Gde Sumarjaya Linggih, SE

demer+adat

MEMICU DAMAI
BAGI DUNIA


Masa muda adalah masa di mana kita mulai belajar untuk mereka-reka cita-cita, berupaya mewujudkan angan-angan mendapatkan kebahagiaan hidup mendatang seperti apa yang telah diharapkan, walau tentu saja di masa itu warna-warni aktivitas pergaulan anak muda sudah cukup padat dengan nuansa yang lebih menarik, meriah dan mengasyikkan untuk dilewatkan.   Namun sesungguhnya, untuk mewujudkan cita – cita bukan berarti kita harus kehilangan pergaulan masa muda, melainkan dari pergaulanlah lahir banyak kenalan, teman  dan bahkan sahabat yang sesungguhnya justru menjadi modal utama dalam mewujudkan cita.

Setidaknya ini terbukti dari perjalanan hidup Gde Sumarjaya Linggih, pria kelahiran Buleleng, 22 Oktober 1965 yang sejak masa kanak-kanaknya telah menggantungkan cita-citanya untuk menjadi pengusaha.
Gde Sumarjaya Linggih, memang anak yang terbilang cerdas, ayahnya hanya seorang petani cengkeh dan kopi dengan pendidikan yang tidak begitu tinggi, ibunya seorang pedagang di desanya, tepatnya di desa Tajun, Buleleng, namun meski hidup prihatin dan sederhana, namun Gde Sumarjaya masih mensyukuri diberikan kesempatan untuk bersekolah.

Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, dari kelas I hingga kelas VI, ia selalu berhasil memperoleh juara I, akan tetapi Sumarjaya mengaku predikat itu diperolehnya tanpa belajar.
Karena langganan sebagai juara terus disandangnya dari tahun ke tahun, tentu sebagai orang tua sangat merasa bangga memiliki anak sepandai Sumarjaya, maka di saat perkembangan ekonomi keluarga meningkat karena hasil pertanian dan harga jualnya pada saat itu sangat bagus, Sumarjaya pun dibiayai untuk melanjutkan sekolahnya di Singaraja, maklumlah pada saat itu di desanya belum berdiri Sekolah setingkat SMP.

Namun bukan hanya itu, ia juga diberikan sebuah kendaraan bermotor yang sesungguhnya belum tepat dimiliki oleh anak seusia Sumarjaya.
Benar saja, kondisi mental dan proses kedewasaan yang belum cukup itulah yang akhirnya mengalihkan konsentrasi Sumarjaya pada berbagai kegiatan yang bisa dilakukan dengan sepeda motornya, ia menjadi sering keluar malam dan mengesampingkan sekolahnya, akibatnya nilai studinyapun merosot.
Meskipun tidak terlalu buruk, namun berkurangnya angka – angka prestasi belajarnya di sekolah saat itu, cukup menjadi sebuah tanda peristiwa yang Gde Sumarjaya ingat sampai kini.

Terbiasa dengan pergaulan luas yang ia bangun sendiri saat di SMP, Sumarjaya kemudian membujuk ayahnya untuk diizinkan melanjutkan pendidikannya di Bandung, menyusul kakaknya yang terlebih dulu ada di sana.
Keinginan ini rupanya disetujui orang tuanya, sontak Sumarjaya menjadi girang dan tentu saja bangga; maklumlah, di saat itu anak dari Singaraja bisa sekolah ke luar kota, bahkan sampai ke Jawa sudah menjadi suatu hal yang luar biasa. Yang pasti suka citanya itu bukan karena alasan mutu pendidikan yang menjadi tujuan utama, namun cenderung lantaran pamor membanggakan yang timbul dalam perasaan polos kanak– kanaknya.

Setibanya di Bandung, Sumarjaya dengan cepat banyak memiliki teman baru, pergaulan dan pertemanan terus bertambah luas, termasuk kawan-kawan yang ia kenal dalam kampusnya di Universitas Islam Nusantara.

Kala itu tanpa pengawasan orang tua langsung, dunia gaul memang terkesan bebas dan berpeluang besar menjadi salah arah mengganggu aktivitas kuliahnya. Tapi beruntung Sumarjaya memiliki rasa mawas dan pola pikir yang matang jauh melampaui usianya.

Sementara di Bali, ayah-ibunya sudah sanggat yakin pada kemampuan Sumarjaya yang pintar zonder belajar, sehingga meski tanpa kontrol sekalipun, pastilah anaknya akan tetap berprestasi dengan baik.
Syukurnya, Gde Sumarjaya Linggih memang pemuda yang memiliki tanggung jawab terhadap hidupnya, maka meski dalam kebebasan itu, ia dengan serius telah merancang jalan masa depan yang akan dilaluinya. Salah satunya adalah dengan memilih dan menekuni pendidikan di fakultas Ekonomi sebagai modal awal untuk mewujudkan harapannya dapat terjun ke dunia usaha.
Rupanya kehidupan bebas di tanah rantau, dapat menjadi kancah pendewasaan sikap dan pemikiran bagi Sumarjaya untuk mengokohkan eksistensinya untuk maju.

Kendati tak dipungkiri menikmati kehidupan liar di Bandung yang menghabiskan hampir 60 % aktivitas bergaul di luar tugasnya belajar, tapi Sumarjaya yakin semua kegiatan gaul itu tidak mengganggu rancangan cita-cita masa depannya.

Semua kesukaan menggalang pertemanan dan aktivitasnya berjalan relatif positif, malahan hikmahnya dari pertemanan itu kemudian timbul rangkaian jaringan koneksi yang bermutu dan luas, yang belakangan dari pertemanan itu Sumarjaya dapat cepat melesat besar dalam menjalankan bisnisnya.
Bayangkan saja; andaikan sekarang orang menyebut teknologi informasi adalah jembatan sukses dunia usaha, namun dahulu di saat kecanggihan internet belum ada, informasi-informasi penting yang membuka celah bisnis, mutlak didapat berasal dari teman.

Jadi apa yang disebut  dengan ‘pergaulan’ pada masa itu ternyata memberi manfaat, luar biasa bagi orang-orang yang bijak, pandai, cerdik memfungsikan relasi jaringan pergaulan dan cermat menyikapi peluang yang diterima.

Sadar dan telah membuktikan sendiri ampuhnya manfaat pergaulan, mendorong Sumarjaya untuk masuk melebarkan sayap dalam pergaulan yang lebih spesifik di kalangan dunia usaha dengan terjun sebagai anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Keikutsertaannya dalam HIPMI memberikan banyak wawasan non teoritis, ilmu dan pengalaman baru dalam hal bisnis dari para senior di HIPMI yang semua pengajaran itu jelas tidak mungkin diperolehnya di bangku kuliah.
Dari pengalaman, ilmu-ilmu terapan dan networking yang dimilikinya, Gde Sumarjaya Linggih menjadi semakin piawai berkiprah sebagai entrepreneur mengola usaha bisnisnya yang sukses dan mulai menggurita.

Setelah keberhasilan usahanya yang besar dan beranak pinak dengan berbagai perusahaan lainnya, I Gde Sumarjaya Linggih tak ragu menuruti jejak senior-senior HIPMI sebelumnya untuk menularkan pengalaman yang diperoleh kepada para pengusaha muda Bali yang tengah merintis.
Kebulatan tekadnya berbagi kiat sukses itupun ditunjukkan dengan menerima jabatan sebagai ketua HIPMI Bali yang konsekwensinya menuntut perhatian khusus dan intens di tengah padatnya waktu bisnisnya yang berharga.

Duduk menjadi ketua HIPMI membuatnya menjadi sosok sorotan. Kepemimpinannya yang terbuka, keputusan-keputusan cerdas dan trobosan-trobosan baru yang membawa anggota HIPMI turut terdorong maju, menimbulkan kesan di kalangan luas, bahwa inilah potret pemimpin yang mumpuni.
Hingga dari sanalah, lambat laun namanya mulai naik kepermukaan, dikenal dan mulai kerap menghiasi pemberitaan di berbagai media.

Keberadaan dan kemampuannya membawahi sebuah organisasi sudah tidak diragukan lagi dikalangan rekan pengusaha dan para petinggi Negara.
Apalagi kemudian dalam kehidupan organisasinya yang lain di JCI (Junior Chamber International) Sumarjaya Linggih menampakkan prestasi mencolok yang luar biasa dengan keberhasilannya sebagai ketua Panitia konfrensi JCI Asia – Pasifik (Conference Director Junior Chamber International Asia Pacific), sebuah konferensi terbesar di Bali yang dihadiri 3.500 partisipan seluruh Asia Pasifik.

Reputasi nama baik dan dedikasi serta kemampuan intelektual yang handal itu sertamerta mengusungnya pada kehidupan berkumpul dan berserikat pada sebuah organisasi yang lebih besar lagi. Ia kemudian masuk dalam keanggotaan partai berlambang pohon beringin “GOLKAR” (Golongan Karya).
Tak disangka sebagai pendatang baru, karir politiknya dengan cepat melesat bak anak panah.

Lagi-lagi jasa pergaulan yang luas, networking yang terbangun dengan reputasi mengesankan dan pengalaman berorganisasi yang mumpuni itu menjadikan Sumarjaya Linggih dapat mudah melenggang melalui rival-rival politik yang berupaya mengganjalnya.
Strategi politiknya terkesan ajaib dan mencengangkan, seperti sesaat usai pengunduran pencalonan dirinya sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Bali, tak diduga namanya ditemui telah bertengger di urutan teratas daftar calon anggota legislatif  (caleg) untuk DPR RI daerah pemilihan Bali yang menghantarnya ke Senayan dan duduk di Komisi IV DPR RI.

Bukan hanya itu, sekali lagi peta pergolakan politik begitu condong berpihak padanya, bagaimana tidak, Sumarjaya yang baru satu tahun terlihat mengusung bendera kuning GOLKAR dalam Munas VII Partai Golkar di Nusa Dua Bali namanya masuk dalam struktur kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar periode 2004-2005 di bawah Jusuf Kalla, padahal jelas-jelas Sumarjaya bukan termasuk salah satu panitia Munas.

Keajaiban ini tentu menyulut perselisihan dan protes dari Ketua DPD Golkar Bali dan Ketua Panitia Lokal Munas yang meminta pencoretan nama Sumarjaya dengan dalih bahwa Sumarjaya Linggih tidak memenuhi syarat sebagaimana ketentuan peraturan organisasi. Ajaibnya semua penentangan itu tidak mampu merubah apapun dari keputusan Munas untuk tetap kukuh memilih Sumarjaya.
Rupanya kedudukannya sebagai anggota MPR-RI bukanlah langkah awal kiprahnya berkarya untuk kepentingan nasional dalam berbangsa dan bernegara. Namun sesungguhnya sejak akhir tahun 2002, putra Bali ini telah aktif dan sangat agresif menyerukan perdamaian dan berupaya dengan jalannya sendiri menggaungkan semangat damai di muka bumi ini.
Seruannya ini tersulut pasca tragedy Bom Bali 1 yang menelan ratusan korban jiwa dan sekaligus menodai nilai-nilai kemanusiaan dan memperunjing permusuhan antar umat beragama, bangsa dan negara di dunia.
Dari sanalah sebuah icon perdamaian kemudian ia ciptakan untuk membangkitkan semangat perdamaian dan persaudaraan di seluruh dunia.
Bersama Djuyoto Suntani, gagasan itu ditangkap dan dibuat dalam bentuk Gong Perdamaian; sebagai icon perdamaian negara-negara di dunia, dari berbagai agama, sekte, aliran, kepercayaan atau apapun bentuk kelompoknya di muka bumi ini, untuk bersama menjunjung tinggi perdamaian.
Gong Perdamaian kemudian diwujudkan menjadi nyata sebagai jembatan persahabatan, persaudaraan dan ikrar perdamaian Negara-negara di dunia.


World Peace Gong, Gong dengan diameter 8 m
Linkar luar : Bendera Negara di dunia (Anggota PBB 191 negara)
Lingkar Tengah : bertuliskan melingkar WORLD PEACE GONG & GONG PERDAMAIAN DUNIA di antara bunga perdamaian.
(penulisan dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai tempat lahirnya Gong Perdamaian Dunia)
Lingkar Dalam : 10 simbol agama besar di dunia.
Lingkaran Puncak : Gambar bola dunia.

Hingga akhirnya, sampailah pada tanggal 31 Desember 2002, tepat pukul 00:00 WITA, menandai kelahirannya, Gong Perdamaian ini pertama kali dibunyikan oleh Presiden ke V Republik Indonesia; Megawati Soekornoputri di Bali.
Kemudian pada tanggal 5 Februari 2003, oleh PBB dikumandangkan dalam pembukaan acara Second Global Summit on Peace, di Jenewa, Swiss dan dihadiri 170 negara.
Selanjutnya pada tanggal 14 Juni 2003 Gong Perdamaian inipun kembali bergaung di acara Pembukaan International Festival oleh Presiden Megawati di Jawa Tengah.
Tanggal 20 Agustus 2004, Pemerintah Cina dan UNESCO memasang satu replika Gong Perdamaian Dunia di kota seribu Dewa, Penglai, Shandong-China. Di sana kemudian dibangun Monumen Gong Perdamaian Dunia sebagai Monumen Agung Perdamaian Dunia sekaligus menjadi objek wisata baru di Panglai Shandong, China.
Melalui Gong Perdamaian Dunia inilah Sumarjaya berupaya mewujudkan cita-citanya mengembalikan  citra Indonesia sebagai negara cinta damai sekaligus menjadikan tanah air Indonesia sebagai pusat perdamaian dunia. Namun jelas tujuan dasar dari gagasan Sumarjaya ini tidak lain adalah demi untuk menciptakan suasana damai di seluruh dunia dari kekerasan atau kekejaman perang serta ancaman pemusnahan masal manusia akibat penggunaan senjata tempur yang semakin modern.
Keberhasilannya membawa iklim damai di dunia rupanya tidak terhenti sampai di sini, ia selanjutnya meneruskan dengan perancangan program tentang Gong Perdamaian.
Titik porosnya tetap Indonesia dan dalam pemaparannyapun dengan jelas Sumarjaya Linggih menegaskan bahwa Gong ini adalah persembahan Indonesia untuk Perdamaian Dunia, karena Indonesia telah memprakarsai karya besar guna menyatukan seluruh umat manusia di muka bumi ke dalam perdamaian dan kesadaran bahwa sesungguhnya seluruh dunia berasal dari satu keluarga yang bersaudara.
Mengingat Gong Perdamaian Dunia telah menjadi icon satu-satunya symbol persaudaraan dan perdamaian dunia bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini maka keberadaannya mulai dikonsep untuk ditempatkan dalam sebuah kawasan dengan nama Kampung Perdamaian Dunia.
Di dalam kampung ini terdapat Gong Perdamaian Dunia berdiameter 8 m, convention center, tempat ibadah 10 Agama besar di Dunia, dikelilingi oleh Villa dan monumen bergaya arsitektur khas dari negara-negara di dunia dan dilengkapi sebuah panggung terbuka di mana di Kampung itulah nanti akan menjadi tempat perundingan damai negara-negara yang tengah bertikai, juga sebagai pusat kegiatan perdamaian dunia dan berkumpulnya tokoh – tokoh kenegaraan untuk membahas perdamaian di muka bumi.
Rencana besar itu kemudian memperoleh tanggapan antusias dari dunia internasional, dan sebagai salah satu program untuk mensosialisasikan pada masyarakat dunia sebuah acara Road Show pun lalu digelar dengan rute tujuan pertama adalah 6 kota besar di Indonesia, berawal dari Bali dan berakhir di Banda Aceh. Selanjutnya di kota-kota di benua Amerika, Washington & New York, USA, lalu menuju kota-kota di benua Asia untuk digaungkan oleh Sai Baba di India, Dalai Lama di Mongolia dan diteruskan menuju Australia berlanjut ke kota-kota di benua Eropa dan pemulukan gong oleh Paus, pemimpin umat Khatolik di Vatikan dan mulai munuju kota-kota di Afrika, selanjutnya setiap enam bulan sekali berkeliling ke seluruh dunia secara bergilir dan diberikan kesempatan pada kepala negaranya untuk memukul Gong Perdamain ini.

Prosesi pemukulan Gong Perdamaian oleh tokoh, pemimpin dan para petinggi negara di dunia.

 

Sebuah kerja keras yang luar biasa mulia dan berharga bagi umat manusia di dunia. Dan syukurlah sang ‘Pemicu Damai’ itu adalah putra Indonesia, anak desa Tajun Singaraja yang berjanji akan terus bekerja, memberikan olah karya terbaiknya bagi bumi Nusantara.

family picture


DATA PRIBADI

Nama                         : Gde Sumarjaya Linggih, SE
Tempat/
Tanggal lahir            : Buleleng, 22 Oktober 1965
Agama                        :     Hindu
Pendidikan Formal :
- 1971-1977 SDN Tajun, Singaraja
- 1977-1980 SMP Negeri 15 Bandung
- 1980-1983 SMA Negeri 13 Bandung
- Universitas Islam Nusantara Bandung

Kursus/Diklat
yang Pernah Diikuti :
Short Course “Main Maping ” ASPAC JCI Hongkong 1994
Short Course “Public Speaking ” ASPAC JCI Singapore 1995

Riwayat Organisasi :
1. 1989-1992 Wakil Ketua BPC HIPMI Badung – Bali
2. 1993-1996 Ketua Kompartemen Perindustrian & Perdagangan HIPMI Jawa Barat
3. 1995-1998 Ketua Departemen Dana Sarana BPP HIPMI
4. 1995-1996 Vice President National Organization Member Indonesian Junior Chamber
5. 1996 -1998 Executive Vice President National Organization Member Indonesian Junior Chamber
6. 1997-1998 General Legal Consul National Member Indonesian Junior Chamber Treassury National Organization Member Indonesian Junior Chamber
7. 1999 Conference Director Junior Chamber International Asia Pacific Conference
8. 1999 Senator Junior Chamber International
9. 2000-2003 Ketua Umum BPD HIPMI Bali
10. 2002-2006 Dewan Penasehat Gerakan Indonesia Bersatu Bali
11. 2002 Dewan Pertimbangan Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Pembangunan Bali
12. 2002-2005 Chairman Bali Peace Community
13. 2003-Sekarang Ketua Yayasan Gong Perdamaian Dunia
14. 2004-Sekarang Dewan Pakar Forum Konsultasi Daerah Penghasil Migas (62 Kabupaten dan kota serta 17 Provinsi)
15. 2005-2010 Anggota Dept. Kehutanan, Kelautan & Lingkungan Hidup Korwil X Bali, NTB, NTT
16. 2006-2010 Wakil Sekretaris MKGR
17. 2006-2010 Komite Kerjasama India – Indonesia DPP KADIN
18. 2006-2010 Ketua Dewan Penasehat Gerakan IndonesiaBersatu Bali
19. 2007-2011 Wakil Sekretaris Mabes Pemuda Panca Marga
20. 2008-2009 Ketua Sub Bidang Seniman Tradicional BAPILU Partai Golkar
21. 2008-2009 Koordinator Provinsi Bali, BAPILLU Partai Golkar
22. 2004-2009 Anggota DPR RI di Komisi IV
23. 2009-Sekarang Anggota DPR RI di Komisi VI
24. 2009-Sekarang Wasekjen DPP Partai Golkar Bidang Kesra
25. 2010-Sekarang Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Provinsi Bali

Riwayat Pekerjaan :
1. 1990-2004 Direktur Ganeca Puri Megah (Hotel) Jl. Ciara Condong no. 167- Bandung
2. 1994-1998 Direktur Ganeca Prima (Energy) dan Jl. Ciara Condong no. 167- Bandung
3. 1995-2004 Direktur Utama PT. Ganeca Silatama (Printing Supplier) dan Jl. Ciara Condong no. 167- Bandung
4. 1996-2004 Direktur Utama PT. Prasida Lanturmaju (Supplier Hotel) dan Jl. Raya Puputan no. 88 Denpasar – Bali,
5. 1998-Sekarang Owner UD. Banyusakti (Pabrik Wines ) dan Jl. Raya Puputan no. 88 Denpasar – Bali,
6. 2000-2004 Direktur Utama PT. Metafora (General Trading & Contractor) dan Jl. Raya Puputan no. 88 Denpasar – Bali,
7. 2002-2004 Komisaris Utama PT. Metafora Bersama (Supermarket) dan Jl. Raya Puputan no. 88 Denpasar – Bali,
8. 2002-Sekarang Komisaris PT. Metafora International (Hotel) Gd. AKR, Jl. Panjang – Jakarta Barat
9. 2003-2004 Komisaris Utama PT. Margarana dan Jl. Raya Puputan no. 88 Denpasar – Bali,
10. 2004-Sekarang Komisaris Utama PT. Metafora dan Denpasar – Bali,
11. 2004-Sekarang Komisaris Utama PT. Prasida Lanturmaju dan
Jl. Raya Puputan no. 88 Denpasar – Bali Jl.Raya Puputan no. 88

Penghargaan :
1. 17 Oktober 2001 Menerima penghargaan dari Panitia Kuliah Umum Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa, atas partisipasi sebagai pembicara dalam acara kuliah umum pelatihan kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa
2. 11 Maret 2002 Menerima penghargaan dari Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa, atas partisipasinya sebagai pembicara, pada acara Seminar Regional, ”Kesipan Pengusaha Bali Dalam Menghadapi Globalisasi dan AFTA 2003”
3. 19 Oktober 2002 Menerima penghargaan dari Indonesian Junior Chamber pada IJC Nasional Konvensi ke 14 di Garuda Wisnu Kencana
4. 21 Januari 2003 Menerima penghargaan atas partisipasinya sebagai pembicara dalam Perspektif Ekonomi Indonesia, dari BPP HIPMI
5. 7 Februari 2003 Menerima penghargaan dari Bali TV, atas partisipasinya sebagai nara sumber dalam acara ” Perspektif dan Solusi ”
6. 22 Maret 2003 Menerima penghargaan dari Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Nasional, atas partisipasinya sebagai Nara Sumber dalam diskusi”
7. pembahasan Output Lulusan S1 (Jurusan Manajemen & Akuntansi ) yang dibutuhkan oleh dunia usaha dalam pasar global ”

Nama Istri                 : Ayu Onik Mindawati
Jumblah anak          : 4 (empat) orang
Hobby/
Kegemaran               : Berenang
Warna
Favorit                       : Biru dan Kuning

Pesan                         : Manfaatkanlah masa muda dengan sebaik-baiknya dan  arahkan kegiatan pada hal positif agar berguna bagi masa depan, serta pandai-pandailah menyikapi peluang yang ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>