam darahnya.

Tuntas dari pendidikan di Surabaya, Bagus kembali ke Bali dan langsung dipercaya sang ayah mengelola usaha transportasi wisata yang sudah dibuka ayahnya dengan sedikit armada berbendera ‘Seruni Transport’.

Kepercayaan ini diterima Bagus Soediana tanpa syarat, ia menyadari benar ini adalah sebuah tanggung jawab besar yang harus ia kawal menuju gerbang keberhasilan.

Dan untuk dapat memajukan ‘Seruni Transport’ dalam berkiprah di dunia kepariwisataan Bali, tentu tidak cukup dengan bekal hobby dan kemampuannya mengurus armada saja, namun lebih dibutuhkan sebuah jiwa kepemimpinan yang matang dan strategi pemasaran yang baik.

Di sinilah seorang Bagus Soediana yang telah kenyang ditempa berbagai filosofi hidup dari para sesepuh yang sejak kecil selalu ia sambangi, kemudian mulai menata diri menerima tongkat estafet kepemimpinan Seruni dan tampil di garda terdepan menggandeng beberapa karyawan dan crue armadanya yang ia sadari kesemuanya menggantungkan hidupnya dalam naungan Seruni; “Mereka semua bukanlah karyawan di mata saya, mereka adalah keluarga, keluarga besar Seruni, di mana kita semua turut bersama-sama menjaga Seruni ini sebagai sumur kehidupan yang menghidupi kami”, begitu Bagus Soediana menegaskan sikapnya.

Kendati masih terbilang sangat muda, namun Bagus telah tanggap dengan menunjukkan sikap terbuka pada seluruh lapis karyawan dalam perusahaannya.

Ia tidak segan terjun untuk menggantikan peran sopir manakala diperlukan. Bahkan ia tanpa ragu terjun langsung melakukan berbagai perbaikan armada dalam situasi-situasi tertentu.

Namun untuk urusan sebagai sopir bus, rupanya Bagus Soediana merasa cukup menikmati profesi ini, dan malah ia sangat senang bila harus menggantikan sopir yang berhalangan membawa rombongan para tamu wisata.

Menguasai seluk beluk armada secara langsung termasuk cara mengemudikannya, menjadikan Bagus juga sebagai panutan yang baik bagi seluruh staff di Seruni Transport.

Posisinya sebagai pemimpin yang begitu mudah berkomunikasi menjadikan setiap pembahasan bersamanya segera tuntas menemui jalan keluar.

Apalagi jiwa welasnya yang dominan itu juga sangat kental turut terlibat dalam pola pimpinnya, sehingga baik diminta ataupun tidak, Bagus Soediana selalu siap mengulurkan tangan manakala para karyawannya tengah menghadapi kesulitan dalam hal apapun.

Maka tak heran bila kemudian para  karyawan memiliki loyalitas luar biasa dan bahkan tidak sedikit yang sudah puluhan tahun ikut bersamanya.

Di awal-awal berdirinya Seruni Transport, intuisi pemasaran dan upaya memaksimalkan layanan kepada para wisatawan, cukup tanggap dilakukan Bagus Soediana dengan menjalin kerja sama dengan Perum Damri yang kala itu sudah memiliki beberapa bus berfasilitas AC.

Dari hubungan kerja sama itulah, Seruni Transport dapat melengkapi kekurangan armada bus yang dibutuhkan dan malah mampu menyediakan bus eksklusif yang semakin memaksimalkan potensi layanan bagi para penumpang.

Dan dalam waktu 6 bulan saja setelah Seruni Transport dalam kendalinya, Bagus Soediana berhasil membeli 2 unit armada tambahan dan semakin terus berkembang dari hari ke hari.

Armada SERUNI TRANSPORT

Memasuki bulan Oktober 1977, Bagus Soediana mengakhiri masa lajangnya dan menikahi Putu Mas Sumita gadis pribumi Bali yang tinggal persis bersebelahan rumah dengannya.

Pernikahannya ini kemudian memberinya 3 orang anak yang kini telah memberinya satu orang cucu.

Kepemimpinannya yang santun dalam membawa Seruni Transport berkembang maju dan bahkan handal melalui berbagai krisis pariwisata, serta kemampuannya membangun citra positif dalam memberikan pelayanan dan penanganan sebagai pengelola armada pariwisata, memposisikan Bagus Soediana untuk didaulat duduk sebagai Ketua PAWIBA Bali, di mana terpikul dipundaknya sebuah tanggung jawab besar untuk menuntaskan berbagai masalah armada kepariwisataan Bali termasuk menjaga mutu dan kualitasnya.

Di sini muncul banyak harapan, bahwa PAWIBA Bali di bawah kepemimpinan Bagus Soediana akan mampu menjadi organisasi profesi yang tangguh dan sungguh dapat memberi jalan kehidupan bagi seluruh pengelola angkutan pariwisata dan ribuan orang lainnya yang menggantungkan hidup bersamanya sebagaimana Bagus Soediana mampu membangkitkan, mengembangkan dan membesarkan Seruni hingga mampu menghidupi.

family picture

DATA PRIBADI

 

Nama              :           Bagus Soediana

Tempat /

Tanggal Lahir  :           Alampura, 9 Agustus 1953

Agama             :           Hindu

Profesi             :           Pengusaha

Menikah          :           Oktober 1977

Nama Istri       :           Putu Mas Sumita

Jumlah Anak    :           Tiga Orang

Hobby/

Kegemaran     :           Mendengarkan Lagu Klasik

Semboyan

Hidup   :           Hidup bermasyarakat dan bisa membantu sesama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>