Robert & Hilda Themandhopen
Tangan Pertama HTP Seafood Tawarkan Kuliner Live Seafood Kualitas Ekspor & Impor Dijamin Hidup Semua
Mematuhi peraturan yang dikeluarkan pemerintah, sudah sewajarnya diikuti oleh masyarakatnya. Namun sebagai individu yang dianugerahi akal dan pikiran, kita harusnya tak menyerah begitu saja dengan keadaan. Kurang lebih seperti itu, kiat Robert dan Hilda Themandopeh agar mampu bertahan di masa pandemi melalui usaha yang mereka rintis dua tahun lalu. Tak mau pandemi membuat mereka seolah tak ada pilihan selain kemandulan aksi dan waktu yang tak produktif, mereka mencari celah dengan bergerak secara independen, tanpa mengganggu pihak-pihak atau otoritas tertentu.
Kekuatan dari daya tarik bisnis kuliner memang tak pernah ada habisnya. Selalu ada menu-menu baru, buah kreativitas orang Indonesia. Apalagi bangsa ini kaya akan rempah-rempahnya, membuat pencinta kuliner seluruh dunia mengakui Indonesia masuk ke destinasi yang tak hanya kaya akan budayanya, tapi juga bidang pangan. Terlebih bagi Robert dan Hilda, tak hanya hobi menikmati makan-makanan sehat dan segar, keduanya pun kompak mengaplikasikannya dalam wujud bisnis kuliner dengan nama “HTP Seafood”.
Sebelum memiliki restoran, pasangan suami istri ini bertindak sebatas sebagai pemasok daging seafood ke restoran-restoran yang target pasarnya, mayoritas dikunjungi turis asal Cina. Sampai pandemi Covid-19 masuk wilayah Bali, membuat Robert bingung hendak dibawa ke mana ketersediaan ikan di kolam yang melimpah, disebabkan adanya peraturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) membuat bisnis kuliner harus tutup sementara.
Lantas demi mampu berdamai dengan kondisi pandemi, Hilda harus berpikir kreatif, agar setidaknya usahanya tak total terhenti begitu saja. Ia dan Robert kemudian menghubungi beberapa relasi mereka, untuk memasarkan produk seafood dari rumah ke rumah. Tiga bulan setelah secara konsisten mengupayakan cara tersebut, justru tak hanya memberikan hasil sekedar bertahan dari pandemi. Malah keduanya mengambil keputusan berani untuk membuka restoran.
Tak lepas dari berkat dukungan teman dekat yang juga sangat mengenal hobi Robert dan Hilda dalam hal memasak, keduanya berhasil mempublikasikan potensi mereka secara resmi, kendati dengan mengandalkan meja makan yang seadanya. Sejalan dengan upaya itu, mereka pun mendapatkan antusias positif dari para relasi, bahwa hasil olahan masakan keduanya, layak untuk dihargai dan investasikan lewat bisnis kuliner yang menjanjikan.
Menampung 20-25 Jenis Hasil Laut
Mengangkat kuliner live seafood, HTP Seafood yang berbasis di Pemogan, Denpasar Selatan ini, mengklaim dirinya sebagai supplier seafood tangan pertama. Robert pun menjelaskan lebih detailnya, mereka memiliki gudang tersendiri yang terdapat 24 kolam untuk menampung 20- 25 jenis hasil laut. Dari Ikan, kepiting, udang, kerang dan lain-lain yang sudah siap diekspor sejak tahun 2016, di samping ke bisnis-bisnis resto-resto di daerah wisata. Dan kini momennya sudah berbeda, dengan memiliki restoran sendiri, sudah pasti seafood yang ditawarkan masih segar, tidak perlu melalui proses pembekuan, karena konsumen bisa memilih sendiri berbagai jenis hasil laut di kolam yang disediakan.
Sembilan bulan berjalan, tindakan afirmatif pasangan asal Medan ini dalam merintis usaha kuliner saat pandemi, semakin diberkahi oleh Semesta, pasalnya meja-meja dan kursi semakin penuh dan tertata, siap menyambut pecinta berat seafood. Namun, diakui oleh Hilda, ia dan tim sempat kewalahan karena tak menyangka pengunjung akan datang secara massal. seiring aturan dari pemerintah yang mulai dilonggarkan. Ia akui sangat menyesali karena ada pengunjung yang sampai menunggu 2 jam, berkaca dari kejadian tersebut, HTP Seafood berupaya terus membenah diri, demi perfoma yang optimal dengan menambah beberapa orang karyawan lagi, yang kini dimiliki sebanyak 62 orang.
Menjadi salah satu diantara 100-200 pengunjung/harinya, tantangan bakal menikmati seafood yang enak dan segar, memang membutuhkan usaha lebih, dibandingkan menyusuri lokasi kuliner populer lainnya. Memaknai realitas ini, mewajibkan HTP Seafood mempresentasikan seafood berkualitas terbaik, agar kesabaran pengunjung terobati dengan kepuasan di akhir cerita kuliner mereka. Rinciannya, Hilda menegaskan seafood yang dihidangkan tak pernah di bawah 1 kg, dan yang membuatnya semakin istimewa, olahan bumbunya tidak monoton itu-itu saja, mereka mengadopsikan aneka bumbu dari Jawa, Hongkong dan lain-lain, agar seafood yang sudah menjadi langganan pejabat dan public figure ini, tidak cepat bosan untuk disinggahi.
Tak Cukup hanya Andal dalam Memasak
Hasil temuan Hilda dan Robert di lapangan, andal dalam memasak pada profesi koki maupun chef, akan lebih baik diimbangi dengan hobi mencoba kuliner baru. Mengapa? karena sepengalaman mereka yang hobi wisata kuliner ini, mereka jadi mengenal aneka olahan bumbu dan selera seperti apa yang disukai mayoritas orang. Mereka pun secara tidak langsung, cukup percaya diri mengomentari kuliner-kuliner hasil riset mereka. Contohnya, mencoba menu yang serupa, namun dari restoran yang berbeda. Ternyata olahan ikan restoran satu lebih ramai dikunjungi, dibandingkan yang lainnya, karena ternyata cara olahan restoran tersebut lebih diminati dan berbeda. Begitu pula soal citra pedas, ada sambal yang membuat kita terus ketagihan, ada pula sambal yang rasanya biasa saja, bisa dikatakan kurang ada sensasi untuk mengulang pengalaman kuliner tersebut.
Menu yang enak itu, memang kembali lagi ke selera masing-masing individu. Namun sebagai seorang pengusaha kuliner, tentu bukan lagi urusan mementingkan selera masakan secara pribadi saja. Untuk mewujudkan bisnis yang mampu terus berkelanjutan, sudah semestinya pengusaha selektif memilih taste yang akan diminati banyak orang. Sehingga sangat memungkinkan, kuliner Indonesia tak hanya menjadi wisata yang memanjakan lidah, tapi juga dimaknai sebagai indikator pemersatu antarbangsa dan internasional. Ya, dengan duduk bersama-sama, bersamaan dengan sajian makanan favorit, kita bisa saling bertukar pikiran, sekaligus meningkatkan rasa kesetaraan, dekat dan kuat saat bersama, untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan.
Leave a Reply